ACARA PERTEMUAN DENGAN PARA PETANI, DI CIAWI, KABUPATEN TASIKMALAYA, 19 SEPTEMBER 2008
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA PERTEMUAN DENGAN PARA PETANI
DI CIAWI, KABUPATEN TASIKMALAYA
PADA TANGGAL 19 SEPTEMBER 2008
Â
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur Jawa Barat, Saudara Bupati Tasikmalaya, dan para Pimpinan dan Pejabat yang bertugas di Jawa Barat dan Tasikmalaya, baik dari unsur eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun TNI dan POLRI. Saudara para Camat, Saudara Kepala Desa Pamoyanan Bapak Acep Saharoni.
Yang saya cintai, yang saya muliakan, Bapak Solihin beserta para sesepuh yang ikut hadir pada acara yang penting ini, para petani dalam arti luas yang saya cintai dan saya banggakan.
Marilah pada kesempatan yang baik, dan Insya Allah penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’aala karena pada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur di bulan suci Ramadhan ini masih diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah puasa. Semoga ibadah kita diterima dan mendapat ridha Allah Subhaanahu Wa Ta’aala.
Kami, Pak Acep juga sangat berbahagia dan gembira bisa datang di tengah-tengah Saudara para petani, para pahlawan pangan di negeri ini untuk bersama-sama menyerasikan langkah kita, pemerintah, para tokoh masyarakat dengan masyarakat luas utamanya petani agar hari esok kita berbuat lebih baik lagi untuk masyarakat, bangsa, dan negara kita.
Selama empat tahun saya mengemban amanah, sangat sering saya bertemu dengan komunitas petani di seluruh Indonesia. Termasuk waktu saya beberapa kali bersama-sama Bapak Solihin, saya melihat langsung di Cianjur pengembangan satu varietas yang ternyata memiliki keunggulan SRI atau padi SRI yang sekarang terus berkembang di banyak tempat. Beberapa saat yang lalu saya datang ke Subang, ke Sukamandi, juga dikembangkan padi varietas itu dan di tempat-tempat yang lain.
Mengapa saya datang ke tempat pertanian, bertemu dengan komunitas petani, mendorong penelitian dan pengembangan berbagai varietas, baik padi, jagung, kedelai, dan lain-lain, tiada lain agar negara kita bisa berswasembada pangan. Yang paling pokok pangan, yang lainnya nomor sekian setelah pangan. Oleh karena itu, pertanian merupakan sektor yang sangat-sangat penting. Peran petani juga sangat-sangat penting dan setiap upaya yang dilakukan para petani dalam arti luas, karena yang ingin kita capai tahun-tahun mendatang swasembada bukan hanya padi, tapi juga tebu, jagung, daging sapi, kedelai, disamping yang lain-lain, yang Alhamdulillah kita sudah memiliki kecukupan. Kalau saya bicara petani berarti luas. Inilah yang akan kita raih bersama-sama pemerintah pusat maupun daerah, pada tingkat saya, Menteri Pertanian, dan Menteri yang lain, pada tingkat Gubernur, pada tingkat Bupati, Kota, Camat, dan Kepala Desa, semua jajaran pemerintah akan berbuat baik dengan program, dengan anggaran, dengan langkah-langkah nyata, untuk meningkatkan pertanian kita, meningkatkan produksi dan produktifitas pangan kita. Tetapi, elemen yang paling penting juga kontribusi dari para petani, dalam arti luas, agar sekali lagi produksi dan produktifitas makin meningkat. Itulah yang ingin saya sampaikan, mengapa saya terus atau sering berkeliling Indonesia untuk memastikan sektor pertanian tumbuh dengan baik karena sekali lagi, malu kalau negara kita yang dianugrahi oleh Allah Subhaanahu Wata’ala kekayaan alam, iklim, tanah seperti ini, pertanian kita tidak maju. Insya Allah kita bisa membangun pertanian yang lebih maju dengan kebersamaan kita.
Demikian pengantar saya, dan bersama saya ada Menteri Pertanian, ada Menteri UMKM, lantas di tingkat Gubernur, Pak Bupati, mari kita bersatu dalam tekad, sehingga masalah yang muncul nanti, mari kita pecahkan bersama. Kalau bisa dipecahkan di tingkat Kabupaten, Pak Bupati bertanggungjawab untuk memecahkannya. Kalau harus naik pada tingkat Provinsi, Pak Gubernur dengan jajarannya bertanggungjawab. Kalau harus di tingkat pusat, saya dan para Menteri terkait mesti bertanggungjawab. Supaya enak kita ini, negara ini negara kita bersama, semua ikut berperan, semua penting. Demikian pengantar saya, saya persilahkan dimulai apa namanya, apakah pertanyaan atau usulan, atau saran dari saudara-saudara, tolong disampaikan apa adanya. Kalau disampaikan apa adanya kami faham masalahnya apa. Kalau faham masalahnya, jalan keluarnya juga tepat. Saya persilahkan. Yang memandu saya kira Bapak Gubernur, silahkan Bapak Gubernur dipandu, supaya lebih efektif dialog kita.
Gubernur Jawa Barat :
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Yang terhormat, Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono.
Yang terhormat, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan hadirin sekalin yang berbahagia,
Alhamdulillah di pagi hari ini kita bisa berkumpul, bisa bersilaturahim, bisa temu wicara dengan Bapak Presiden kita beserta Ibu, kita akan melangsungkan dialog, mohon maaf karena waktunya sangat sempit, harinya hari Jum’at, samporet waktosna Bapak Ibu sekalian, penanya hanya dibatasi tiga orang, tentu saja mudah-mudahan tiga orang ini mewakili semua unek-unek, semua usulan, semua pertanyaan yang mungkin ada pada pagi hari ini dari Bapak-bapak di depan saya dua orang, dari Ibu-ibu satu orang. Siapkan dua, mohon pertanyaannya nanti singkat, padat, jelas. Jangan terlalu banyak pernyataannya sebelum pertanyaannya. Mendingan lebih diperjelas pertanyaannya apa, jangan banyak-banyak pernyataannya, atau usulannya apa, sarannya apa, mumpung Bapak Presiden ada di sini. Inikan, apa namanya, peristiwa yang sangat langka, dan ini di bulan Ramadhan, jangan-jangan Bapak Presiden datang kesini ini adalah tanda-tanda Lailatul Qadar, karena sangat langka sekali, oleh karenanya yang langka seperti ini tolong digunakan dengan sebaik-baiknya. Saya minta dari sayap kanan satu orang, sayap kiri satu orang, dan dari Ibu-ibu satu orang. Silahkan dari sayap kanan siapa? Sebentar, jangan dulu berdiri, sebentar. Saya punya hak memilih juga siapa yang mau bertanya, silahkan selanjutnya ada berapa orang penanya? Satu orang ternyata, terus sebelah sini? Sebelah sini, Bapak-bapak yang pakai batik cokelat, yang tengah yang tidak pakai peci satu, bapak satu, kemudian Ibu-ibu? Ayo bertanya! UKM Ibu-ibu silahkan! Ada Ibu-ibu? Tidak adil kalau saya tidak melibatkan ibu-ibu. Sekarang musimnya musim gender, silahkan ibu-ibu, ada bu? Ayo bu, jangan disia-siakan, Nah ibu-ibu Alhamdulillah.
Pertanyaan pertama kita kasih kesempatan dari Ibu-ibu dulu, silahkan bu, Ibu yang pertama kali bu, silahkan, Ibu bisa maju ke depan, silahkan bu ya, jangan ada grogi, jangan apa-apa, silahkan bu!
Penanya Pertama :
Terima kasih atas waktunya, sebelumnya memperkenalkan nama saya Ibu Waningsih dari UKM Kecamatan Rajapolah.
Pada kesempatan yang baik ini, saya maksud bukan mau bertanya, tapi meminta harapan, barangkali, sebelumnya, tadi sudah saya membaca di majalah ada bantuan dari pemerintah ya, berupa KUR, pinjaman itu mungkin ya, Pak. Kalau bisa atau harapan saya, kalau pinjaman tetap harus bayar Pak, kalau saya dari UKM yang kecil gitu modalnya, kalau bisa meminta itu berupa bantuan seperti BLT aja Pak yang gratis. Gitu. Kalau bisa mungkin kalau sudah dimasukkan ke anggaran daerah atau pusat, gitu. Walaupun nilainya sedikit kalau gratis kan nggak usah bayar. Mungkin harapan saya itu, bantuan juga berupa bantuan peralatan, barangkali untuk yang kecil juga diharapkan sekali supaya bisa meningkatkan usaha kecil ini. Mungkin karena memang sudah banyak yang mendapat bantuan, tapi mungkin belum merata. Itu aja harapan saya, terima kasih.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Gubernur Jawa Barat :
Wa’alaikumusalaam warahmatullaahi wabarakatuh.
Terima kasih, Ibu.
Kemudian, penanya yang kedua Bapak, silahkan Pak ya.
Penanya Kedua :
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono yang saya hormati.
Pada kesempatan ini pertama-tama saya perkenalkan, nama Nanang Waslian, perwakilan dari Kelompok Tani Ternak dari Cikatomas, Pak, Kabupaten Tasikmalaya, mengenai sapi potong.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, pertama kami mengucapkan syukur Alhamdulillah bahwa kami bisa berkumpul dan bisa langsung bertatap muka serta bisa memberikan harapan atau menerima harapan dari Bapak semuanya. Bapak-bapak, selama ini saya bergelut di peternakan sapi potong, mengingat dimana Kabupaten Tasikmalaya pada dasarnya membutuhkan kurang lebih 12.000 ekor per tahun. Sedangkan, kebutuhan tersebut belum bisa terpenuhi oleh produksi lokal, karena masih kurangnya bibit atau bakalan. Dimana, kesempatan tersebut, Pak, selama ini diambil oleh atau dipasok dari luar, terutama dari Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan dari Australi.
Adapun pertanyaan yang saya ingin sampaikan, tadi yaitu masalah kekurangan bakalan, Pak, atau bibit. Ini sangat jauh untuk mengingat kebutuhan Kabupaten Tasikmalaya. Kedua, adapun keberhasilan kami selaku peternakan untuk melakukan inseminasi buatan, Pak, tapi sekalipun begitu, mengingat faktor modal di para kelompok ini belum ada jadi tetap bakalan tersebut sebelum masa panen sudah dijual terlebih dahulu. Mereka yang menerima masih orang-orang atau kelompok-kelompok yang bermodal, terutama dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nah itu, Pak, yang saya bisa sampaikan, mudah-mudahan harapan kami pada kesempatan ini yang dua hal tadi, Pak, masalah kekurangan bibit dan faktor modal bisa menjadi perhatian Bapak-bapak semuanya. Sekian, sebelumnya mungkin kami kalau ada kata-kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf, Pak, maklum kami petani.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Presiden RI :
Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh.
Gubernur Jawa Barat :
Terima kasih. Kemudian pertanyaan ketiga, silahkan!
Penanya Ketiga :
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Presiden RI :
Wa’alaikumussalaam
Penanya Ketiga :
Saya dari Kopontren, jadi bukan pertanyaan tadi yang memang ahli bisnis, saya adalah Koperasi Pondok Pesantren. Kita tahu Tasikmalaya ini adalah Kota Seribu Santri. Selanjutnya, kami Alhamdulillaah telah berapa kali mendapat bantuan, baik dari Kementerian Koperasi.
Gubernur Jawa Barat :
Pak, punten namanya, Pak.
Penanya Ketiga :
Nama saya Maskur Malik, dari Pondok Pesantren Al Idrisiyah Cikalong. Kami sudah berapa kali mendapat bantuan, baik itu dari Kementerian Koperasi, baik itu dari UMKM Deptan, Alhamdulillah, itu merupakan amanah bagi kami. Karena apa, itu bukan hibah, sehingga kami melaksanakan aturan-aturan main pinjaman, dana bergulir, dan lain-lainnya seperti juknis yang ditentukan. Sehingga ini dilirik oleh Kementerian Koperasi, hingga pada tahun 2006 kami mendapat predikat Koperasi Berprestasi Tahun 2006 oleh Bapak Presiden. Seiring dengan itu pula, Bapak Bupati kami yang kami cintai juga mendapat Lencana Koperasi dari Bapak Presiden.
Selanjutnya, kami tidak puas, kami melanjutkan sepak terjang kami yaitu ke daerah selatan, karena kita tahu Kabupaten Tasikmalaya ini daerah selatannya agak ketinggalan. Kami melihat disana ada tambak-tambak bekas kepiting, di kampung Ciheras Kabupaten Tasikmalaya, Cipatujah, itu sudah kami laksanakan tiga kali panen udang Tanami. Kami laksanakan dengan pola intensif, Alhamdulillah, kami mendapat hasil, masyarakat disana juga mendapat fee-nya. Sekarang rupanya Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan juga ikut-ikutan di sana. Kenapa ? Karena ini prospek rupanya, sehingga Dinas ini juga sudah membikin kelompok di daerah selatan ini.
