Dialog Presiden - Penyerahan KIS,KIP, KKS, Madura, 10 November 2015

 
bagikan berita ke :

Selasa, 10 November 2015
Di baca 1021 kali

DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENYERAHAN KARTU INDONESIA SEHAT, KARTU INDONESIA PINTAR, KARTU KELUARGA SEJAHTERA

BANGKALAN, MADURA, JAWA TIMUR

10 NOVEMBER 2015

 

 

 

Presiden:

Washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiyai walmursalin sayyidina wahabibina wasafiina wamaulana Muhammadin wa'ala alihi wasohbihi ajmain. Amma ba’du.

 

Tadi sudah disampaikan oleh Ibu Menteri Sosial bahwa hari ini dibagi Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Tadi juga sudah disampaikan bahwa yang dapat Kartu Indonesia Pintar anak-anak yang SMA-SMK akan mendapatkan Rp 1.000.000, yang SMP mendapatkan Rp 750.000, yang SD mendapatkan Rp 450.000.

 

Di Bangkalan, artos manten cekap boten? Cukup enggak? Cekap boten? 1.000.000 boten cekap. Masak 1.000.000 boten cekap untuk biaya sekolah? Cekap? Di kabupaten yang lain cukup, masak di sini enggak cukup 1.000.000?

 

Saya titip kepada anak-anak, kalau sudah dapat Kartu Pintar ini ya, uangnya jangan dipakai untuk beli pulsa. Nggih? Kalau tahu ada yang dipakai untuk beli pulsa, kartunya dicabut. Nah uangnya ini harus dipakai untuk beli buku, seragam, beli sepatu, tas. Itu boleh. Kalau untuk beli pulsa, awas.

 

Ini coba maju Agus Syairi. Mana? Kok kurus banget kayak saya? Baharudin. Ini juga kurus kayak saya. Kurus-kurus gitu toh? Ahmad Yunus. Enggak apa-apa kurus asal pintar. Ini juga kurus lagi. Ahmad Dani. Ganteng kayak saya waktu kecil. Saya kecilnya kayak gini, persis. Rahmatul Aisyah. Kayak Bu Jokowi. Bu Jokowi kecilnya seperti ini. Siti Misriah. Saepul Anam. Mana Saepul? Fahrul Hidayat. Ini tinggi banget, kurus. Jakfar Sodik. Aan Liswanto. Nah ini gemuk. Makan sehari berapa kali, Aan?

 

Ya ini, Anak-anak, saya titip, kan sudah dapet Kartu Indonesia Pintar, belajar semuanya. Sanggup enggak? 

 

Saya mau tanya. Kalau belajar, jam berapa sih?

 

Pelajar:

Habis magrib, Pak.

 

Presiden:

Habis magrib sampai sebelum isya, belajar jam berapa? 

 

Pelajar:

Jam 6.

 

Presiden

Sampai jam? Habis magrib sampai jam berapa? 

 

Pelajar:

Jam setengah delapan.

 

Presiden:

Setengah delapan. Berarti belajar hanya satu jam. Orang, kalau mau pinter, belajar empat jam. Biar tambah kurus enggak apa-apa, tapi pinter, iya. Kalau orang lain belajar dua jam, kalau kamu mau pinter, belajar tiga jam. Kalau orang lain belajar tiga jam, kamu belajar empat jam. Pasti lebih pinter.

 

Belajar cuma satu jam. Itu pun enggak ada PR?  

 

Pelajar:

Enggak ada.

 

Presiden:

Nih coba, kamu belajar jam berapa? Habis isya? Sampai jam 8, habis isya sampai jam 8. Wah kurang belajar. Belajar itu tiga jam, habis isya sampai jam 9, jam 10. Itu biar pinter. Iya gimana?

 

Kalau saya dulu, saya di pinggir kali, orang tua saya enggak mampu, ya saya belajarnya lebih rajin. Temen saya belajar dua jam, saya belajar empat jam. Temen saya belajar tiga jam, saya belajar enam jam. Iya harus gitu. Gimana? Kalau enggak gitu, gimana kita bisa pintar?

 

Ya, Anak-anak, ya belajar. Jadi, kalau habis subuh, bisa ngerjain PR. Pulang sekolah, ngerjain PR. Malem, belajar. Sanggup enggak? Iya.

 

Siapa yang mau sepeda? Yang dilihatnya yang cepat ini. Sini. Yang lain kembali. Yang lain kembali.

