Sebagai tahap awal, telah dilakukan pemasangan lima panel solar cell di atap Gedung Utama Kementerian Sekretariat Negara. Pemasangan kelima panel tersebut terbukti optimal menyerap sinar matahari dan mampu menghidupkan 40 lampu jalan di sekitar taman kompleks Istana Negara. Penggunaan panel solar cell tersebut pun mampu menghemat biaya listrik sekitar 16 s.d. 17 juta rupiah per tahun. Meskipun belum dapat dikatakan besar, namun penghematan tersebut tampak cukup menjanjikan jika dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar.
Pada tahap awal, biaya cukup besar memang harus dikeluarkan. Sebagai sebuah pilot project pemasangan panel solar cell yang dilakukan secara mandiri tanpa bantuan pihak swasta tersebut memerlukan biaya sebesar Rp105.000.000,-. Kepala Biro Umum, Piping Supriatna mengungkapkan, “Memang besar di awal, tapi hitung-hitung ini sebagai investasi juga. Apalagi bisa menghemat anggaran sampai 17 juta per tahun dan terbukti lebih ramah lingkungan juga. Ke depannya kita sebenarnya ingin memperluas lingkup jangkauan solar cell, namun tentu harus dengan mempertimbangkan berbagai hal.
Kepala Bagian Bangunan, Biro Umum, Purwandari Dyah Hapsari menjelaskan sejumlah hal yang perlu menjadi pertimbangan untuk optimalisasi teknologi solar cell di Kemensetneg. Menurutnya, pemasangan panel solar cell membutuhkan tempat cukup besar agar lebih optimal menyerap sinar matahari. Jaringan listrik yang telah ada juga harus diperhatikan. “Kalau di kita ini kan, jaringan listrik itu satu kesatuan, panel dan meterannya cuma satu. Sehingga kalau misalnya ingin menerangi satu gedung ini, ya kita harus mutus saluran dan buat panel baru untuk tenaga surya,†jelas Kepala Subbagian Perencanaan Bangunan, Bagian Bangunan, Biro Umum, Aloysius Putut Pitoyo. Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah banyaknya pohon yang mempengaruhi paparan sinar matahari.
Namun demikian di tengah berbagai hambatan tersebut, kemudahan pemeliharaan panel solar cell menjadi daya tarik tersendiri. Panel solar cell tersebut cukup dibersihkan secara berkala dengan menggunakan lap serta diganti baterainya setiap 3 hingga 5 tahun sekali. Mengingat yang digunakaan adalah panel Off Grid yang menggunakan baterai untuk menyimpan energinya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penerangan jalan pada malam hari.
Sebagai informasi, solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik. Energi ini terbilang menjanjikan mengingat matahari bersifat berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar. Matahari juga merupakan sumber energi ramah lingkungan yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan kebutuhan energi masa depan setelah berbagai sumber energi konvensional berkurang jumlahnya.
Langkah selanjutnya
Pemanfatan energi terbarukan yang ramah lingkungan menjadi salah satu aspek pengembangan inovasi yang tengah digalakkan di Kementerian Sekretariat Negara. Meskipun pemasangan lima panel solar cell tersebut masih merupakan pilot project, atas inovasi tersebut Biro Umum meraih peringkat Apresiasi Inovasi Kemensetneg 2016 terbaik Ketiga Kategori Inovasi Pemeliharaan Lingkungan. Bersaing dengan inovasi pemeliharaan lingkungan lainnya seperti Hutan Kota di Gelora Bung Karno dan di Istana Tampaksiring.
Kepala Biro Umum, Piping Supriatna, menjelaskan bahwa sasaran utama inovasi pemanfaatan energi matahari melalui panel solar cell adalah wilayah-wilayah di sekitar Istana, termasuk gedung-gedung di Kementerian Sekretariat Negara. Untuk mencapai sasaran tersebut, Biro Umum tengah merencanakan kerjasama dalam bentuk partnership dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sementara perencanaan kerjasama tersebut masih dalam proses, Biro Umum kini menyasar efisiensi pemanfaatan energi di lingkungan Kemensetneg. Salah satunya menggunakan lampu LED (Light Emitting Diode) dan mengoptimalkan pilot project panel solar cell yang telah ada. (NPF, CTH – Humas Kemensetneg)
Â
  Â