SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 5 NOVEMBER 2007
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu’alikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Yang saya hormati Saudara Ketua Mahkamah Konstitusi, Saudara Menteri Agama Republik Indonesia, dan Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Menteri Agama Bapak Tarmidzi Taher, Saudara Gubernur DKI Jakarta,
Yang saya cintai dan saya muliakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Bapak Dr. KH. Muhammad Sahal Mahfudz, Para Pimpinan Organisasi Massa Islam, Para Pimpinan dan Pengurus Majelis Ulama Indonesia, baik pusat maupun daerah,
Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah Subhaanahu wa Ta’aala,
Pada kesempatan yang membahagiakan dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak hadirin sekali lagi untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, tugas kita, pengabdian kita kepada umat, kepada masyarakat, kepada bangsa, dan kepada negara tercinta.
Marilah pula kita haturkan sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, para sahabat, dan pengikut-pengikut Rasulullah insya Allah termasuk kita semua sampai akhir zaman.
Masih dalam suasana idul fitri, saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini Kyai Sahal untuk juga mengucapkan selamat idul fitri 1428 Hijriyah, minal ‘aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan bathin, baik selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan maupun secara pribadi dalam mengemban tugas selama ini, barangkali ada sikap, tutur kata, dan perilaku saya yang tidak berkenan di hati Bapak-Ibu, saudara- saudara sekalian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Berbagai tugas, berbagai persoalan datang dan pergi, dan dalam kaitan itu sebagai manusia biasa tentu saja banyak hal yang saya lakukan meskipun semuanya untuk mengemban tugas, tetapi sekali lagi kalau itu tidak tepat, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Forum Majelis Ulama Indonesia ini adalah forum yang amat mulia, karena sebagaimana kita ketahui bahwa Majelis Ulama Indonesia juga merupakan Majelis yang sangat terhormat. Majelis ini sejak didirikannya adalah merupakan wadah dari para ulama, para zu’ama, dan para cendekiawan muslim. Oleh karena itu betapa besar peran dan tugas yang diemban oleh Majelis yang tentunya juga menjadi harapan kita semua, bukan hanya umat Islam tetapi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Tadi AL-Mukarram Kyai Sahal Mahfudz juga sudah mengingatkan kembali lima fungsi dan peran utama dari Majelis Ulama Indonesia. Saya ingin menggarisbawahi sekali lagi karena dengan peran yang luas ini saya yakin MUI akan terus dapat berkontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara, ikut memecahkan berbagai permasalahan yang bukan hanya dihadapi oleh umat tetapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia seutuhnya.
Saya ulangi lagi betapa pentingnya peran ulama kita sebagai pewaris tugas para nabi, pemberi fatwa, pembimbing dan pelayan umat, sebagai gerakan ishlah dan penegak amar ma’ruf nahi munkar. Yang terakhir ini saya kira menjadi tantangan kita dan harus kita jalankan secara sungguh-sungguh karena menyangkut masa depan bangsa dan negara kita. Saya juga memahami bahwa sejak didirikannya Majelis Ulama Indonesia memiliki peran dan misi yang amat penting. Saya mempelajari apa yang baru saja dilakukan MUI, yang ditandatangani oleh Kyai Sahal pada tanggal 30 Mei 2007 tentang perubahan komisi-komisi Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia 2005-2010. Dengan saya menyebutkan apa saja yang ada di situ, dengan sejumlah tokoh-tokoh yang sudah sangat kita kenal, kita semua berharap sepantasnya kalau MUI itu memberikan kontribusi dan partisipasinya yang signifikan dalam gerak pembangunan bangsa dewasa ini dan ke depan.
