Jenderal Batak dari Tanah Jawa: Peresmian Buku Biografi Mensesneg Sudi Silalahi

 
bagikan berita ke :

Senin, 18 Juli 2011
Di baca 1916 kali

Melalui simbolisme memanjat pohon kelapa (piwulang wit galinggang) mempengaruhi sepak terjang seorang Sudi Silalahi dalam memaknai kedewasaan diri. Sebagai seorang prajurit pejuang yang ketika kanak-kanak ditempa dalam alam pedesaan yang penuh kebersahajaan di Tanah Jawa, sebuah daerah di Sumatera Utara bagi seorang Sudi Silalahi yang dilahirkan dari percampuran dua kultur itu rentang panjang kehidupan telah dijalani dengankesungguhan dan apa adanya. 

Hal tersebut tertuang dalam buku biografi Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi yang diresmikan Sabtu malam (16/7) di kediaman dinas Widya Candra, Jakarta. Peresmian buku setebal 302 halaman ini dihadiri oleh keluarga, kerabat dekat dan para sahabat dari Mensesneg Sudi Silalahi.


Dalam sambutan yang tertuang dalam buku biografi tersebut, Mensesneg Sudi Silalahi berharap agar buku ini menjadi media pembelajaran bagi generasi penerus dengan mengambil hal-hal baik di dalam buku itu. Mensesneg sendiri mengakui bahwa pada awalnya terkejut ketika tim penulis datang untuk mengutarakan izin menulis biografi tentang seorang Sudi Silalahi, sebab menurutnya tidak pernah terlintas bagi untuk membuat biografi karena Sudi merasa tidak ada sesuatu yang pantas untuk dituliskan, apalagi untuk diterbitkan dalam sebuah buku yang memuat hal ihwal dari kiprah perjalanan karir dan pengalamannya.


Tim penulis yang juga para sahabat dalam hal ini diwakili oleh Abdul Aziz Ritonga dalam biografi tersebut mengatakan bahwa biografi dengan subjek ketokohan perlu ditulis dan diterbitkan sebagai pembelajaran bagi masyarakat dan khususnya generasi penerus bangsa untuk mengambil hikmah di balik penuturan cerita dari dan tentang sang tokoh di mana orang akan dapat bercermin dari sisi-sisi yang dipandang menarik ataupun patut. Meski awalnya Mensesneg Sudi Silalahi awalnya menolak kisah hidupnya dibukukan karena merasa dirinya tak merasa sebagai tokoh penting yang layak dituliskan hal ihwal perjalanan hidupnya. Apalagi jika perjalanan hidupnya nanti dikhawatirkan akan memunculkan berbagai interpretasi dari masyarakat yang dipahami sebagai pamrih dan akan mengurangi ketulusikhlasan perjuangan hidup, namun pada akhirnya Sudi Silalahi memafhumi bahwa tujuan penulisan dan penerbitan buku tersebut dalam rangka tutur kebajikan untuk generasi bangsa, bukan semata-mata untuk membanggakan diri.

Acara yang berlangsung penuh kehangatan, sederhana namun tanpa mengurangi maknanya itu dimanfaatkan Sudi Silalahi untuk membagikan bukunya kepada para sahabat, keluarga serta teman seperjuangannya semasa di Akademi Militer di Magelang secara simbolis. Hadir malam itu mewakili menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh untuk menerima buku tersebut. Selain itu ada mantan Kassospol ABRI Letjen (Purn) Syarwan Hamid, dan mantan Ketua PMI Mari’ie Muhammad. Teman sejawat di BES (Bakti Enam Sembilan) 72 yang mewakili angakatan darat, laut, udara serta polisi, anak serta cucu Mensesneg Sudi Silalahi juga didaulat maju untuk menerima buku biografi tersebut.

Tak kurang sepuluh orang tokoh, baik dari kalangan militer, pemerintahan, maupun pendidikan menuliskan tanggapannya mengenai seorang Sudi Silalahi. Di mata para sahabat Sudi Silalahi dikenal sebagai pribadi yang pekerja keras, pandai menyesuaikan diri, piawai menjadi  dinamisator manajemen operasi, memilki komitemen yang tinggi terhadap kerja dan agama, sederhana, tidak kenal menyerah, bahkan salah satu kerabatnya menjuluki Sudi Silalahi sebagawi negarawan yang militer dan agamis.(humas setneg)


Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           0           0           0           2