Forum, ujar Dino, menyatakan penghargaan atas inisiatif Indonesia ini. “Ini merupakan inisiatif penting karena dilakukan tiga bulan sebelum konferensi Bali. Dan yang penting secara politis adalah kehadiran Brasil. Ini perkembangan positif dan kemajuan yang dapat diukur untuk mengkonsolidasi negara-negara pemilik hutan hujan tropis,� kata Dino.
Sebelumnya forum negara-negara pemilik hutan hujan tropis yang digagas Indonesia ini bernama Forestry Eight (F-8). Namun, belakangan tiga negara lain bergabung. Yang paling menggembirakan adalah kehadiran Brasil. Bukan saja selama ini Brasil enggan ikut dalam forum serupa, melainkan terutama mengingat posisi Brasil sebagai pemilik hujtan hujan tropis terbesar di dunia. Kini, anggota forum ini menjadi 11. Mereka adalah Brasil, Kamerun, Kolombia, Kongo, Kostarika, Gabon, Malaysia, Indonesia, Papua Nugini, dan Peru.
Pada acara High-Level Meeting on Climate Change, Presiden SBY menekankan perlunya negara maju melakukan transfer teknologi dan memberi insentif kepada negara-negara berkembang pemilik hutan hujan tropis. Saat ini, apresiasi negara maju terhadap upaya negara pemilik hutan hujan tropis menyelamatkan dunia dari peruabahan iklim global masih kurang memadai. “Memang ada skema pemberian insentif melalui Clean Development Mecanism. Tapi itu dirasa tidak cukup,� kata Dino kepada wartawan Indonesia yang mengikuti kunmjungan kerja Presiden ke New York.
Sementara itu, dalam pidato delapan menit pada acara Special Leaders Meeting of Tropical Rainforest Countries, Presiden SBY menjelaskan forum ini diimaksudkan agar negara-negara pemilik hutan hujan tropis bersatu, punya koordinasi lebih erat, dan pandangan lebih konstruktif untuk membantu menangani perubahan iklim.
Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/09/25/2271.html