Dalam catatan saya ada 11 komisi yang ada dalam MUI yang apabila 11 ini bukan hanya direvitalisasikan tapi juga terus ditingkatkan maka akan dahsyat pengaruhnya bagi sekali lagi pembinaan umat dan juga pembinaan masyarakat kita secara menyeluruh. Pertama ada komisi ukhuwah, komisi fatwa, komisi dakwah, komisi hubungan luar negeri, komisi pemberdayaan perempuan, keluarga dan remaja, komisi kerukunan antar umat beragama, komisi pendidikan, komisi ekonomi, komisi pengkajian dan pengembangan, komisi hukum dan perundang-undangan, dan sebelas komisi informasi dan komunikasi. Kalau kita memahami manajemen pengelolaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sungguh jabaran dari fungsi yang distrukturkan dalam komisi-komisi ini akan memberikan ruang yang luas, akan bisa mengubah banyak hal di negeri kita ini menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu saya menyambut baik, mendukung penuh, dan menyatakan bahwa tema yang MUI pilih dalam Rakernas tahun 2007 ini yaitu “Revitalisasi MUI dalam Mengemban Tugas Kebangsaan dan Keumatan�, saya kira sangat tepat, relevan, kontekstual, dengan harapan kami semua mudah-mudahan dapat berlangsung dengan baik.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Mengapa saya harus menyegarkan kembali betapa penting dan strategisnya peran dan tugas Majelis Ulama Indonesia yang di dalamnya sekali lagi tehimpun para ulama, para zu’ama, dan cendekiawan muslim. Apabila kita kaitkan dengan keadaan negeri kita, Indonesia ini sekarang berada di mana, dari mana, dan akan menuju ke mana? Indonesia yang kurang lebih 9 tahun yang lalu mengalami perubahan besar. Krisis yang dilanjutkan dengan reformasi berskala besar, dan Indonesia yang sekarang ini tengah melakukan upaya untuk menuju masa depan yang lebih baik yang dalam bahasa sehari-hari kita kenal dengan perubahan besar atau transformasi, yang tentu saja apabila ini kita pahami dan kemudian peran, fungsi, dan misi dari Majelis Ulama Indonesia tadi dapat dicocokkan dengan agenda besar kita ini semua ditambah dengan kontribusi pihak-pihak yang lain, saya yakin bahwa seberat apa pun persoalan yang kita hadapi, sebanyak apa pun tantangan yang juga kita hadapi, insya Allah dengan ridha Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan dapat kita capai keadaan yang lebih baik.
Tiga agenda utama kita secara nasional. Pertama kita terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, reformasi. Yang kedua, tidak dapat dielakkan memang tengah berlangsung satu proses demokratisasi, dan yang ketiga karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak, menyangkut kesejahteraan rakyat kita, maka agenda yang ketiga adalah membangun kembali ekonomi kita pascakrisis. Tiga-tiganya harus terkelola dengan baik, harus menuju arah yang benar, agar suatu saat kita tidak bersalah, kita tidak berdosa, dan kita tidak menyesal, karena kita tidak mengelola proses besar itu negara suatu saat bisa berada di tempat yang salah. Bukan itu yang ingin kita bangun ketika kita mendirikan negara Republik Indonesia.
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
 Karakter atau sifat-sifat keadaan bangsa yang tengah mengalami perubahan besar, dan ini bukan hanya di Republik kita, negara lain juga memiliki hal yang sama adalah sering terjadi kegamangan, gamang, disorientasi. Ingat? Tahun-tahun 1998, 1999, 2000 kita merasa tidak nyaman, ke mana negeri kita ini? Mengapa ini terjadi? Gamang kita. Kadang-kadang ada juga yang biasanya begitu kok dilakukan perubahan, biasanya suka mengambil uang rakyat kok dilakukan pemberantasan korupsi dan lain-lain. Ada juga yang melakukan perlawanan kecil, besar, dan perlawanan yang juga kadang-kadang bisa menimbulkan banyak masalah. Ada juga yang tidak sabar, ah lama sekali, ini cepet berubah, tidak sabar, revolusioner yang diinginkan.
Dan juga dalam proses pasang surut terjadi di sana-sini stagnasi, kemandekan, bahkan kemunduran, ini yang disebut dengan kurva C dalam ilmu sosiologi, ini bukan khas reformasi di Indonesia, ini juga dialami oleh negara-negara lain. Ini mendasar para ulama, Bapak-Ibu, dan hadirin yang saya muliakan, karena berkaitan dengan hati dan pikiran orang perorang yang tentunya tepat kalau saya bicara pada forum ini karena ulama bisa berbuat banyak untuk membimbing, untuk menyegarkan, untuk menjernihkan alam pikiran dan hati umat kita dan bangsa kita ketika kita sedang mengalami perubahan yang besar.
Dalam perkembangan sejarah di dunia, banyak bangsa yang berhasil melaksanakan transformasinya tapi tidak sedikit yang gagal. Kita tentu harus menghadapi ini semua, menjalani ini semua, harus kita lewati, kita lalui dengan sekali lagi, dengan penuh tanggung jawab, kita lakukan sesuatu agar perubahan besar yang sedang berlangsung di negeri ini selamat menuju ke keadaan yang lebih baik.
Saya pernah mendengarkan taushiah dari ulama dan agak sering sebenarnya di berbagai kesempatan bagaimana kita harus mengambil pelajaran yang sangat besar ketika Rasulullah ketika Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan perubahan maha-maha besar pada zamannya yang oleh dunia beliau dikenal sebagai The Great Reformis, reformis terbesar, reformis agung dalam sejarah perkembangan umat manusia dan dunia. Ketika beliau dalam masa yang tidak pendek menyebarkan agama Islam, berdakwah, ketika beliau dulu membangun karakter bangsa dan negara yang beliau pimpin, yang dalam istilah politik universitas sering disebut character building, nation building, state building, dan Rasulullah telah berhasil bagaimana mengalami masa yang berat itu dan berhasil melakukan pembangunan watak, pembangunan akhlak, pembangunan bangsa dan pembangunan negara.
Yang saya pahami dan barangkali patut kita contoh dan kita jalankan di negara kita ini dalam memimpin perubahan itu beliau tidak melaksanakannya secara revolusioner, secara bertahap dengan penuh keseimbangan, beliau mengajak semua tidak menyingkirkan pihak-pihak yang beliau tidak sukai, tapi mengajak semuanya melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Beliau memimpin dengan sikap yang moderat bukan sikap yang ekstrim dan penuh dengan kekerasan-kekerasan dalam arti yang luas. Sering kali beliau menjadi penengah, menjadi mediator, menyatukan, sambung dengan kekuatan moral yang besar dari beliau, mengarahkan, membimbing, menunjukkan jalan yang benar bagi umatnya. Saya kira karakter reformasi seperti itulah yang mestinya patut kita tauladani, karena saya yakin kalau bangsa sebesar ini dengan penduduk 230 juta dengan bentangan wilayah dari Merauke sampai Sabang, dari Selayar hingga pulau Rote, itu dapat dikelola dengan baik maka suatu saat insya Allah dengan ridha Allah Subhaanahu wa Ta’aala Indonesia akan menjadi negara yang damai, adil, dan sejahtera, ini harapan yang kita semua.
Dengan pemikiran saya yang sederhana tadi, dengan orientasi keadaan dan agenda nasional yang saya kedepankan, saya yakin Majelis Ulama Indonesia dapat memahami konteks kehidupan yang sedang kita jalani dewasa ini. Saya yakin pula bahwa revitalisasi Majelis Ulama Indonesia yang menjadi tema dari Rakernas kali ini juga akan dapat dilaksanakan dengan arah dan agenda yang tepat. Kalau arahnya sudah benar, agendanya tepat meskipun persoalan selalu datang, ujian tentu kita hadapi insya Allah ada solusi, yang solusi itu tidak akan mengganggu arah yang sudah benar tadi. Tidak akan mengganggu agenda atau pilihan-pilihan yg telah kita tetapkan sebelumnya.
Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah Subhaanahu wa Ta’aala,
Bagian kedua atau yang terakhir dari sambutan saya pada acara yang sangat baik ini adalah ajakan dan harapan saya untuk bagaimana kita menghadapi persoalan-persoalan aktual kita dan juga secara khusus harapan saya terhadap Majelis Ulama Indonesia untuk memberikan perannya dan kontribusinya yang lebih besar lagi di waktu yang akan datang.
