Harap Jadi Mesin Pertumbuhan di Indonesia Timur, Presiden Jokowi Resmikan Proyek DSLNG
Sebagaimana dikutip
dari siaran pers Tim Komunikasi Presiden Sukardi Rinakit, Dalam sambutan
pidato saat meresmikan Proyek Donggi Senoro LNG di Sulawesi Selatan,
Senin (3/8), Presiden Jokowi ingin pembangunan proyek LNG ini mengadopsi
model pengembangan hulu dan hilir yang terpisah berdasarkan
Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001.
Dengan skema ini, pemerintah tidak menanggung cost recovery sebesar USD 2,8 miliar sehingga pengembangan hulu lebih dapat dioptimalkan.
Dengan target total produksi hulu sebesar 415 MMCFD, Presiden Jokowi berharap proyek DSLG ini dapat memasok kebutuhan pembangkit listrik, pabrik amonia, dan kilang LNG.
Dari laporan yang diterima Juni lalu, Presiden Jokowi menyatakan Pertamina telah membeli kargo pertama produksi gas kilang DSLNG. Kargo pertama itu akan diangkut ke Terminal Regasifikasi Arun untuk memasok industri di kawasan Sumatera bagian Utara.
Beroperasinya proyek DSLNG telah sejalan dengan rencana Pemerintah untuk mencapai target pembangkit listrik 35,000 MW. Dengan naiknya tingkat rasio elektifikasi dari 81,5% menjadi 96,6%, ini akan memperkuat infrastruktur energi nasional dan pasokan gas domestik.
Lebih lanjut Presiden Jokowi juga memerintahkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta PT Pertamina (Persero) untuk mengintegrasikan pengembangan proyek monetisasi gas Donggi Senoro ini, mulai dari hulu hongga hilir.
Integrasi dilakukan mulai dari produsen gas, sampai dengan para pengguna, baik industri petrokimia, pembangkit listrik maupun pembeli LNG.
Â
Dengan telah beroperasinya Terminal DSLNG ini, Presiden Jokowi berharap kebutuhan gas baik di Sulawesi maupun kawasan Indonesia Timur akan terpenuhi. Proyek ini diharapkan bisa menstimulus perekonomian daerah Sulawesi Tengah dan membuka lapangan kerja baru. Potensi pendapatan negara yang didapat akan meningjat sekitar USD 7,02 miliar apabila proyek beroperasi penuh selama 13 tahun.
Proyek DSLNG ini diharapkan bisa menjadi mesin pertumbuhan (growth engine) bagi kawasan, khususnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur. (Humas Kemensetneg)
Dengan skema ini, pemerintah tidak menanggung cost recovery sebesar USD 2,8 miliar sehingga pengembangan hulu lebih dapat dioptimalkan.
Dengan target total produksi hulu sebesar 415 MMCFD, Presiden Jokowi berharap proyek DSLG ini dapat memasok kebutuhan pembangkit listrik, pabrik amonia, dan kilang LNG.
Dari laporan yang diterima Juni lalu, Presiden Jokowi menyatakan Pertamina telah membeli kargo pertama produksi gas kilang DSLNG. Kargo pertama itu akan diangkut ke Terminal Regasifikasi Arun untuk memasok industri di kawasan Sumatera bagian Utara.
Beroperasinya proyek DSLNG telah sejalan dengan rencana Pemerintah untuk mencapai target pembangkit listrik 35,000 MW. Dengan naiknya tingkat rasio elektifikasi dari 81,5% menjadi 96,6%, ini akan memperkuat infrastruktur energi nasional dan pasokan gas domestik.
Lebih lanjut Presiden Jokowi juga memerintahkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta PT Pertamina (Persero) untuk mengintegrasikan pengembangan proyek monetisasi gas Donggi Senoro ini, mulai dari hulu hongga hilir.
Integrasi dilakukan mulai dari produsen gas, sampai dengan para pengguna, baik industri petrokimia, pembangkit listrik maupun pembeli LNG.
Â
Dengan telah beroperasinya Terminal DSLNG ini, Presiden Jokowi berharap kebutuhan gas baik di Sulawesi maupun kawasan Indonesia Timur akan terpenuhi. Proyek ini diharapkan bisa menstimulus perekonomian daerah Sulawesi Tengah dan membuka lapangan kerja baru. Potensi pendapatan negara yang didapat akan meningjat sekitar USD 7,02 miliar apabila proyek beroperasi penuh selama 13 tahun.
Proyek DSLNG ini diharapkan bisa menjadi mesin pertumbuhan (growth engine) bagi kawasan, khususnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?