Buka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan, Presiden Jokowi: Perubahan Itu Dimulai dari Kita
Dilansir dari Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Presiden kembali menyampaikan hal tersebut pada rapat kerja Kementerian Perdagangan yang berlangsung tanggal 21-22 Februari 2017 di Istana Negara. Mengusung tema "Tata Perdagangan untuk Gerakkan Ekonomi Domestik dan Tingkatkan Ekspor", rapat tersebut dibuka langsung oleh Presiden.
Â
Kepada jajarannya di Kementerian Perdagangan, Presiden mengingatkan pentingnya meningkatkan pelayanan dan meninggalkan cara-cara kerja lama yang tak produktif. Apalagi jika kita hendak mewujudkan visi besar menyongsong seratus tahun kemerdekaan dengan menuju Indonesia Emas 2045.
Â
"Kebiasaan-kebiasaan seperti itu harus kita hilangkan. Kita menuju pada optimisme 2045, harus diubah semuanya. Perubahan itu dimulai dari kita, mulai dari pejabat-pejabat kita," tegas Presiden.
Â
Untuk memulai mewujudkan visi besar tersebut, sejumlah arahan diberikan Kepala Negara kepada Kementerian Perdagangan dalam kaitannya dengan tugas dan fungsi mereka. Ketersediaan stok bahan pangan dalam negeri merupakan hal yang pertama kali disinggung oleh Presiden.
Â
Menurutnya, ketersediaan stok bahan pangan yang mencukupi kebutuhan masyarakat amat menentukan stabilitas harga di pasar. Maka itu, informasi aktual mengenai ketersediaan stok disebut oleh Presiden amat krusial. Ia pun meminta Kementerian Perdagangan untuk beralih menuju dunia digital dengan mengembangkan aplikasi yang dapat memantau harga bahan pangan hingga ke daerah-daerah.
Â
"Aplikasi harus bisa menginformasikan dari pasar-pasar yang ada di daerah sampai ke pusat. Segera bangun sistem itu sehingga stok itu selalu kita lihat. Kalau ada gejolak, satu atau dua bulan sebelumnya bisa kita prediksi dan antisipasi," ujar Presiden.
Â
Harga bahan pangan yang melambung tinggi memang tak hanya karena ketersediaan stok bahan pangan yang tak mencukupi. Sebab, selama ini banyak disinyalir adanya rantai distribusi pangan yang tak efisien. Dalam kondisi seperti inilah para pemangku jabatan harus hadir menyelesaikan masalah.
Â
"Di harga petani misalnya Rp5 ribu, di pasaran Rp15 ribu. Pasti ada yang tidak benar distribusinya kalau seperti itu. Ini yang mulai dilihat detail. Kementerian Perdagangan harus mengerti siapa pemain-pemain distribusi yang ada di tengah ini, berapa mata rantainya? Kalau sudah banyak sekali ya biayanya habis di situ, rakyat yang malah membayar," ujarnya.
Â
Ekspansi Pasar Global yang Lebih Luas
Â
Potensi ekspor di pasar-pasar internasional yang sebelumnya tak tersentuh juga disinggung oleh Presiden Joko Widodo. Negara pun disebutnya harus mampu terlebih dahulu menjajaki pasar-pasar tersebut.
Â
"Yang namanya pasar-pasar baru sebetulnya masih sangat besar peluangnya karena tidak pernah kita urus berpuluh-puluh tahun. Jangan biarkan yang namanya swasta menerobos sendiri, biayanya terlalu besar. Negara lain pasti negaranya dulu yang hadir. Ada market intelligence yang dilakukan di sana," tegas Presiden.
Â
Potensi yang ada di negara-negara Afrika misalnya, berdasarkan data yang ada mencapai USD550 miliar. Sementara Indonesia sendiri saat ini baru membukukan nilai ekspor sebesar USD4,2 miliar.
Â
"Timur Tengah peluangnya juga besar sekali, USD975 miliar, kita baru masuk USD5,2 miliar. Ajak UKM-UKM kita yang telah memiliki kualitas untuk mengadakan pameran di sana," Presiden menambahkan.
Â
Banyak negara-negara tujuan ekspor yang selama ini masih dipandang sebelah mata disebutkan oleh Presiden Joko Widodo dalam kesempatan tersebut. India, Pakistan, dan Bangladesh merupakan beberapa di antaranya.
Â
Lebih lanjut, dalam bagian terakhir arahannya, Presiden menitipkan pesan terkait dengan kemajuan pasar tradisional kerakyatan. Ia meminta agar pasar tradisional yang ada untuk dibina agar mampu bersaing dengan pasar-pasar modern lainnya.
Â
"Kalau fisiknya sudah diperbaiki, tolong ditindaklanjuti pada tahapan kedua. Manajemen dan modal mereka tolong dibantu dan diarahkan," ucapnya.
Â
Membina dan memajukan banyaknya pasar-pasar tradisional di Indonesia memang tak mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pemikiran yang lebih untuk menangani hal tersebut. Namun, Presiden mengingatkan bahwa kerja keras kita pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Â
"Tapi ingatlah bahwa apa yang kita lakukan itu untuk rakyat kita. Itu akan memberikan rasa di "dalam" (hati) sewaktu kita bekerja kalau melihat mereka naik ke level yang lebih tinggi," tutupnya.
Â
Turut hadir dalam acara tersebut, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri BUMN Rini Sumarno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki; Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Jaksa Agung M Prasetyo. (Humas Kemensetneg)