"Ini semata-mata untuk perekonomian dunia, bangsa-bangsa, termasuk negara berkembang dan Indonesia sendiri yang berjuang meningkatkan pertumbuhannya," Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan hal ini dalam bagian lain pengantarnya pada sidang terbatas kabinet di Kantor Presiden, Kamis (5/1) siang.
Kepala Negara menyatakan bahwa kalau terjadi sesuatu di Selat Hormuz maka akan terjadi gejolak luar biasa terhadap harga minyak bumi. "Mungkin kalau harga melonjak yang akan diuntungkan adalah negara-negara yang memproduksi minyak. Tapi negara negara berkembang yang tidak produksi akan dirugikan," Presiden menambahkan. Oleh karena itu, Indonesia menyerukan agar semua pihak bisa menahan diri agar tidak terjadi sesuatu.
Perihal isu di kawasan Timteng lainnya, Presiden SBY juga memberikan atensi sungguh-sungguh tentang situasi ketegangan menyangkut program nuklir yang ada di Iran. Situasi ini telah memunculkan banyak spekulasi. Terkait hal ini Indonesia berpendapat isu itu dapat diselesaikan secara damai tanpa perlu aksi militer.
"Indonesia berpendapat seharusnya PBB dan International Atomic Agency (IAA) dapat berperan dan memberikan solusi yang baik akan hal itu," kata SBY. "Tidak perlu secara eskalatif dan mendorong ke penggunaan kekuatan militer dari pihak manapun juga. Ini yang diharapkan oleh indonesia," Presiden menegaskan.
Selat Hormuz merupakan satu-satunya jalur untuk mengirim minyak keluar Teluk Persia. Selat ini terletak di antara Teluk Oman dan Teluk Persia. (yun)