GELAR KEBANGKITAN JAMU INDONESIA DAN PEMBUKAAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL PERTAMA TEMULAWAK, 27MEI 2008
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
GELAR KEBANGKITAN JAMU INDONESIA
DAN PEMBUKAAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL PERTAMA TEMULAWAK
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 27 MEI 2008
Sebelum saya menyampaikan sambutan pada acara yang penting ini, saya ingin bertanya kepada Menteri Sekretaris Negara. Ini diset berapa derajat? 26 derajat. Iya,memang agak panas sedikit tapi saya kira kalau biasa minum jamu mesti tahan. Memang di kompleks Istana Negara dan juga di instansi pemerintahan yang lain sedang dilakukan gerakan penghematan besar-besaran. Sasaran kita, bisa menghemat 30% penggunaan listrik, penggunaan bahan bakar minyak, penggunaan telepon, dan penggunaan air. Kalau seluruh Indonesia dengan dipelopori oleh lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara bisa melakukan penghematan energi yang nyata, maka lebih dari Rp 20 trilyun bisa kita hemat. Tentu amat baik untuk pembiayaan kegiatan kita di seluruh negeri ini, berkaitan dengan permasalahan yang sedang kita hadapi pada tingkat dunia. Harga minyak meroket, harga pangan melonjak tajam, keuangan global gonjang-ganjing, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada keluarga besar Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia. Saya dan para menteri yang sudah kurang tidur berminggu-minggu masih segar karena mengkonsumsi jamu. Kurang tidur memikirkan persoalan ekonomi dunia dan bagaimana mencari solusi agar rakyat kita tidak sangat mendapatkan beban yang berlebihan.
Baiklah, saya akan memulai sambutan saya ini
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati Saudara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur Jawa Timur, para pimpinan lembaga pemerintah non departemen, para pimpinan Badan-Badan Usaha Milik Negara, terutama Bank-Bank Milik Negara, Saudara Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, para pimpinan atau Rektor Perguruan Tinggi,
Yang saya hormati Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia, Bapak Dr. Charles Saerang, para maestro jamu, ada Ibu Martha Tilaar, ada Bung Jaya Suprana, dan para pimpinan pengurus Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, serta para pengusaha jamu,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga patut bersyukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta'aala karena hari ini kita bersama-sama dapat menghadiri acara yang penting yaitu Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia yang dirangkaikan dengan Pembukaan Simposium Internasional Pertama Temulawak. Kepada para peserta Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia, dan nantinya para peserta simposium, baik yang datang dari negara sahabat maupun dari dalam negeri, saya ucapkan selamat bersimposium. Semoga simposium menghasilkan sesuatu yang nyata untuk mengembangkan industri jamu, obat tradisional, dan kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang insya Allah akan terus kita kembangkan di negeri tercinta ini.
Hadirin yang saya hormati,
Tahun lalu, di Istana Negara ini, tepatnya tanggal 12 April 2007, saya membuka dan menyampaikan sambutan pada Musyawarah Nasional Ke-5 Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia. Sebagian besar hadirin sekalian juga hadir dalam acara yang penting itu. Waktu itu saya sampaikan hal-hal penting yang harus kita laksanakan secara bersama. Pertama, saya mengajak seluruh pengusaha jamu dan semua pihak untuk terus mengembangkan industri, usaha dan sub sektor jamu dan obat tradisional, serta kosmetika alami di negeri ini lebih tinggi lagi, lebih luas lagi.
Yang kedua, saya juga mendorong agar jamu dan obat-obat tradisional bisa ikut berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan, kebugaran, dan kecantikan masyarakat kita. Saya juga meminta waktu itu Departemen Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk membimbing para pengusaha jamu, untuk memberikan kemudahan di dalam registrasi, perizinan, dan legalitas, tentu setelah memenuhi syarat-syarat tertentu. Saya juga meminta KADIN untuk ikut membantu dalam promosi dan pemasaran, serta perdagangan jamu serta obat tradisional ini, baik dalam lingkungan pasar domestik maupun pasar internasional. Saya juga mendorong lembaga riset dan perguruan-perguruan tinggi untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan agar kualitas jamu, obat tradisional, kosmetika alami kita makin tinggi, makin credible. Dan kemudian, yang saya tekankan juga, waktu itu ada isu, beredar jamu-jamu yang tidak terdaftar, agar pengawasan dari BPOM ditingkatkan. Jangan sampai masyarakat tertipu, jangan sampai masyarakat mengkonsumsi jamu dan obat-obatan yang tidak legal.