Pertama, marilah bersama-sama dan peran MUI sangat penting di sini, agar bangsa ini konsisten terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah kita tetapkan yang disebut dengan konsensus dasar kebangsaan, fundamental consensus, yang sangat banyak itu juga merupakan kesepakatan dari para ulama terdahulu, sebelum, pada saat, dan setelah kemerdekaan negara kita. Sebagai contoh kita bersepakat bahwa bangun negara kita untuk negara yang kita cintai ini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersama-sama dengan Pancasila sebagai falsafah dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi kita ingin membangun masa depan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik lagi, jangan kita menghabiskan waktu untuk kembali melakukan bedah-bedah politik apa pun yang menurut saya bertentangan dengan kesepakatan besar kita yang telah terukir dalam sejarah perjalanan bangsa kita.
Di banyak negara ketika mereka menjalankan reformasi, mereka juga tidak mengobrak-abrik yang disebut dengan kesepakatan dasarnya the fundamental consensus. Oleh karena itulah marilah kita selamatkan, kita amankan, dan kita tegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi pilihan dan kesepakatan kita bersama.
Yang kedua, saya memohon kepada Majelis Ulama Indonesia untuk mempelopori dan mengajak umat untuk menjalani kehidupan bernegara kita yang bertumpu pada konstitusi, Undang-Undang, dan berbagai etika dan aturan main yang berlaku. Tindakan-tindakan sepihak apalagi disertai kekerasan yang tidak sesuai dengan konstitusi, Undang-Undang, tatanan, serta aturan main yang berlaku hanya akan menimbulkan permasalahan baru yang sangat bisa persoalan itu mengganggu keselamatan dan perjalanan bangsa dan negara kita.
Saya menyimak pidato Kyai Sahal Mahfudz tadi satu contoh ketika kita bersama-sama mencegah berkembangnya yang kita sebut aliran sesat di negeri ini, menanganinya dengan baik, maka sesuai aturan main, kami memohon fatwa dari Majelis Ulama Indonesia. Presiden tidak bisa memberikan fatwa, setelah fatwa dikeluarkan maka perangkat negara sesuai dengan wewenang yang diberikan menurut Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang menjalankan tugasnya. Kesatuan inilah yang kita harapkan terus kita jalin di waktu yang akan datang, karena bagaimana pun negara harus kita kelola dengan sistem, dan sistem telah mengatur dengan gamblang. Siapa bertanggung jawab tentang apa?, siapa memiliki kewenangan tentang apa? Dan itu kalau saling kita hormati, saling kita perankan banyak masalah yang dapat kita segera pecahkan dengan baik.
Contoh yang lain misalnya tindakan kita menangani misalnya minuman-minuman keras. Saya tidak ingin mengulangi apa yang sudah menjadi pikiran dasar sikap kita, tetapi kalau tidak kita lakukan kerja sama yang baik Majelis Ulama Indonesia, pihak-pihak lain, Kepolisian, dan perangkat negara yang lain bisa terjadi sesuatu yang sama-sama merugikan kita semua. Sebagai contoh apabila ada kegiatan fisik yang melebihi kepatutan dan tidak tepat itu bukan hanya mengganggu iklim sosial, iklim ekonomi, dan iklim keamanan, tapi juga mengganggu citra kita di pentas internasional. Saya sedih, saya marah, dan saya jengkel kalau sedikit-sedikit luar negeri itu memberikan travel warning kepada Indonesia. Kata mereka tidak aman Indonesia itu investasi, berinvestasilah ke Vietnam, ke India, ke China, ke tempat-tempat yang lain, sakit kita. Sambil kita memerangi hal-hal yang tidak adil pada tingkat dunia, kita pun harus bisa memelihara rumah kita sendiri menjadi rumah yang teduh, rumah yang damai, adil, semua masalah dilaksanakan sebagaimana kita menyelesaikan masalah itu dan tidak mengganggu niat kita untuk meningkatkan kesejahterakan rakyat yang sama-sama kita cintai.
Yang ketiga, saya mohon Majelis Ulama Indonesia untuk berdiri di depan di dalam menyelamatkan umat, umat kita, dan pada akhirnya adalah menyelamatkan bangsa Indonesia. Penyelamatan utamanya dari berbagai kemunkaran, dengan harapan tentunya memerangi kemunkaran dengan cara-cara yang tidak munkar atau justru lebih munkar dari apa yang hendak kita perangi.
Saya banyak membaca masukan sebelum tadi pagi setelah sholat subuh saya tulis sambutan saya ini. Saya membaca masukan dari Majelis Ulama Indonesia, dari Menteri Agama, dari beberapa pakar, saya catat semua, saya catat dengan apa yang ditulis oleh Majelis Ulama Indonesia ada 11 poin kalau tidak salah, 13 barangkali. Saya baca saja di sini, kita harus betul-betul melakukan langkah-langkah sangat tegas dan tepat terhadap paham atau aliran sesat dan menyesatkan. Kedua, yang berkaitan dengan tahayul, khurafat, klenik, dan mistik. Yang ketiga, perzinahan, kemesuman, dan aborsi. Empat, perjudian dengan segala bentuknya. Lima, minuman keras. Enam, narkoba dan zat adiktif lainnya. Tujuh, pornografi melalui media massa. Delapan, porno aksi di ruang publik. Sembilan, korupsi dan suap. Sepuluh, kekerasan terhadap wanita dan anak di kalangan keluarga. Sebelas, kekerasan di tengah masyarakat, perkelahian, tawuran, anarki. Dua belas, pembajakan terhadap hak cipta. Tiga belas, kejahatan kriminalitas pada umumnya. Ini saya tulis penuh sebagaimana yang dipikirkan oleh Majelis Ulama Indonesia, saya dukung. Mari kita jalankan secara bersama-sama.
Ada tiga catatan kecil masalah tahayul, klenik, mistik. Para ulama sangat mengetahui negara kita ini oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala diberikan banyak kekayaan. Minyak atas tanah kelapa sawit, kelapa misalkan, minyak atas tanah, kalau di Arab atas tanah tidak ada, di negara lain atas tanah ada, bawahnya tidak ada, kita punya dua-duanya, salah satu contoh, dan banyak lagi yang apabila kita syukuri, kita kelola dengan baik insya Allah negara kita akan sejahtera. tetapi negara kita memang rawan terhadap bencana, karena bentuk geologinya seperti itu, dan bumi kita yang seperti buah jeruk ini ada lipatan-lipatan, kerutan-kerutan, negara kita berada di tiga kerutan yang sering kali bisa bertabrakan satu sama lain. Sacara keilmuan bisa dijelaskan mengapa ada gempa bumi, mengapa ada tsunami, mengapa ada letusan gunung berapi, secara keagamaan dan keislaman juga dapat dijelaskan, Allah menjaga keseimbangan supaya tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi dari alam semesta itu. Oleh karena itu dengan pendekatan itu sangat wajar bisa mencegah secara ilmiah, tetapi kita juga mohon kepada Allah karena Beliaulah pengatur segalanya.
Dengan demikian, ini saya buka rahasia saya, ketika ada tsunami, ada gempa bumi, banyak sekali yang datang surat, sms, kalau saya ikuti syirik saya, dan kalau saya ikuti tidak tepat memimpin bangsa dengan pikiran seperti itu, harus sesaji di empat penjuru angin. Seperti apa nanti wartawan melihat Presiden bawa sesaji di pantai selatan, pantai timur, pantai barat, pantai utara. Ada yang memiliki kepercayaan tersendiri, saya hormati, tetapi kita mohon kepada Allah mudah-mudahan dengan pengetahuan tadi itu, karena tidak bisa kita cegah gempa bumi, kita mohonkan supaya kerusakannya tidak dahsyat dan kita lakukan cara-cara menangani bencana, cara-cara penyelamatan dini, agar makin berkurang korban itu.
Kemarin, waktu saya meninjau saudara-saudara di Blitar dan Kediri, banyak sekali Kyai Sahal, sms, masukan jangan ke Kediri, Pak SBY bisa jatuh kalau ke Kediri. Saya dengan istri merenung, kami akan meninjau rakyat, saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan, di daerah pengungsi di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Kemudian, kalau takut akan hilangnya kekuasaan, saya bukan pemimpin, kekuasaan itu datang dan pergi. Siapa pun pada saatnya akan selesai mendapatkan kekuasaan itu, tapi saya juga menghargai mereka yang tujuannya baik, mengingatkan jangan sampai nanti ada apa-apa, begitu. Terhadap tujuan itu kami sekeluarga berdoa dengan khusyu’ kepada Allah mudah-mudahan tujuan kami ke Kediri dan Blitar yang baik ini diridhai oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Jadi ini sebagai contoh, saya kira banyak sekali contoh-contoh kehidupan yang kita alami, sebatas kita harus rasional, tetapi kita harus percaya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala menghormati pandangan, pendapat orang lain, tanpa harus mengkompromikan akidah dan prinsip-prinsip ajaran yang kita anut.
Yang kedua, masalah porno aksi, sebenarnya begini, kalau kita berpikir rasional, berpikir jernih, semua itu ada batas kepatutannya. Bangsa kita bangsa yang majemuk, budaya di negara kita juga majemuk, kita bisa merasakan mana yang penampilan itu bagian dari budaya, mana yang penampilan itu memang betul-betul porno aksi, jadi itu bisa kita nalar. Istana ini dilarang bagi siapa pun yang acara hiburan biasanya di tempat ini, ini ada tamu negara seperti Bapak-Ibu di sini, ini ada atraksi, kesenian daerah, ada musik, ada penyanyi, kita larang yang berbusana tidak senonoh. Yang pusernya kelihatan jelas keluar, tidak masuk ke istana ini. Banyak sekali yang bisa kita lakukan, karena saya yakin sebetulnya kita bisa merasakan ini masih patut, karena budaya kita macam-macam, tetapi  ini betul-betul porno, merusak di dalamnya, anak-anak kita, generasi kita. Kalau kita kembalikan ke situ, maka tidak perlu kita khawatirkan bahwa kita sangat serius untuk mencegah porno aksi, pornografi, dan tindakan-tindakan seperti itu, kita raih, kita kaitkan dengan pandangan seperti itu.
Yang ketiga atau yang terakhir, dampak globalisasi. Tidak kita sadari Bapak-Ibu sekalian meskipun berkali-kali saya katakan globalisasi tidak bisa kita hindari seperti datangnya musim. Di Indonesia setelah musim kemarau, musim penghujan, meskipun agak kaget sekarang ini karena pemanasan global. Di luar negeri negara-negara utara setelah musim panas, musin rontok, setelah musim rontok musim dingin, setelah musim dingin, musim semi, globalisasi akan datang. Karena kita tahu globalisasi membawa kebaikan kalau kita berdasari apa yang bisa kita dapatkan teknologi yang tepat misalnya, ilmu yang berguna misalnya, tetapi juga banyak sekali yang mendatangkan kerusakan, gangguan-gangguan yang tidak baik, satu sikap kita harus menolak, mencegah, dan menyelamatkan kehidupan bangsa kita.
Yang ingin saya berikan contoh adalah satu saja masalah globalisasi ini, ada kecenderungan hedonisme, memuja kesenangan duniawi dan ada pemujaan pada kebendaan, material yang tinggi, ini bahaya, ini berbahaya, ini dangerous. Karena kita meremehkan ajaran agama, kita meremehkan spiritualitas, kita meremehkan nilai dan budaya luhur yang kita miliki. Mari kita selamatkan diri kita, anak-anak kita, generasi yang akan datang dari yang saya katakan tadi kemewahan duniawi yang tidak berpikir akhiratnya dan juga pemujaan yang berupa benda. Dengan ini saya berharap 13 butir yang telah MUI rumuskan tadi dengan pengelihatan yang jernih, dengan konteks yang tepat tentu akan sangat membantu pembangunan karakter, pembangunan bangsa yang tengah kita laksanakan dewasa ini.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, hadirin-hadirat yang saya muliakan. Dan akhirnya dengan memohon ridha Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan mengucapkan bismillahirrahmaanirrahiim “Rapat Kerja Nasional Majelis Ulama Indonesia Tahun 2007� dengan resmi saya nyatakan dibuka.
Assalaamu’alikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Biro Naskah dan Penerjemahan
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan
Sekretariat Negara RI
ÂÂ