“Fokusnya adalah bagaimana kita memahami democratic values, principles, and practices. Kemudian, kita ingin berbagi pandangan dan pengalaman. Tiap tahun temanya berbeda-bedaâ€, jelas Presiden, usai General Debate Leaders BDF kelima, Kamis (8/11).
Keberagaman pandangan yang telah diungkapkan oleh setiap Kepala Negara/Pemerintahan dalam sesi General Debate Leaders dalam BDF V menurut Presiden SBY justru menunjukkan indahnya demokrasi. Presiden SBY akan tetap mempertahankan forum BDF sebagai sarana menampung keberagaman pandangan tersebut agar salah satu ruh demokrasi, kebebasan berpendapat, dapat terpelihara melalui BDF. “Apa pun pandangannya kita hormati dan tidak ada keinginan dari forum ini untuk mengatakan pandangan yang itu salah, pandangan yang lain benar,†ungkap Presiden.
Presiden juga mengungkapkan keinginannya untuk mengajak seluruh pihak memikirkan perkembangan dunia saat ini, seperti global governance, peran yang harus dilakukan organisasi internasional seperti PBB atau G20 maupun organisasi regional lainnya, serta bagaimana bangsa-bangsa di dunia mengatasi konflik yang mengancam kemanusiaan dari perspektif demokrasi.
Menurut Presiden, BDF terus mengalami kemajuan nyata, salah satunya dengan terus adanya penambahan jumlah negara peserta setiap tahun. Diharapkan dengan adanya kemajuan tersebut, BDF dapat tumbuh sebagai forum yang makin hidup, makin relevan, dan membawa manfaat bagi semua.Â
Terkait dengan perkembangan dan penyelenggaraan demokrasi di dunia, Presiden menegaskan bahwa tidak ada satu model demokrasi. Sebuah negara tidak bisa meng-import begitu saja model demokrasi dari negara lain dan dipraktekkan di negaranya. One size does not fit all. Banyak sukses sebuah demokrasi karena negara tersebut mempertahankan dan memperhatikan nilai-nilai lokal kultural meski memang ada nilai-nilai universal mengenai demokrasi yang berlaku bagi seluruh negara.
BDF telah berperan dalam memperkenalkan betapa kayanya praktek-praktek demokrasi di berbagai negara, contohnya, pandangan yang telah disampaikan Presiden Republik Korea Lee Myung-bak yang kaya dengan nilai-nilai ketimuran, pandangan dari Perdana Menteri Australia Julia Gillard yang sarat dengan peradaban barat, maupun pandangan dari Presiden Republik Islam Afghanistan Hamid Karzai yang bernuansa islami.
Dalam rangkaian BDF, Presiden SBY menghadiri sejumlah pertemuan bilateral dan trilateral dengan negara-negara peserta BDF, yaitu pertemuan bilateral dengan Korea, Thailand, Australia, Iran, Afghanistan, dan Turki, serta pertemuan trilateral dengan Australia dan Timor Leste guna membahas isu-isu bilateral maupun regional.***(humas setneg)Â Â Â Â Â
Keberagaman pandangan yang telah diungkapkan oleh setiap Kepala Negara/Pemerintahan dalam sesi General Debate Leaders dalam BDF V menurut Presiden SBY justru menunjukkan indahnya demokrasi. Presiden SBY akan tetap mempertahankan forum BDF sebagai sarana menampung keberagaman pandangan tersebut agar salah satu ruh demokrasi, kebebasan berpendapat, dapat terpelihara melalui BDF. “Apa pun pandangannya kita hormati dan tidak ada keinginan dari forum ini untuk mengatakan pandangan yang itu salah, pandangan yang lain benar,†ungkap Presiden.
Presiden juga mengungkapkan keinginannya untuk mengajak seluruh pihak memikirkan perkembangan dunia saat ini, seperti global governance, peran yang harus dilakukan organisasi internasional seperti PBB atau G20 maupun organisasi regional lainnya, serta bagaimana bangsa-bangsa di dunia mengatasi konflik yang mengancam kemanusiaan dari perspektif demokrasi.
Menurut Presiden, BDF terus mengalami kemajuan nyata, salah satunya dengan terus adanya penambahan jumlah negara peserta setiap tahun. Diharapkan dengan adanya kemajuan tersebut, BDF dapat tumbuh sebagai forum yang makin hidup, makin relevan, dan membawa manfaat bagi semua.Â
Terkait dengan perkembangan dan penyelenggaraan demokrasi di dunia, Presiden menegaskan bahwa tidak ada satu model demokrasi. Sebuah negara tidak bisa meng-import begitu saja model demokrasi dari negara lain dan dipraktekkan di negaranya. One size does not fit all. Banyak sukses sebuah demokrasi karena negara tersebut mempertahankan dan memperhatikan nilai-nilai lokal kultural meski memang ada nilai-nilai universal mengenai demokrasi yang berlaku bagi seluruh negara.
BDF telah berperan dalam memperkenalkan betapa kayanya praktek-praktek demokrasi di berbagai negara, contohnya, pandangan yang telah disampaikan Presiden Republik Korea Lee Myung-bak yang kaya dengan nilai-nilai ketimuran, pandangan dari Perdana Menteri Australia Julia Gillard yang sarat dengan peradaban barat, maupun pandangan dari Presiden Republik Islam Afghanistan Hamid Karzai yang bernuansa islami.
Dalam rangkaian BDF, Presiden SBY menghadiri sejumlah pertemuan bilateral dan trilateral dengan negara-negara peserta BDF, yaitu pertemuan bilateral dengan Korea, Thailand, Australia, Iran, Afghanistan, dan Turki, serta pertemuan trilateral dengan Australia dan Timor Leste guna membahas isu-isu bilateral maupun regional.***(humas setneg)Â Â Â Â Â
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?