ACARA PENYERAHAN PENGHARGAAN KETAHANAN PANGAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2007

 
bagikan berita ke :

Kamis, 15 November 2007
Di baca 1186 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PENYERAHAN PENGHARGAAN KETAHANAN PANGAN
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2007
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 15 NOVEMBER 2007


Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarrakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Menteri Pertanian Republik Indonesia, dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non-Departemen,

Yang saya hormati para Gubernur, para Bupati, para Walikota, saudara-saudara pimpinan organisasi profesi yang bergerak dibidang pertanian, termasuk tentunya perikanan dan kehutanan,

Saudara-saudara para pejuang, para pengembang, para peneliti, dan para teladan dibidang pertanian, perikanan, dan kehutanan yang saya cintai dan saya banggakan,

Marilah tidak henti-hentinya meskipun kita masih menghadapi berbagai ujian dan tantangan, untuk senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta.

Hari ini kita semua berbahagia karena di tempat yang bersejarah ini dapat menyampaikan rasa syukur, terima kasih, hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada putra-putri bangsa yang telah memberikan tauladan yang baik dibidang ketahanan pangan. Saya sering mengatakan kebetulan para wartawan banyak hadir hari ini, tolong diberitakan pula dalam wadah yang cukup prestasi dan keberhasilan, baik para pimpinan dareah, maupun saudara-saudara kita di seluruh tanah air dalam berbagai profesi, kita sering lupa untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan. Pers di manapun saya tahu di dalam dan luar negeri kalau ada kekurangan, ada kesalahan, ada pelanggaran, ada kasus hukum, cepat muncul dan besar-besar, ya memang begitu mencegah yang lain, maksudnya mencegah yang lain jangan ikut-ikutan berbuat kesalahan, melanggar hukum, kejahatan, dan sebagainya.

Tetapi, alangkah arifnya kalau rakyat Indonesia juga tahu hari ini banyak putra-putri bangsa yang bekerja keras, gigih melakukan sesuatu untuk sesuatu yang sangat penting yaitu ketahanan pangan yang menjadi kebutuhan rakyat kita. Rasanya lebih adil yang salah mendapatkan sanksi, mendapatkan tegoran, yang berprestasi dan mencetak keberhasilan kita berikan apresiasi.

Hadirin yang saya hormati,
 
Rasanya selama tiga tahun lebih saya mengemban amanah memimpin pemerintahan ini, sangat sering saya berbicara tentang pentingnya ketahanan pangan, pentingnya memajukan sektor pertanian, pentingnya meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan sebagainya. Bahkan, sebagian dari saudara ketika saya berkunjung ke seluruh Indonesia, ke pelosok-pelosok negeri ini, lapangan, di sawah, di kebun, di pinggir pantai, saya juga terus-menerus mengajak, kalau mengajak bersama-sama saya, bersama menteri, bersama pak gubernur, pak bupati, walikota, dan semuanya untuk menyukseskan program pertanian, menyukseskan program, meningkatkan produksi pertanian, dan akhirnya menuju ke ketahanan pangan.
 
Tentu, forum yang amat baik ini, saya akan garis bawahi sekali lagi nanti yang penting-penting saja, tetapi saya ingin justru menggunakan forum yang baik ini untuk mendengar apa yang telah dlakukan oleh begitu banyak saudara semua di ruangan ini yang menjadi teladan yang berprestasi, yang menunjukkan keberhasilan yang tinggi, supaya kami semua saling belajar, rakyat kita di tempat yang lain juga ikut mendengarkan bahwa cara-cara seperti ini ternyata menyelamatkan negeri kita, menyelamatkan kebutuhan pangan di Indonesia, dan tentu dengan harapan kita dorong lagi untuk mencetak prestasi di waktu yang akan datang, bahkan yang lebih besar lagi.
 
Saya ingin mengundang, saya persilakan bicara di sini, karena kalau berprestasi dan teladan patut untuk berbicara di mimbar ini yang mulia ini. Bicara tiga sampai lima menit saja tetapi sudah cukup banyak itu, saya sudah mempunyai profil dari semuanya, prestasinya gimana, siapa, beliau-beliau para gubernur, bupati, walikota, saudara semua. Saya ingin, tidak mungkin semua bisa bicara, tapi perwakilan saja, saya ingin mendengarkan yang “Tiap Hari Mengirim Matahari,� dari Papua, ada Pendeta Saul Imobere, beliau pimpinan kelompok koperasi masyarakat petani kopi, begitu bunyinya, Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua, tolong Pak Saul diceritakan apa saja yang dilakukan sehingga berhasil dan tentunya meningkatkan produksi ataupun keberhasilan dari pertanian kopi, saya persilakan.

(Sambutan dari Bapak Saul Imobere, Peserta penerima penghargaan Ketahanan Pangan dari Wamena, Papua).
 
Terima kasih Bapak Saul Imobere, saya sudah dua kali ke Wamena sebenarnya, dan yang saya laksanakan kunjungan yang terbaru itu tahun lalu (indistinc) waktu ada masalah di (indistinc), masih ingat? Ada kasus kekurangan gizi, daerahnya luar biasa sulit dijangkau, kami datang, semua turun ke lapangan, dan Alhamdulillah waktu itu bisa diselamatkan ke depannya lagi dengan membuka perkebunan kecil di situ, apa namanya, terutama ubi, dan yang lain-lain, sekaligus energi, sekaligus apa namanya, penerangan listriknya dengan hidro, kesehatan, pendidikan, sehingga tidak ada daerah perdalaman yang tidak bisa kita jangkau, itulah yang kami lakukan.
 
Sampaikan salam saya, bapak, untuk teman-teman di sana, dan tentu kita akan terus pikirkan untuk modal usaha, usaha kecil dan menengah, minggu lalu saya di BRI meluncurkan kredit usaha rakyat, kredit untuk usaha mikro kecil dan menengah, dengan pola penjaringan. Pemerintah mengeluarkan 1.4 triliun melalui askrindo dan sdu yang nanti untuk apa namanya, bisa dikembangkan untuk memberikan modal kepada mikro kecil dan menengah. Tolong digunakan dengan baik fasilitas ini sehingga semua bisa berkembang, termasuk nanti perkebunan kopi, perkebunan yang ada di Papua khususnya di Kabupaten Wamena, Jaya Wijaya.
 
Saya mendengar Saudari atau Ibu Ir. Rini Sutreswati, pembina petani tebu Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Tolong diceritakan apa saja yang dilakukan, peningkatan produksi gula itu penting, tebu itu penting, Sidoarjo kita memahami ada masalah yang terus menerus kita lanjutkan penyelesaiannya, saya ingin dengar dari Ibu apa yang dilakukan untuk meningkatkan pertanian tebu dan komunitas petani di situ, silakan.

(Sambutan dari Ibu Ir. Rini Sutresna, Peserta penerima penghargaan Ketahanan Pangan dari Sidoarjo, Jawa Timur).
 
Hidup kaum perempuan! Saya takutnya Pak Sudi Silalahi, “laki-laki juga!,� begitu. Saya masih cari lagi, periksa dulu siapa-siapa yang. Terima kasih Ibu, bagus sekali, mengembangkan betul, senang Pak Gubernur kalau punya pejuang-pejuang pertanian seperti itu, makin banyak makin berhasil provinsi yang bersangkutan. Sekarang saya lihat dulu, ini ada Saudara Patahatim, Dusun Parangbebe, Kabupaten Goa, Provinsi Sulawesi Selatan, ada? Ini Beliau bergerak di bidang markisa ya? Betul markisa?

(Sambutan dari Saudara Patahatim, Peserta penerima penghargaan Ketahanan Pangan dari Goa, Sulawesi Selatan).
 
Pribadi bapak tadi bicara gagah sekali, difoto dari sana tadi. Terima kasih, sampaikan salam saya sama saudara-saudara yang bekerja di tanaman markisa (indistinc). Siap-siap. Di sini ada Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur lagi, sebentar, kelompok ternak kambing, BEKHUMAS, Peranakan Etawakumelar Banyumas, Desa Gumelar, Kecamatan Gumelar, Kapubaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, punten. Bicaranya pelan-pelan agak jauh, karena ruangannya juga menggema, apa yang bapak kerjakan supaya diketahui oleh yang lain ya, silakan.

(Sambutan Peserta penerima penghargaan Ketahanan Pangan dari Banyumas, Jawa Tengah).
 