 

Kamu pengen sepeda? 

 

Pelajar:

Iya, Pak.

 

Presiden:

Ingin?  

 

Pelajar:

Ingin.

 

Presiden:

Tapi jawab pertanyaan saya dulu. Kamu kelas berapa sih sekarang? 

 

Pelajar:

Kelas 1 SMK.

 

Presiden:

1 SMK.

 

Coba saya tanya. Sebutkan tiga—di Indonesia ini, ada 34 provinsi—sebutkan tiga provinsi di Indonesia? Ayo. Enggak bisa. Jangan tanya-tanya sana. Ayo mana? SMK gak bisa masak? 

 

Pelajar:

Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah. 

 

Presiden:

Ternyata pinter banget kamu. Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah.

 

Iya, udah diambil sepedanya. Tuh sepeda. Udah dipilih saja. Kamu milih, pilih, ambil.

 

Kamu taruh di situ untuk apa? Udah dibawa saja, bawa. Taruh di situ. Nah enggak apa-apa.

 

Kamu bisa naik sepeda enggak? Bisa naik sepeda?

 

Pelajar:

Bisa, Pak,

 

Presiden:

Oh ya udah.

 

Ini yang Kartu Indonesia Sehat. Pak Ikhwan. Ya kartu ini bisa dipakai untuk berobat gratis di puskesmas maupun rumah sakit. Pak Sohili, Pak Mustofa, Ibu Fua. Ibu di sana aja, enggak apa-apa. Biar duduk aja. Pak Jaen. Bu Suna. Bu Siti Rodiah. Bu Nur Fauziah. Pak Mahfud Yadi. Pak M. Amin. Jadi, tadi sudah kita berikan Kartu Indonesia Sehat. Silakan kembali ke tempat.

 

Bu, sini sebentar. Bu Suna mau sepeda enggak? Mau iya, tapi harus jawab dulu pertanyaan saya.

 

Sebutkan tiga—ini kan Kartu Indonesia Sehat, kita harus sehat semuanya, setelah itu jangan terkena penyakit—sebutkan tiga macem penyakit. Sakit apa terserah. Satu, sakit apa?

 

Suna:

Sakit perut.

 

Presiden:

Sakit perut? Ya boleh, satu. Dua, sakit apa? 

 

Suna:

Sakit kepala.

 

Presiden:

Sakit kepala. Iya boleh.

 

Sakit apa lagi? Kurang satu. Kan sakit banyak toh? Masak? Apa? Sakit pinggang.

 

Diulang tiga tadi. Sakit apa tadi? Sakit perut, sakit kepala, terus yang ketiga sakit pinggang.

 

Bentar, saya tanya ke dokter. Oh kata dokter, “Boleh.” Ya udah sepedanya diambil.

 

Yang sulit malah terjemahannya. “Sakit ceta.” Sakit apa tadi? “Sakit tabu.” Apa?

 

Ini coba sekarang yang Kartu Keluarga Sejahtera. Ibu Vani. Sama-sama. Bapak Mol. Ibu Mariha. Pak Abi. Pak Matmilan. Pak Jasman. Pak Sugeng. Pak Jap. Bu Maesuroh. Bu Ami. Udah, silakan kembali.

 

Bu Maesuroh sini dulu. Mau sepeda enggak? 

 

Maesuroh:

Mau, Pak.

 

Presiden:

Pingin ditanya yang mudah atau yang sulit? 

 

Maesuroh:

Ya yang mudah, Pak.

 

Presiden:

Saya kemringet. Sebutkan lima buah-buahan. Udah gampang. Katanya minta mudah. Satu?

 

Maesuroh:

Apa ya? Saya enggak tahu, Pak. Mudah, yang mudah, Pak.

 

Presiden:

Nama buah masak enggak tahu? Buah-buahan.

 

Maesuroh:

Oh buah-buahen.

 

Presiden:

Ya buah-buahen. Buah-buahan. Satu apa?

 

Maesuroh:

Apel.

 

Presiden:

Apel boleh. 

 

Maesuroh:

Jambu merah.

 

Presiden:

Jambu merah boleh.

 

Maesuroh:

Buah pir.

 

Presiden:

Buah pir boleh.

 

Maesuroh:

Anggur merah.

 

Presiden:

Anggur merah.

 

Maesuroh:

Salak pondoh, Pak.