Semua yang saya sampaikan waktu itu masih tetap berlaku dan apabila semua itu kita laksanakan dengan sungguh-sungguh, sekarang dan ke depan, saya yakin industri jamu, obat tradisional, dan kosmetika alami kita akan tumbuh dengan baik.
Hadirin yang saya hormati,
Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia kali ini bertepatan dengan momentum satu abad Kebangkitan Nasional. Saudara pun, di sambutan Pak Charles, juga dikaitkan dengan semangat untuk membangun Indonesia yang maju dan sejahtera di abad 21 ini, sesuai dengan semangat Kebangkitan Nasional yang baru saja kita peringati satu abadnya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional yang juga tidak menyia-nyiakan momentum baik ini, kesempatan baik ini, untuk membangun negeri kita menuju masa depan yang baik. Jadilah pelopor, Saudara-saudara, para pengusaha jamu Indonesia, untuk betul-betul negeri yang kita cintai ini di abad 21 ini, menjadi negara yang maju dan sejahtera dengan semboyan, dengan tekad yang sama-sama kita kumandangkan pada tanggal 20 Mei yang lalu, yaitu Indonesia Bisa!
Saudara-saudara,
Ada dua tipe manusia. Ada dua jenis manusia. Kalau saya harus mengaitkan dengan semangat kita untuk membangun Indonesia menuju negara maju dan sejahtera di abad 21 ini. Tipe pertama adalah manusia yang berjiwa gelap, berpikir negatif, dan bersikap pesimis. Manusia yang memiliki karakter seperti itu lemah, mudah menyerah, melihat pihak lain salah dan kalah. Tipe yang kedua, sebaliknya, adalah manusia-manusia yang berjiwa terang, berpikir positif, dan bersikap optimis. Yang akhirnya, dengan karakter itu, seberat apapun persoalan yang dihadapi, seberat apapun ujian dan tantangan yang dihadapinya, selalu menemukan solusi, menemukan jalan keluar, dan akhirnya betul-betul bisa berubah menjadi manusia, masyarakat, bangsa, dan negara yang maju.
Saya ingin bertanya, kira-kira keluarga besar Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional pilih tipe yang mana? Karena semua memilih dan ingin menjadi tipe kedua, berjiwa terang, yang berpikir positif, dan bersikap optimis, mudah bagi saya untuk melanjutkan pembicaraan saya ini. Tapi kalau saya harus berbicara dengan tipe yang pertama, itu memang berat dan susah. Alhamdulillah, saya, di ruangan ini, bersama-sama dengan tipe kedua, yang betul-betul ingin, yang saya maksudkan tipe yang berjiwa terang, yang berpikir positif, dan bersikap optimis. Kalau saya harus berbicara dengan tipe yang seperti itu, berjiwa terang, berpikir positif, dan bersikap optimis, saya sungguh bersemangat, pembicaraan saya menjadi lebih mudah dan kita bisa betul-betul melangkah ke depan. Dan tidak keliru kalau Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional mengaitkan hajat hari ini, Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia, dengan satu abad Kebangkitan Nasional, menuju negara maju dan sejahtera dengan semboyan Indonesia Bisa!
Saudara-saudara,
Kita harus memiliki keyakinan bahwa kita bisa menjadi negara yang maju dan sejahtera di abad ini. Kita harus memiliki keyakinan bahwa Indonesia memang bisa menyukseskan transformasi besar ini. Oleh karena itulah, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia melalui forum terhormat ini, utamanya Saudara-saudara keluarga besar pengusaha jamu, untuk betul-betul mengembangkan apa yang saya sampaikan pada tanggal 20 Mei yang lalu, tiga syarat fundamental kita.