Ini bapak ibu, cerita kambing saya jadi ingat ada cerita sedikit ini. Ada kawan saya sudah lama nggak ketemu dari Pacitan, namanya Suparmo. Suatu saat saya tanya, ketemu, “eh Parmo, gimana?�, “waduh baik-baik�. “apa kerjaannya sekarang?�, “ternak kambing�. Nah trus pernah saya dengar ternak kambing modalnya sedikit akhirnya berhasil. Saya tanya, “berapa kambingnya?�, “yang hitam apa yang putih?�, katanya, “yang putih, yang putih�, “100�, “nah yang hitam?�, “sama 100�, jadi 200. “nah terus sekarang bagaimana makannya, kok jadi berkembang bagus itu, gimana, pake apa sehari-harinya itu?�, “yang mana pak, yang hitam apa yang putih?�, “yang putih�, diceritakan sampai panjang, begini, begini, begini, tiap hari pagi, siang. “Nah kalau yang hitam?�, “sama�. Lama-lama saya penasaran, wong sama, ini kan sama hitam putih, kok, kalau hitam putih, “eh Parmo, itu kan bolak-balik yang hitam apa yang putih, kan ternyata sama. “Begini pak, kalau yang putih itu kan kambing saya�, “loh kalo yang hitam?�, “sama�. Tapi berhasil, bagus.
 
Saya ingin mendengar dari Aceh, kelompok PKK Merah Mede, Kecamatan Lingke, Kabupaten Aceh Tengah, Nanggroe Aceh darussalam, “ada yang mewakili?�. “PKK Merah Mede, ada?�. Ibu, dipersilakan.

(Sambutan Peserta penerima penghargaan Ketahanan Pangan dari Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam).
 
Ini sama dengan peribahasa, daun talam bunga kecipir, sambil menyelam minum air. Baik, nanti Ibu, Aceh dengan status otonomi yang luas sekarang ini memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang cukup besar, dengan dana otonomi, dan lain-lain. harapan saya, Pak Gubernur, Pak Bupati bisa menggunakan anggaran itu sebaik-baiknya. Namun demikian, nanti Sekretaris Kabinet tolong sampaikan ke Menteri Pekerjaan Umum, untuk berkomunikasi dengan Pak Gubernur, bagaimana tentang kondisi jalan yang menghubungkan Aceh Tengah, baik ke utara maupun ke selatan. Saya sudah pernah ke Tatengon, memang kondisinya khas sehingga membutuhkan infrastruktur yang lebih baik lagi.
 
Dua yang terakhir, saya ingin mendengarkan secara singkat dari pimpinan daerah, karena sukses di negeri ini termasuk pertanian, pangan, juga para pimpinan daerah. Saya minta yang mewakili, Ibu Bupati Karang Anyar, Ibu Rina Wiriani Sri Ratnaningsih, saya persilakan, apa saja yang telah dilakukan.

(Sambutan dari Ibu Rina Wiriani Sri Ratnaningsih, Bupati Karang Anyar).
 
Ya makasih Bu Rina, ini saya lihat sering dapat penghargaan, salah satu yang langganan di Istana ini. Tapi, pertahankan, karena biasanya meraih itu lebih mudah dibandingkan mempertahankan. Kalau sudah dicapai kondisi yang baik, terus bertahan supaya berlanjut sehingga mendapat manfaat selamanya bagi masyarakat yang ibu pimpin. Kalau para bupati saya beri kesempatan, para walikota juga ceritanya masing-masing, Pak Bupati Bantul di sini juga ada, Sawah Lunto, semua, tapi tidak mungkin saya berikan kesempatan karena waktu. Tapi saya ingin dengar satu yang mewakili gubernur lah, Pak Syahrial, coba ceritakan apa itu, Sumetera Selatan.

(Sambutan Gubernur Sumatera Selatan).
 
Terima kasih, Saudara Gubernur Sumatera Selatan, terima kasih pula meskipun tidak sempat bicara, Pak Gubernur Jawa Timur, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Jambi, dan Riau. Mudah-mudahan provinsi yang lain segera munyusul untuk betul-betul meningkatkan prestasi dibidang ketahanan pangan.

