Kalla Tak Takut Gejolak Minyak Dunia

 
bagikan berita ke :

Senin, 24 Maret 2008
Di baca 1821 kali


Menurut dia, saat ini Indonesia tak murni mengimpor minyak mentah dan masih termasuk sebagai negara pengekspor minyak, anggota negara-negara pengekspor minyak (OPEC). