Babat Alas Nawung Kridha, Dimulainya Pembangunan New Yogyakarta International Airport
Pembangunan Bandara baru seluas 587,2 ha ini, tidak bisa dilepaskan dari Sabda Leluhur zaman dahulu yang berbunyi dalam Bahasa Jawa "Sesuk ning tlatah Temon kene bakal ana wong dodolan camcao nang awang-awang. Tlatah Temon kene bakal dadi susuhe kinjeng wesi. Tlatah sak lor Gunung Lanang lan Kidul Gunung Jeruk bakal dadi kutho (pasar). Glagah bakal dadi Mercusuaring Bawono†(Kelak di Wilayah Temon ini akan ada penjual cincau di udara. Wilayah Temon ini kelak akan menjadi sarangnya capung besi. Kawasan di Utara Gunung Lanang dan Selatan Gunung Jeruk akan menjadi kota atau pasar. Glagah akan menjadi mercusuarnya dunia).
5 desa di Kecamatan Temon yang terdampak pembangunan Bandara yaitu Desa Jangkaran, Palihan, Glagah, Kebon Rejo dan Sindutan semula berupa rumah penduduk, tegalan, sawah dan pekarangan. Menurut sumber dari website resmi Angkasa Pura, jumlah penerima ganti rugi pembebasan tanah untuk bandara ini adalah 550 kepala keluarga (kk). Semula ada sebagian masyarakat yang menolak pembangunan bandara baru ini, tetapi setelah dilakukan pendekatan, penjelasan dan negosiasi akhirnya warga terdampak menerima pembangunan bandara baru.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pembangunan bandara baru bertujuan untuk meningkatan perekonomian, pariwisata, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain di Wilayah Yogyakarta. Selain itu, keputusan pembangunan bandara baru ini adalah untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada turis yang semakin banyak berkunjung ke Wilayah Yogyakarta setiap tahunnya. Bandara yang telah ada saat ini hanya mampu menampung 1,6 juta penumpang per tahun, sedangkan jumlah penumpang mencapai 7,2 juta per tahun. Keadaan ini adalah salah satu alasan Presiden Jokowi mengambil keputusan yang tepat untuk segera mewujudkan Bandara Udara Internasional Yogyakarta yang kelak bisa menampung 20 juta penumpang per tahun. Lebih lanjut Menteri Perhubungan menargetkan bandara baru akan selesai dan siap beroperasi pada Bulan Maret 2019. Semua penerbangan komersial nantinya akan dialihkan ke New Yogyakarta International Airport, sedangkan untuk penerbangan militer (TNI AU) tetap menggunakan Bandara Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta.
Jarak Kota Yogyakarta ke Bandara Baru di Temon, Kulon Progo sekitar 50 km dan membutuhkan waktu 1 jam dengan menggunakan kendaraan mobil. Untuk memudahkan akses masyarakat ke New Yogyakarta International Airport di Kulon Progo, Pemerintah akan membangun jalan baru dan kereta api, sehingga mempersingkat jarak tempuh dari Yogyakarta menuju Kulon Progo.
Penulis telah mewawancarai salah satu penduduk asli Sindutan yang terkena dampak pembangunan bandara yang datang pada acara peletakan batu pertama oleh Presiden Jokowi, yaitu Sawibi (45 tahun). Sawabi berharap dengan adanya pembangunan bandara baru, daerah Kulon Progo khususnya dan Yogyakarta pada umumnya akan lebih makmur dan sejahtera. Perekonomian masyarakat lebih maju lagi. (Novaheni, Istana Kepresidenan Yogyakarta - Humas Kemensetneg)
5 desa di Kecamatan Temon yang terdampak pembangunan Bandara yaitu Desa Jangkaran, Palihan, Glagah, Kebon Rejo dan Sindutan semula berupa rumah penduduk, tegalan, sawah dan pekarangan. Menurut sumber dari website resmi Angkasa Pura, jumlah penerima ganti rugi pembebasan tanah untuk bandara ini adalah 550 kepala keluarga (kk). Semula ada sebagian masyarakat yang menolak pembangunan bandara baru ini, tetapi setelah dilakukan pendekatan, penjelasan dan negosiasi akhirnya warga terdampak menerima pembangunan bandara baru.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pembangunan bandara baru bertujuan untuk meningkatan perekonomian, pariwisata, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain di Wilayah Yogyakarta. Selain itu, keputusan pembangunan bandara baru ini adalah untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada turis yang semakin banyak berkunjung ke Wilayah Yogyakarta setiap tahunnya. Bandara yang telah ada saat ini hanya mampu menampung 1,6 juta penumpang per tahun, sedangkan jumlah penumpang mencapai 7,2 juta per tahun. Keadaan ini adalah salah satu alasan Presiden Jokowi mengambil keputusan yang tepat untuk segera mewujudkan Bandara Udara Internasional Yogyakarta yang kelak bisa menampung 20 juta penumpang per tahun. Lebih lanjut Menteri Perhubungan menargetkan bandara baru akan selesai dan siap beroperasi pada Bulan Maret 2019. Semua penerbangan komersial nantinya akan dialihkan ke New Yogyakarta International Airport, sedangkan untuk penerbangan militer (TNI AU) tetap menggunakan Bandara Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta.
Jarak Kota Yogyakarta ke Bandara Baru di Temon, Kulon Progo sekitar 50 km dan membutuhkan waktu 1 jam dengan menggunakan kendaraan mobil. Untuk memudahkan akses masyarakat ke New Yogyakarta International Airport di Kulon Progo, Pemerintah akan membangun jalan baru dan kereta api, sehingga mempersingkat jarak tempuh dari Yogyakarta menuju Kulon Progo.
Penulis telah mewawancarai salah satu penduduk asli Sindutan yang terkena dampak pembangunan bandara yang datang pada acara peletakan batu pertama oleh Presiden Jokowi, yaitu Sawibi (45 tahun). Sawabi berharap dengan adanya pembangunan bandara baru, daerah Kulon Progo khususnya dan Yogyakarta pada umumnya akan lebih makmur dan sejahtera. Perekonomian masyarakat lebih maju lagi. (Novaheni, Istana Kepresidenan Yogyakarta - Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?