Saudara-saudara,
 
Yang ingin saya garis bawahi adalah sebagaimana Menteri Pertanian sampaikan tadi, Undang-undang yang kita miliki tentang pangan, itu mengamanatkan untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan kerja keras pemerintah dan rakyat. Pemerintah tentu akan terus bekerja keras, akan terus membangun pertanian, mulai dari infrastrukturnya, termasuk irigasi-irigasi, anggarannya, kemudian, pemilihan bibit dan benih dengan teknologi yang terus dikembangkan, pemberian penyuluhan pertanian, mengembangkan upaya untuk menghadapi hama, lantas mengatur harga gabah ataupun beras, agar petani memiliki nilai tukar yang lebih baik, artinya biaya yang dikeluarkan petani untuk menanam, memproduksi beras lebih kecil dibandingkan biaya yang diperoleh oleh petani dari penjualan gabahnya dan lain-lain, akan terus pemerintah melakukan itu.
 
Ajakan saya, harapan saya, masyarakat, para petani melakukan hal yang sama untuk meningkatkan semuanya itu. Dengan demikian, harapan saya semua bisa dapat kita laksanakan dengan baik. Dan, hari ini ada good news, berita baik bahwa menurut statistik dari BPS, pertumbuhan pertanian tahun ini jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam sejarah republik, itu hanya empat kali, saya lupa tahunnya, 89, 95, 9 berapa begitu, yang pertumbuhan pertanian itu diatas 3 persen, biasanya relatif rendah. Nah tahun ini, setelah tahun lalu, tahun sebelumnya juga rendah, sudah mencapai kembali 4.8 persen. Ini hal yang baik untuk terus kita tingkatkan.
 
Pertumbuhan ekonomi nasional yang dulu sebelum krisis tinggi, 6,7, pernah 8 persen, sekitar itu, setelah krisis minus, dan setelah itu merangkak, merayap pelan-pelan, insya Allah tahun ini kembali tumbuh 6 persen lebih. Kwartal pertama 6 persen, kwartal kedua 6.3 persen, kwartal ketiga ini 6.5 persen, kalau kita bisa bertahan kwartal keempat, insya Allah sasaran akan kita capai 6.3 persen, mungkin lebih. Tetapi kalau kwartal keempat menurun agak tajam, tentu kurang dari 6.3 persen, saya punya keyakinan insya Allah target akan dapat kita capai.
 
Marilah kita lanjutkan terus pembangunan, termasuk pembangunan pertanian, industri, jasa, dan semuanya, dengan kerja bersama-sama. Yang terakhir saya meminta kepada Menteri Pertanian dengan dukungan para Gubernur untuk dilakukan upaya sungguh-sungguh, diversivikasi bahan makanan agar karbohidrat itu tidak hanya menggantungkan pada beras.
 
Kita telah berhasil membikin mie, sehingga masyarakat kita, putra-putri kita kadang-kadang kita, sekali-kali tidak makan nasi, tapi makan mie. Mie ternyata bisa menggantikan nasi, sumber karbohidrat. Tetapi yang saya harapkan dikembangkan, yang sumbernya, bahannya lokal, bukan yang impor, jadi ada jagung, ada sagu, ada ubi, dan lain-lain.
 
Tolong dilombakan, Pak Anton, kasih penghargaan yang tinggi, saya kasih bintang nanti di sini, uang yang lumayan banyak begitu. Tetapi dengan syarat, makanan itu harus disenangi. Jadi, cara memberikan penghargaannya nanti setelah diuji, baik, sumbernya lokal, karbohidratnya tidak kalah dengan nasi, disebarkan ke masyarakat, kalau semua mengatakan enak, enak, enak, bisa mengganti nasi, bisa, bisa, bisa, boleh kita katakan itu salah satu ragam makanan baru, kaya karbohidrat, sama dengan nasi, sehingga tidak harus kita hanya mengantongkan padi ataupun beras kita. Itu harapan saya, kita mulai tahun 1998, pada akhir tahun seperti ini kita berikan penghargaannya.
 
Demikianlah, saudara-saudara yang ingin saya sampaikan, terima kasih saya sekali lagi, penghargaan saya, teruslah berprestasi, dan mari kita tingkatkan kecukupan pangan di negeri ini.

Sekian,

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarrakaatuh.


Biro Naskah dan Penerjemahan
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan
Sekretariat Negara RI