Kendalanya, kendalanya bagi kami setiap panen kami mencari siapa pembeli di Jawa Barat, tidak ada. Kami harus berhubungan ke Tuban, kami harus berhubungan ke Surabaya, satu. Tambak udang di daerah selatan ini airnya sangat bagus, kami juga punya tambak udang di Tuban tapi tidak sebagus di Ciheras Cipatujah. Tanggal 21 besok kami panen, mungkin ada yang mau lihat, boleh, dan mau beli juga boleh, menjelang Maghrib, Pak ya. Jadi, pemasaran kami agak susah, karena apa, udang ini tergantung oleh cukong-cukong Singapur, kita bekerja, bekerja keras, kita beli pakan yang mahal, sudah bekerja keras dengan modal yang besar tapi harganya ditentukan oleh segelintir orang di Singapur. Walaupun kami dapat untung, orang Singapur untungnya lebih besar.
Yang kedua, kami juga atas nama nelayan-nelayan atau masyarakat Kampung Ciheras, melihat kami berhasil, pingin juga akhirnya kami mengharapkan, kalau bisa ini, bantuan bagaimana supaya air laut itu masuk ke darat. Kalau dibikin pengairan, kalau di Pantura itu pemerintah yang mengadakan, tinggal masyarakat yang melaksanakan dengan baik.
Demikian harapan ini mudah-mudahan terlaksana.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Gubernur Jawa Barat :
wa'alaikum salam warahmatullaah
Terima kasih Pak Mastur. Mungkin tadi Dinas Pertanian bukan ikut-ikutan, ngabantuan.
Pak Presiden, silahkan.
Presiden RI :
Terima kasih Pak Gubernur. Terima kasih Bapak-bapak, semua yang disampaikan itu penting. Saya senang, karena Bapak berterus terang mengungkap masalah-masalah itu, karena tugas kami, amanah yang kami emban itu harus betul-betul mendukung, mendorong, membantu semua usaha yang dilakukan oleh rakyat.
Pertama, Ibu Warmaningsih tadi, betul? Ibu Waningsih? Begini Ibu, kebijakan pemerintah dalam menggunakan anggaran atau menggunakan uang rakyat dalam bantu saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan harus tepat dan adil. Bapak Ibu pernah mendengar paket bantuan langsung, paket PNPM, paket KUR atau Kredit Usaha Rakyat. Tiap tahun kami mengeluarkan anggaran yang besar untuk membantu saudara-saudara kita yang masih miskin. Insya Allah nanti tidak miskin lagi. Tahun ini saja besarnya 60 Triliun. Untuk apa itu? Paket A itu bantuan langsung, itu sifatnya bantuan, Ibu, bukan pinjaman, misalnya yang sangat miskin rumah tangga mendapatkan BLT bersyarat, yang miskin berobatnya juga kita bikin gratis, yang miskin kita bantu sekolah dengan BOS, yang kena musibah, bencana, kita bantu untuk mengatasi bencana, yang lanjut usia juga kita bantu, semua itu bantuannya langsung, karena memang diperlukan. Mereka tidak berdaya, mereka belum berdaya. Sampai suatu saat berdaya, maka tidak lagi kita berikan bantuan langsung, itu biayanya juga sangat besar.
Nah yang kedua, Bapak Ibu, Paket B itu yang kita bantu daerahnya, kecamatannya, desa-desanya, yang disebut dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Tahun lalu, tahun ini besarnya 1 sampai 2 Milyar yang dapat Insya Allah tahun depan 2 sampai 3 Milyar dengan harapan DPR RI setuju atas alokasi itu.