 

Presiden:

Salak.

 

Maesuroh:

Iya.

 

 

 

Presiden:

Tadi kok kelihatannya jawabnya sulit, ternyata yang keliru yang bertanya. Buah-buahan, buah-buahen gitu ya?

 

Maesuroh:

Iya, Pak.

 

Presiden:

Udah sepedanya diambil.

 

Yang asli seperti ini, seneng saya.

 

Ini kartu yang ketiga akan diberikan kepada Mas Wilian, Siti Pakiatus, dan Muhammad Bahan. Iya sama-sama, kasih.

 

Sepedanya mana tadi? Ini? Ya dibawa, bawa sana dong.

 

Sepedanya masih dua. Ada yang mau enggak sepeda? Mana? Tunjuk jari. Ternyata banyak yang pengen sepeda. Tunjuk jari yang pengen sepeda. Tuh anak-anak itu, sini satu. Nih.

 

Nama siapa? 

 

Rahma Rosita:

Rahma Rosita.

 

Presiden:

Rahma. Kelas berapa kamu, Rahma? 

 

Rahma Rosita:

Kelas 3.

 

 

Presiden:

3 SD?  

 

Rahma Rosita:

Iya.

 

Presiden:

Pengen ditanya apa? Berhitung? 

 

Rahma Rosita:

Iya.

 

Presiden:

Berhitung apa yang lain, yang mudah? Berhitung?

 

Rahma Rosita:

Berhitung.

 

Presiden:

Berhitung boleh. Tiga kali. 6 + 6?

 

Rahma Rosita.

12.

 

Presiden:

12. Pinter. 3 x 6? 

 

Rahma Rosita:

24.

 

Presiden:

3 x 6?

 

Rahma Rosita:

18.

 

Presiden:

18. Pinter. Yang tadi gugup. Dipikir 4 x 6.

 

Ya udah. Satu lagi: 4 + 4 + 4?

 

Rahma Rosita:

12.

 

Presiden:

Bener? Betul?

 

Rahma Rosita:

Betul.

 

Presiden:

Yakin? 

 

Rahma Rosita:

Yakin.

 

Presiden:

Ya udah, sepedanya diambil. Ini pinter, Rahma ini.

 

Ya kamu sini. Masak ngeloncat pagar.

 

Ya, Rahma, sepedanya dibawa saja sana.

 

Nama siapa ini? 

 

 

Wisnu:

Wisnu.

 

Presiden:

Wisnu?

 

Wisnu:

Iya.

 

Presiden:

Wisnu. Kamu pengen sepeda? 

 

Wisnu:

He-eh.

 

Presiden:

Ya udah, sana diambil satu itu. Sepedanya diambil.

 

Gimana sih? Kamu pengen ditanya?  

 

Wisnu:

He-eh. Jawabannya apa? Jawabannya? 

 

Presiden:

Pertanyaannya? Waduh masukan. Disuruh ngambil sepeda, malah pengen ditanya. Kamu nanti saya tanya, kalau enggak bisa, malah enggak dapet sepeda loh. Apa? Berhitung atau apa kamu? 

 

Wisnu:

Berhitung saja.

 

Presiden:

Udah, gampang. Kamu sebutkan tiga nama hewan. Ayo, gampang.

 

Wisnu:

Panda, rusa, zebra.

 

Presiden:

Ini berani lompat pagar, tapi juga pinter. Udah, ambil sepedanya. Kamu nuntun sepeda aja belum kuat, udah.

 

Baiklah, Ibu dan Bapak sekalian, itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya titip sekali lagi, agar kartu-kartu yang ada digunakan sesuai dengan manfaatnya ya, karena kartu itu nanti tahun ini diberikan, tahun depan insya Allah juga akan ditambahkan lagi. Jadi, kartunya tolong disimpan ya.

 

Yang dibagi itu banyak sekali. Tahun ini, Kartu Indonesia Sehat ada 88,2 juta, dari Sabang sampai Merauke. Kemudian yang Kartu Pintarnya ada 20,5 juta, dibagikan kepada anak-anak kita. Dan Kartu Keluarga Sejahtera yang tadi sudah dibagikan juga 16 juta jiwa yang diberikan. Semoga nanti anggaran pemerintah ada terus, sehingga uang itu bisa diberikan kepada Bapak-Ibu dan Anak-anak semuanya.

 

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih.

 

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden