Antisipasi Dampak El Nino, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Penyediaan Air Bagi Pertanian
“Masalah vital saat kekeringan adalah ketersediaan air. Karena itu penting untuk membangun sumur-sumur di lahan yang mengalami kekeringan, disamping memastikan waduk, embung dan saluran irigasi berfungsi,†ujar Presiden saat memimpin ratas tentang dampak El Nino terhadap Ketahanan Pangan, di Jakarta, Kamis (6/8). Ratas serupa yang membahas dampak El Nino terhadap kekeringan dan upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan digelar pada 31 Juli 2015 lalu.
Pemerintah memandang serius dampak dari El Nino dan menyiapkan antisipasi sedini mungkin, karena besar pengaruhnya baik di bidang pertanian, kehutanan maupun perikanan.
“Dampak El Nino akan memukul rakyat kecil. Mereka yang harus kita selamatkan lebih dulu,†tegas Presiden Jokowi.
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Selain meminta laporan detail tentang sawah dan ladang yang gagal panen akibat kekeringan, Presiden Jokowi meminta Mentan untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan. Diantaranya berkoordinasi dengan kepala daerah untuk memanfaatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk membuat program antisipasi gagal panen.
Pemerintah akan menyediakan dana sekitar Rp 6,6 Triliun dari DAK yang bisa dipakai untuk pembangunan embung, dam-parit dan sumur air tanah dangkal, khususnya di daerah endemis kekeringan dan sawah tadah hujan.
“Dalam situasi kekeringan, yang tak kalah penting adalah menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga bahan kebutuhan pokok,†tekan Presiden. Untuk itu, Presiden meminta kepada Mentan berkoordinasi dengan Bulog untuk memastikan bahan kebutuhan pokok, tak hanya beras, yang tersedia dengan harga terjangkau di pasar. Jika diperlukan operasi pasar terus dilakukan.
Sejauh ini Kementerian Pertanian telah mengantisipasi kekeringan dengan berbagai kegiatan. Di antaranya rehabilitasi 1,3 juta ha jaringan irigasi tersier, bantuan pompa air 21,678 unit, membangun embung 1,000 unit, membangun dam parit/long storage, membangun sumur air sawah dangkal, menggerakkan brigade kekeringan, dan merevisi APBN 2015 sebesar Rp 500 Miliar untuk menangani kekeringan.
Hasil kegiatan yang dilakukan sejak November 2014 hingga Juli 2015 itu mampu menyelamatkan lahan seluas 114,701 ha dari ancaman puso. Itu terjadi karena adanya penambahan luas tambah tanam pada periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 seluas 238,669 ha dan pada periode April sampai Juni 2015 seluas 63,978 ha.
Secara umum bisa dikatakan produksi padi dan ketersediaan beras tahun ini cukup aman. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?