Yang pertama adalah kemandirian kita sebagai bangsa. Mendayagunakan semua yang kita miliki, resources kita, potensi kita, kekuatan kita, kebesaran kita, sejarah kita, budaya kita, warisan kita. Yang kedua, kita meningkatkan daya saing sehingga bersaing dalam forum apapun kita menang dan berhasil. Dan yang ketiga, kita membangun peradaban bangsa yang tinggi. Peradaban bangsa terhormat, dengan tentu melestarikan nilai, jati diri, warisan yang telah diturunkan oleh para pendahulu-pendahulu kita dan sejumlah karakter bangsa yang penting. Saya ingin kemandirian, daya saing, dan peradaban yang tinggi ini juga dikaitkan dengan usaha kita untuk betul-betul menjadikan jamu, obat tradisional, dan kosmetika alami ini sebagai keunggulan bangsa kita.
Saudara-saudara,
Saya percaya bahwa kita bisa mengaitkan semuanya itu untuk mencapai tujuan-tujuan yang saya sampaikan tadi. Dan mengapa saya yakin bahwa jamu Indonesia bisa bangkit dan unggul di masa depan ini. Pertama, sebagaimana yang kita lihat dalam tayangan tadi, apa yang disampaikan oleh, baik Menkokesra maupun Saudara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional tadi, bahwa jamu, obat-obatan tradisional, kosmetika yang berbasis tumbuh-tumbuhan atau alam kita ini adalah merupakan way of life, merupakan budaya dan peradaban bangsa. Kita lihat tadi dalam tayangan televisi, banyak sekali catatan-catatan literatur yang dilihat di, misalnya candi Borobudur, candi Prambanan, di Bali, Panataran, literatur Melayu. Bahkan ketika Islam datang, setelah berkembang peradaban Hindu, Budha, dan peradaban asli yang lainnya, juga ada literatur dari Arab, dari Persia, yang semua itu memperkaya khasanah kita tentang jamu, obat-obat tradisional, dan kosmetika yang alami. Dari itu semua, karena itu merupakan way of life, merupakan kebudayaan, merupakan peradaban, tentu ini merupakan satu potensi, satu sumber daya yang kuat, yang kita miliki sekarang. Itu faktor pertama mengapa industri ini bisa maju.
Yang kedua adalah tidakkah kita tahu Indonesia ini adalah bio diversity yang luar bisa, mega bio diversity. Alam tropis, hampir semua ada di negeri kita ini. Bahkan menurut catatan saya, 82 % herbal dunia itu, tumbuh subur bahan bakunya di Indonesia. Kalau kita punya luas negeri 2 juta kilo meter persegi daratan, 6 juta kilo meter persegi lautan, dengan kekayaan dan keragaman tadi itu, flora dan fauna, maka saya yakin kita memiliki resources yang sangat-sangat besar, yang bisa kita kembangkan di masa depan.
Unsur yang ketiga adalah potensi ekonomi dan potensi ekonomi kreatif yang disumbang dari industri jamu, obat tradisional, dan kosmetika alami ini. Tadi dikatakan oleh Pak Ical, oleh Pak Charles tadi, bahwa omzetnya, yang tadinya hanya Rp 2-3 trilyun menjadi Rp 7,2 trilyun dan bahkan bisa berkembang menjadi Rp 10 trilyun dan mempekerjakan 3 juta-15 juta, maka itu sungguh satu potensi ekonomi yang besar. Dengan berkembangnya pasar domestik, karena daya beli masyarakat makin tinggi, dan pasar global karena gerakan back to nature, saya yakin bahwa jamu, obat tradisional, kosmetika alami, akan bisa masuk mainstream dari apa yang ada di pasar global. Itu berarti adalah economic opportunity, bussiness opportunity yang bisa kita jemput dengan cara-cara yang tepat.
Nah, yang keempat, untuk melengkapi mengapa kita bisa membangun industri jamu, obat-obat tradisional, dan kosmetika alami tadi, adalah dukungan dan modal sosial yang besar, social capital yang jelas karena merupakan way of life, ada di seluruh tanah air, melibatkan para petani, para pengrajin, usaha mikro, kecil, dan menengah, tentu memiliki basis sosial yang tinggi, basis kemasyarakatan yang tinggi. Apabila dikembangkan dengan investasi yang bagus, dengan program dan upaya yang bagus, maka semua terlibat, semua mendapat keuntungan mulai dari petani sampai dengan penjual akhir, pengecer, yang disebut dengan supply chain atau rantai pasokan, terutama UMKM. Dan kalau bergerak semuanya hampir pasti pengangguran berkurang dan kalau pengangguran berkurang atau lapangan pekerjaan makin tercipta, hampir pasti growth kemiskinan juga berkurang.
Itulah keyakinan kita. Insya Allah jamu akan sungguh maju dan menjadi keunggulan, resourcesnya ada, pasarnya terbuka, keahlian kita tinggi, dan kemudian dukungan rakyat akan kuat.
Hadirin yang saya muliakan,
Kalau kita punya keyakinan bahwa industri ini bisa maju dan berkembang, maka pertanyaannya kemudian: Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bukan hanya oleh para pengusaha jamu dan obat-obat tradisional, tapi oleh kita semua, seluruh komponen bangsa.
Pertama, mari kita kembangkan dan kita integrasikan, terutama jamu dan obat-obat tradisional ini dengan sistem yang berlaku. Kita integrasikan menjadi komplemen dari sistem pengobatan dan kesehatan yang konvensional sehingga tidak perlu ada konflik, tidak perlu ada benturan. Di negara manapun yang saya lihat, banyak sekali yang sudah mengembangkan dua wilayah pengobatan, yang konvensional, maupun yang oriental. Oriental baca dalam arti yang luas. Menjadi kewajiban kita, kewajiban dunia kedokteran, pemerintah, semua, untuk sekali lagi membangun sistem yang integratif. Jangan dikotak-kotakkan, jangan, apalagi dihadap-hadapkan. Ini PR kita yang pertama, yang harus kita laksanakan.
Yang kedua, mari kita tingkatkan riset dan inovasi teknologi. Ada Menristek di sini, ada para Rektor di sini. Saya ingin betul-betul melakukan penelitian, pengembangan, dan inovasi teknologi yang intensif, sebagaimana yang dilakukan negara-negara lain yang juga menjadi produsen jamu dan obat tradisional terbesar di dunia. Harus betul-betul sinergis antara pengusaha jamu, kemudian lembaga penelitian dan lembaga pendidikan, kemudian komunitas petani. Semua harus bersinergi untuk mengembangkan ini semua. Terima kasih kepada IPB, UI, UGM, UNAIR, UNAND, kemudian UNDIP, yang telah melakukan langkah-langkah pengembangan. Saya juga menyambut baik kerja sama antara Beijing, University of Chinese Medicine, bersama-sama dengan empat universitas kita, yang juga melakukan kerja sama yang baik dalam bidang pengetahuan, penelitian, dan pengembangan jamu dan obat-obat tradisional ini. Itu PR yang kedua.
PR yang ketiga, Saudara-saudara, adalah kita harus betul-betul mendorong industri jamu dan obat tradisional, serta kosmetika alami tadi untuk masuk ke dalam mainstream, pasar, global, harapan kita, dan tentunya pasar dalam negeri. Sekali lagi ini dapat memberikan kontribusi yang tinggi bagi perekonomian kita. Kalau bisa Rp 10 trilyun luar biasa, tambah lagi, tambah lagi pada tahun-tahun mendatang.
Branding Indonesia sangat penting. Saya dukung untuk betul-betul kita bisa memunculkan branding Indonesia untuk produk-produk kita. Dan diimbangi dengan promosi, pemasaran, dan perdagangan yang baik. Oleh karena itu, KADIN ada di sini, saya melihat tadi ada Bapak Rahmat Gobel di belakang, yang juga aktif mengembangkan industri jamu. Tolong jangan disia-siakan. Gunakan momentum yang baik ini untuk terus mengembangkan industri ini.
Nah, yang keempat, yang tidak kalah pentingnya, PR kita, pastikan semua usaha jamu, obat-obatan tradisional, dan kosmetika alami berkembang. Utamanya usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Oleh karena itu, saya berterima kasih kalau bank-bank kita, tadi secara simbolis kita saksikan Bank Rakyat Indonesia. Kalau BRI meminjamkan itu khusus KUR, kecil-kecil, Rp 1-5 juta, tapi yang dipinjami banyak sekali. Nah, kalau BNI dan Bank Mandiri lebih banyak yang dipinjamkan, tapi nasabahnya lebih kecil sedikit. Memang begitu, jurusannya, punya jurusan masing-masing perbankan kita ini. Tapi yang penting, harus lebih banyak lagi, lebih luas lagi diberikan kemudahan agar lebih banyak lagi pengusaha jamu mendapatkan bantuan modal.
Saudara tahu, kita sudah menetapkan kebijakan yang disebut Kredit Usaha Rakyat dengan pola penjaminan. Pemerintah menyediakan dana, yang sekarang berlangsung, Rp 1,4 trilyun. Itu dengan harapan Rp 14 trilyun bisa kita pinjamkan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah, dan tahun depan akan kita alokasikan Rp 1 trilyun bersama kita. Itu harapan kita, Rp 10 trilyun bisa diberikan pinjaman kepada mereka semua, dengan harapan lebih banyak lagi, sekali lagi, usaha-usaha jamu bisa tumbuh dan berkembang. Sampai saat ini, Pak Ical menyampaikan ke saya tadi, sudah mengalir Rp 6,2 trilyun, untuk Kredit Usaha Rakyat, sejak kita mulai bulan November dengan jumlah nasabah yang sudah mendapat pinjaman mendekati 600.000. Saya inginnya lebih dari 1 juta, 2 juta, 3 juta dan seterusnya yang mendapatkan pinjaman nanti, dengan jumlah, harapan kita natinya, lebih dari Rp 20 trilyun.
Saudara-saudara,
Dengan empat pekerjaan rumah tadi, saya yakin yang Saudara impikan akan menjadi kenyataan. Terpulang kepada kita, kepada keluarga besar pengusaha jamu, terpulang kepada industri dalam arti luas, terpulang kepada perguruan tinggi, lembaga penelitian, terpulang kepada tersedianya modal yang pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk itu semua. Terpulang apakah kita bisa memasukkan industri ini, bisnis ini, kepada mainstream pasar serupa baik domestik maupun tingkat global.
Saudara-saudara,
Berkaitan atau menyangkut simposium yang akan dilaksanakan mulai hari ini, betul? Pembukaannya di sini atau di mana nanti? Di Bogor pembukaannya? Dibukanya di sini, dimulainya di Bogor. Baik. Saya menyambut baik, saya mendukung. Saya berterima kasih kepada IPB yang telah menjadi penjuru, tuan rumah, dan pionir dari Simposium Internasional Pertama Temulawak. Gunakan forum itu sebaik-baiknya, bikin temulawak sebagai ikon jamu Indonesia. Kalau Korea punya ginseng, Indonesia punya temulawak yang khasiatnya tidak kalah. Rumuskan dalam simposium kualitas yang baik, pikirkan standarisasi kualitas yang credible. Begitu masuk pasaran global, temulawak, ikon Indonesia, akan laris dan akan menjadi demand dari masyarakat dunia yang makin tinggi. Setelah itu, kerjasamalah dengan KADIN, dengan dunia usaha, untuk menembus kepada pasar, baik domestik maupun global. Dan bangun kerja sama yang baik di dalam negeri, atau kita dengan partner kita di luar negeri untuk kepentingan Indonesia, untuk kepentingan pengembangan temulawak, untuk kepentingan pengembangan jamu, obat tradisional, dan kosmetika kita.
Itulah Saudara-saudara, yang dapat saya sampaikan pada acara yang sangat penting ini. Dan akhirnya, dengan memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, seraya mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim, Simposium Internasional Pertama Temulawak dengan resmi saya nyatakan dibuka. Sekian.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI