Hari Minggu, 14 Oktober 2018, adalah hari terakhir pelaksanaan Annual Meeting International Monetary Fund – World Bank Group Tahun 2018 (AM IMF-WBG 2018) di Nusa Dua, Bali. Seiring dengan tertujunya mata dunia pada acara AM IMF-WBG 2018, nama Nusa Dua sebagai kawasan pelaksanaan perhelatan internasional pun mendunia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa kawasan Nusa Dua dikelola oleh salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC).
Diawali pada tahun 1969 ketika Pemerintah Indonesia dan United Nations Development Program (UNDP) berinisiatif untuk melakukan studi bersama dalam rangka mengembangkan pariwisata di Bali, yang diinspirasi oleh hasil studi pariwisata yang dilakukan oleh SCETO, Badan Pariwisata Perancis. Berdasarkan studi yang dihasilkan SCETO tersebut, yaitu menitikberatkan pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di satu sisi, dan melestarikan nilai-nilai budaya, struktur sosial masyarakat, dan lingkungan alam di sisi lain, pada tahun 1972 Pemerintah Indonesia dan UNDP menunjuk Pacific Consultant International untuk membuat cetak biru Kawasan Pariwisata Terpadu Nusa Dua. Untuk mengimplementasikan cetak biru tersebut, pada tahun 1973 didirikan BUMN PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang lebih dikenal dengan nama Bali Tourism Development Corporation (BTDC).
BTDC bertugas untuk menyiapkan lokasi pembangunan, menyiapkan cetak biru yang lebih terperinci, dan menciptakan infrastruktur standar internasional yang dapat menarik minat investor ke Nusa Dua Resort. Pada tahun 1980, hotel pertama di Nusa Dua dibuka, yaitu Nusa Dua Beach Hotel yang mempunyai 450 kamar.
Selama lebih dari 40 tahun beroperasi, kawasan Pariwisata Nusa Dua menjadi salah satu pengembangan destinasi pariwisata terbaik di dunia saat ini. Melalui konsistensi dalam mengikuti zonasi tata ruang, batas garis pantai, konsep lansekap, desain utilitas serta sistem keamanan seperti yang tertuang dalam rencana induk pembangunan yang dipersiapkan pada tahun 1972 serta dikelola dengan konsep ramah lingkungan, Nusa Dua berhasil meraih beberapa penghargaan. Penghargaan yang berhasil dicapai di tingkat nasional antara lain Kalpataru dari Pemerintah Republik Indonesia dan sertifikasi Tri Hita Karana dari Tri Hita Karana Bali Foundation. Di tingkat global, pada tahun 2004 Nusa Dua memperoleh Sertifikasi pertama Green Globe 21 Asia Pasifik di dunia untuk kategori "Community Resort" yang diberikan oleh Green Globe Foundation, sebuah lembaga global yang didukung oleh PBB.
Dengan luas sekitar 300 hektar, saat ini di Nusa Dua terdapat 19 hotel berbintang yang menawarkan 5.285 kamar, pusat perbelanjaan, museum, situs-situs budaya, padang golf, rumah sakit, dan bisnis pariwisata lainnya. Tingkat hunian rata-rata harian cukup tinggi. “Occupation bila tidak ada acara besar seperti acara Annual Meeting ini berkisar antara 60%-70% tergantung season, biasa nya di bulan Februari s.d. Juni dan Oktober”, terang Sanjaya, Humas ITDC.
Di Nusa Dua juga terdapat dua fasilitas Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) bertaraf internasional, yaitu Bali International Convention Centre (BICC) dan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Kedua fasilitas MICE tersebut telah digunakan untuk menjadi tuan rumah dalam berbagai acara berskala internasional antara lain Konferensi Perubahan Iklim PBB 2007, ASEAN Summit ke-19 yang juga dihadiri Presiden Barack Obama, APEC 2013, Forum Demokrasi Bali, dan Miss World 2013. Mengingat reputasi Nusa Dua yang telah mendunia itulah, maka Kawasan ini kemudian terpilih untuk menjadi tempat penyelenggaraan AM IMF-WBG 2018.
“Keterlibatan ITDC dalam acara AM IMF-WBG 2018, selain melakukan perbaikan, pelebaran jalan, dan pembangunan kawasan, juga meningkatkan keamanan dan menyiapkan bangunan untuk para petugas keamanan. Selain itu dibangun juga Command Centre yang baru diresmikan tanggal 16 September 2018 lalu untuk mengintegrasikan seluruh elemen tugas gabungan pengamanan,” kata Sanjaya.
Dalam perkembangannya, mengingat BTDC ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk juga mengelola Kawasan Mandalika di Lombok Selatan pada tahun 2008, maka pada tahun 2014 BTDC berubah nama menjadi Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), karena sekarang cakupan pengelolaan pariwisata tidak hanya di Bali saja, tetapi juga di luar Bali. (SPU-Humas Kemensetneg)