Nah yang ketiga, Ibu, yang sudah berdaya, berusaha, karena menghasilkan suatu usaha itu yang diberikan Kredit Usaha Rakyat yang tadinya kalau pinjam modal panjang sekali syarat-syaratnya, sekarang dipermudah. Itulah yang tersedia. Namun, apabila daerah, apakah Kabupaten, Provinsi atau Kementerian terkait ada sesuatu yang bisa dibantukan, seperti yang ibu kelola, itu bisa juga dilakukan. Tetapi, kebijakan yang umum seperti yang saya sampaikan tadi, ada yang kita kasih ikannya, ibaratnya begitu, bantuan yang langsung tadi, ada yang dikasih kailnya, yang PNPM tadi, ada yang kita kasih perahunya, Kredit Usaha Rakyat, ibaratnya begitu. Oleh karena itu, Pak Bupati di sini ada, Pak Gubernur ada, Bapak Menteri ada, apakah ada scheme yang bisa dibantukan yang sifatnya hibah, bukan pinjaman pada mereka-mereka yang memerlukan. Secara selektif menurut pendapat saya sesuai dengan prioritas, itu bisa diberikan secara selektif. Karena, Alhamdulillaah setelah kita mengalami krisis sepuluh tahun yang lalu, ekonomi kita telah mulai pulih, mulai tumbuh, demikian sektor riil, demikian penerimaan negara. Saya persilahkan kepada Saudara Bupati, Pak Gubernur, untuk memikirkan itu dan para Menteri apa yang bisa diberikan disamping kebijakan yang umum tadi. Itu yang pertama. Ibu Waningsih.
Bapak Nanang Waslian. Betul? Kita memiliki program dalam lima tahun ini untuk sekali lagi menuju swasembada atau kecukupan atau kalau import jangan terlalu tinggi, makin menurun. Lima komoditas yang kita utamakan pertama padi, Alhamdulillah, banyak pejuang-pejuang padi seperti Bapak Solihin, tadi saya katakan SRI itu sistem sebetulnya System of Rices Intensification. Jadi dengan sistem itu, ternyata pertumbuhannya, perkembangannya, produktifitasnya tinggi sekali. Nah, pahlawan-pahlawan seperti beliau inilah yang akhirnya Alhamdulillaah, kalau tidak ada aral melintang tahun ini kita kembali berswasembada beras. Tepuk tangan boleh. Dulu Pak Harto tahun 1985, ingat saya, Pak Solihin pasti ingat, beliau sekarang juga berkecimpung dulu. Nah sekarang, kalau kita bisa berswasembada ini kita syukuri, karena penduduk kita sekarang jauh lebih banyak dibanding dengan penduduk tahun 1985.
Yang kedua, tebu atau gula Insya Allah dalam beberapa tahun mendatang kita bisa memenuhi. Dele masih agak jauh, oleh karena itu saya kemarin di Nganjuk, kemudian juga di Purwokerto, bicara dele karena Pak Dimin dari Nganjuk itu sudah bisa menghasilkan 2,6 ton per hektar. Di Jombang baru sekitar 2 juta ton per hektar yang paling tinggi, 2 ton per hektar. Sedangkan di Nganjuk tadi 2,6 ton per hektar. Nah, kalau ini kita kembangkan terus Insya Allah makin cukup, Bapak Ibu tahu, berapa kita memerlukan kedelai tiap tahun? Sekitar 2 juta. Kita baru memproduksi 700 ribu, padahal kita senang makan tahu dan tempe. Siapa yang tidak suka makan tahu dan tempe? Kalau Bapak Ibu ke kantor saya, di Jakarta, pasti ketemu tahu dan tempe setiap hari. Nah kalau kedelainya diimpor, saya sedih kita, harus kita produksi di dalam negeri. Termasuk ternak Bapak ya, betul sekarang kita masih mengimpor karena kebutuhan yang cukup besar, saya ingin nanti Menteri Pertanian menjelaskan, saya beri kesempatan, apa saja yang kita lakukan, satu untuk menambah kesediaan bibit atau bakalan tadi. Saya sudah menunjuk beberapa objek peternakan, termasuk inseminasi buatan di Singosari. Pemodalannya, baik permodalan jelas ada scheme pinjaman biasa, ada scheme KUR, adapun bantuan-bantuan lain yang diberikan Kementerian, tolong dijelaskan sekaligus nanti untuk Pak Waslian, yang jelas itu menjadi program pemerintah, itu menjadi agenda pemerintah. Jadi, pas betul kalau Bapak mengangkat masalah ini.
Kemudian Bapak Maskur Malik tadi, Selamat, senang, kalau pondok-pondok pesantren dan juga berkreasi, berikhtiar, melakukan terobosan-terobosan untuk kesejahteraan. Ada berita gembira, good news, yang perlu kita syukuri Insya Allah tahun depan anggaran pendidikan kita sudah mencapai 20%. Besarnya pemerintah merencanakan 224 Triliun, besar sekali, paling tinggi diantara pembangunan yang lain. Saya ingin ini digunakan sebaik-baiknya, baik untuk pendidikan umum maupun untuk pendidikan keagamaan. Kita ingin pondok-pondok pesantren secara bertahap, adil di seluruh Indonesia juga mendapatkan bantuan yang lebih banyak lagi dibandingkan sebelumnya. Tetapi ingat, karena ini uang rakyat, uang negara, mari kita gunakan sebaik-baiknya. Saya minta semua elemen masyarakat ikut memastikan dengan biaya, anggaran yang besar ini mutu pendidikan kita makin baik, kesejahteraan guru makin baik, fasilitas dan prasarana pendidikan makin baik, sehingga anak-anak kita akan lebih bermutu, berkemampuan dan berdaya saing. Kalau anak-anak kita, generasi muda kita maju, Insya Allah negara kita akan maju.
Namun, meskipun pemerintah akan terus meningkatkan bantuan, maka diperlukan kreatifitas dari semua sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Maskur Malik tadi. Saya dorong, saya berikan apresiasi, nah masalah konsumsi udang yang Bapak tanam, memang namanya dinamika pasar, pasar dalam arti ada produksi ada konsumsi, ada barang dan jasa yang dihasilkan, ada masyarakat yang membeli barang dan jasa itu tidak bisa dikomando. Ada negara, negara-negara komunis, negara sosialis, zaman dulu dikontrol oleh pemerintah, oleh negara, ternyata tidak jalan. Bisa diserahkan mekanisme pasar, tetapi kalau betul-betul mekanisme pasar bisa tidak adil, contohnya tadi petani kita bekerja keras menghasilkan udang, kita juga yang menentukan harga, yang Bapak sebut pembeli, atau agen, atau cukong dari Singapura, itu tidak adil. Oleh karena itu, tidak boleh diserahkan pada mekanisme pasar. Pemerintah ada perannya, ada kalanya untuk efisiensi diserahkan pasar, ada kalanya pemerintah ikut mengatur.
Nah, kembali ke saran Bapak, saya minta ini dipelajari, Bapak Gubernur, Pak Bupati, Seskab tolong disampaikan ke Menteri Perdagangan, apa yang bisa kita bantukan apa lagi menyangkut jual beli antar negara, harus dilindungi, saudara-saudara. Saya tidak ingin jerih payah petani Indonesia, yang menikmati negara-negara lain. Itu tidak adil. Kita terus berjuang, Pak Anton baru saja kembali dari Eropa, banyak yang mengutik-ngutik yang mempersoalkan kelapa sawit Indonesia, produk pertanian Indonesia, katanya merusak ini, merusak itu, akan diberikan kuota, ini lagi-lagi tidak adil. Kita ini hanya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, kita pasti memelihara lingkungan kita, tidak mungkin kita mau merusak lingkungan kita sendiri. Makanya dihambat-hambat, diberikan kuota, diproteksi, namanya perdagangan yang tidak adil. Beliau berjuang di Eropa untuk menembus pasar itu. Demikian juga produk pertanian yang lain. WTO Bapak Ibu tahu itu aturan perdagangan dunia, juga belum adil. Kita masih berjuang terus supaya adil sehingga pertanian kita bisa diwadahi, petani kita makin sejahtera. Saya minta Seskab nanti disampaikan ke Menteri Perdagangan, Bapak ikut saya bisa datang langsung ketemu sama staf Ibu Marie Pangestu ataupun Ibu Marie Pangestu sendiri supaya terjadi sesuatu yang lebih adil.
Kalau antar provinsi, silahkan Pak Gubernur bisa berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Timur. Kalau itu ke Tuban mengapa yang beli di Tuban, Bapak? Pak Maskur Malik kenapa yang belinya ada di Tuban itu? Masa di Jawa Barat tidak ada sama sekali? Saya silahkan!
Maskur Malik :
Memang, semua udang yang ada di Pantura maupun di Pangandaran, Pangandaran itu ada pembibitan, tapi dia tidak ada penangkaran dan penjualan. Itu semua cukong udang itu adanya di Surabaya. Jadi semua cukong udang itu punya pabrik di Surabaya, diolah, baru dikirim ekspor ke luar negeri. Yang sisa-sisanya inilah yang dijual di Indonesia. Saya usulkan lagi sedikit, kalau bisa rakyat Indonesia ini senang udang, itu salah satu kuncinya. Kalau rakyat Indonesia senang makan udang, tidak usah ekspor lagi kita. Terima kasih.
