"Toleransi mereka terkoyak, solidaritas sosial mereka terbelah, ketertiban sosial mereka terganggu. Mereka dihantui terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme," ungkap Presiden.
Sebagaiman dilansir Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana, menurut Presiden, bangsa-bangsa itu juga goyah dalam mengelola keragaman dan perbedaan yang mereka miliki. Mereka juga masih mencari referensi nilai dalam menghadapi tatanan dan tantangan itu.
Lebih lanjut Presiden mengemukakan bahwa dalam kunjungan kerja dan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin negara di dunia yang telah dilakukan sebelumnya, Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai negara yang mampu menjaga toleransi di tengah-tengah perbedaan sekaligus menjadi referensi bagi dunia. Bentangan pulau yang mencapai 17 ribu pulau dengan beragam etnis dan agama tidak menjadi penghalang bagi Indonesia untuk menjadi negara demokratis sekaligus membangun perdamaian dan toleransi.
"Pengakuan itu saya dengar langsung dari pemimpin negara-negara besar dunia. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena kita memiliki Pancasila," tambah Presiden.
Oleh karena itu, dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat Indonesia untuk bersyukur karena telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup yang digali oleh Bapak Bangsa, Bung Karno. Beliau yakin, dengan mengamalkan Pancasila, Indonesia bisa mengatasi semua permasalahan yang ada dan keluar sebagai pemenang dalam era kompetisi sekarang ini.
"Sebagai bangsa, kita harus bersyukur memiliki Pancasila. Dengan dasar negara Pancasila, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak optimis, kita harus optimis menyongsong masa depan, kita harus percaya diri bahwa kita bisa memenangkan kompetisi global sebagai bangsa pemenang," jelas Presiden penuh semangat.
Presiden juga mengingatkan, syarat utama untuk maju sebagai bangsa pemenang ialah mau bekerja keras dan bergotong royong sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Bung Karno di depan sidang BPUPKI 1 Juni 1945.
â€...Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama,Â
Pemerasan keringat bersama,
Perjuangan bantu-membantu bersama,
Amal semua buat kepentingan semua,
Keringat semua buat kebahagiaan semua,
Ho lopis kuntul baris buat kepentingan bersama,
Itulah syarat utama untuk maju menjadi pemenang....gotong royong!â€
Presiden yang hadir didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengingatkan bahwa Pancasila  sebagai dasar negara dan ideologi negara harus diketahui asal-usulnya oleh Bangsa Indonesia dari generasi ke generasi "Pancasila harus diamalkan. Pancasila harus menjadi ideologi yang bekerja. Pancasila harus dijaga kelanggengannya," ujar Presiden.
Menutup pidatonya, Presiden menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan hari libur nasional. "Dengan keputusan Presiden, tanggal 1 Juni ditetapkan, diliburkan dan diperingati sebagai hari lahir Pancasila," kata Presiden.
Keputusan Presiden  Penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila  tertuang  dalam Keppres No. 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila ditandatangani tanggal 1 Juni 2016 oleh Presiden Joko Widodo setelah memberikan sambutannya.
Pancasila sebagai Jalan Hidup Bangsa Indonesia
Sebelum Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya, Presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarno Putri turut membacakan sambutan atas nama keluarga dengan penuh haru.
Dalam penutup sambutannya, Megawati berpesan untuk tetap menjaga Pancasila sebagai jalan hidup bangsa Indonesia.
"Dengan spirit Pancasila 1 Juni 1945, jadikanlah Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia," ucap Megawati disambut tepuk tangan hadirin.Â
Acara Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 dihadiri oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Ade Komarudin, Ketua DPD Irman Gusman, Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-11 Boediono dan para menteri kabinet anggota Kabinet Kerja. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?