Presiden RI :
Iya, saya juga menganjurkan begitu, tambah bergizi, tambah vitamin, tapi saya tidak bisa mengeluarkan Kepres memerintahkan rakyat Indonesia harus makan udang. Mari kita himbau, kita himbau, Bapak. karena, kaya sekali pangan di Indonesia ini. Kita himbau, kita ajak, kalau saya senang makan udang, Bapak. Oleh karena itu, kita pelopori yang penting dengan Tuban lancar sambil mencari pasar-pasar di sekitar Jakarta dan Jawa Barat. Yang saya garis bawahi yang dengan Singapur. Nah, khusus untuk tambak untuk air laut, Bapak, begini. Sepuluh tahun yang lalu kita mengalami krisis, ekonomi kita jeblok, penerimaan negara rendah, infrastruktur di seluruh Indonesia tidak sempat kita rawat, apalagi membangun kembali. Nah, tahun-tahun terakhir kita kembali membangun infrastruktur banyak sekali Bapak, Ibu. Ada irigasi, ada jalan-jalan, ada pelabuhan, ada dermaga, semua kita bangun. Biayanya besar sekali. Oleh karena itu, secara bertahap akan terus kita bangun infrastruktur di seluruh Indonesia khusus yang Bapak sarankan, coba Pak Bupati, Pak Gubernur pelajari seperti apa anggarannya, kalau diperlukan berapa untuk kepentingan ini, kemampuan Kabupaten seperti apa, kemampuan Provinsi seperti apa, nah kalau diluar kemampuan itu kita pusat akan bisa membantu. Tolong Pak Seskab sampaikan ke Menteri PU kita biasakan sharing, ini era otonomi daerah, era desentralisasi, fiskal, sebagian keuangan kita serahkan ke daerah. Dengan demikian jangan sampai kewenangannya di daerah apa-apa kembali ke pusat, itu tidak adil. Mari kita gotong royong, berbagi, mana yang kabupaten, mana yang provinsi, mana yang pusat. Insya Allah kita bantu dengan cara yang tepat nanti. Saya kira itu, Bapak, Pak Anton, Menteri Pertanian saya persilahkan untuk menjelaskan tadi secara teknis operasional apa yang perlu kita bantukan untuk peningkatkan peternakan sapi, utamanya bibit atau bakalan dan kemudian permodalannya.
Menteri Pertanian :
Terima kasih Bapak Presiden.
Ijinkan saya menjelaskan. Jadi, kita menyadari bahwa salah satu permasalahan utama di bidang peternakan sapi, sapi potong ini adalah kekurangan bakalan itu benar, sehingga impor kita masih 30% dari kebutuhan. Oleh karena itu, menyadari hal itu, sebetulnya saat ini juga sudah ada program dimana kita membeli betina-betina produktif itu, yang seharusnya tadi bisa melaksanakan program IB kita, ya. Program IB nya sudah ada, kan? Tapi, karena kebutuhan tuannya, itu dijual dan dipotong. Ternyata itu membutuhkan dana yang sangat besar. Jadi mungkin Tasikmalaya, kalaupun sebagian hanya kecil sekali hingga tidak kebagian program itu.
Oleh karena itu, lalu berpikir lagi sekarang kami sedang menyiapkan program, namanya KUPS, Kredit Usaha Perkreditan Sapi. Dimana, usaha-usaha perkreditan sapi itu akan kita tumbuhkan dengan menggunakan modal yang berasal dari perbankan, yang mana bunganya itulah yang disubsidi oleh pemerintah. Jadi, nanti Bapak-bapak akan membuka usaha perkreditan sapi, Insya Allah mulai tahun depan itu bisa dibantu bank yang sudah bekerjasama dengan kami yaitu BRI. Nanti bunganya itu kita tetapkan tidak lebih dari 4 sampai 5% saja. Karena, kita sudah hitung sekian yang layak bunganya, dengan tingkat bunga yang rendah. Kalau untuk tingkat komersial, jelas tidak layak, terlalu mahal. Yang penting, disini kuncinya adalah dari sisi pakan. Jadi, pakannya itu harus bisa membuat pakan yang murah, yang berasal dari sekitar. Ada onggok, ya, kemudian harus menanam hijauan, dan lain-lain.
Jadi mudah-mudahan, mulai tahun depan program itu bisa kita luncurkan, sedang dalam tahap persiapan-persiapan sekarang. Terima kasih.
Presiden RI :
Terima kasih Menteri Pertanian. Karena, sudah disampaikan yang pro aktif Pak Bupati, supaya yang diinginkan oleh beliau-beliau tadi bisa direalisasi. Kita sangat memperhatikan benih atau bibit, dan pupuk. Minggu lalu, kami melaksanakan Sidang Kabinet, para Menteri hadir, semua hadir, khusus satu hari membahas pupuk dan benih atau bibit. Subsidi yang kita keluarkan tidak sedikit, Bapak. Tahun depan ini kita merancang sebesar 35 Triliun, besar sekali. Tetapi, perlu untuk meningkatkan produksi pangan. Oleh karena itu, mari kita bekerja sama agar semuanya itu bisa baik.
Pupuk ini masalah nasional, menyangkut pabrik-pabrik pupuk yang tua, menyangkut gas ini diperebutkan oleh banyak negara, menyangkut distribusi pupuknya yang kadang-kadang ada hambatan, menyangkut ada yang nakal-nakal, harusnya untuk subsidi dijual ke tempat yang umum, dan sebagainya, dan sebagainya. Kita terus mengatasi masalah ini agar pupuk tersedia. Kita mendorong penggunaan pupuk organik, kita mendorong pabrik-pabrik pupuk organik agar betul-betul terjadi keseimbangan. Oleh karena itu, saya selalu tertarik dan saya datang langsung kalau ada sistem seperti SRI atau yang lain-lain, yang bisa membikin terobosan, tidak hanya menggantungkan pada pupuk kimia, ataupun cara-cara yang lain.
Saudara-saudara, kemudian, apa namanya, subsidi untuk bunga pinjaman itu juga menjadi bagian dari kita. Ini, semua upaya tetapi tentu ada batas negara, karena sekali lagi kita harus juga mengalokasikan anggaran untuk tempat-tempat yang lain.
Protokol waktunya bagaimana ? Saya ingin berlama-lama sebetulnya, Bapak, Ibu, tetapi sambil saya lihat nanti pameran disini, saya lihat pameran didalam, Insya Allah saya akan lanjutkan perjalanan, shalat Jum’at di sekitar Nagreg, kemudian saya ingin melihat ada tempat yang suka macet total, yang tanjakan Nagreg itu setiap mudik lebaran macetnya luar biasa. kita sudah membikin, dulu saya itu tiga puluh tahun dinas di TNI dulu, 15 tahun bertugas di Jawa Barat. Jadi, kalau pulang mudik ke Jawa Timur, mesti lewat Nagreg, ini Pak, mungkin lebih dari setengah jam, satu jam di situ, jadi saya juga mengalami. Kita sudah bikin sudetan, dan dengan solusi lain mudah-mudahan makin kedepan makin lancar. Saya akan lihat siang ini. Apakah betul-betul sudah siap untuk mudik lebaran nanti supaya memperlancar pengguna jalan di situ. Terus, Insya Allah saya akan melanjutkan perjalanan ke Bandung. Saya akan bertemu dengan saudara-saudara kita di Bandung, dan nanti malam kembali ke Jakarta.
Semoga Bapak Ibu sekalian yang berusaha, usahanya terus maju. Saya minta, dan ini perintah ini kepada Pak Gubernur, kepada Pak Bupati bantu agar tambah bagus. Saya juga membantu, pemerintah pusat juga membantu. Mari kita jalin komunikasi yang baik, komunikasi diantara kita semua, karena, ya kalau ingin cepat maju negara kita jangan ada yang hanya menonton, jangan ada yang hanya berpangku tangan, apalagi mudah menyalahkan, menghardik, memaki-maki, dan sebagainya. Tidak akan maju, sudahlah kita bersama-sama saja mengatasi masalah, tidak perlu menyalahkan masa lalu, tidak perlu menyalahkan siapa-siapa, kalau salah, salah kita semua. Kalau kita ingin baik, mari kita bikin baik semua. Demikian, terima kasih.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI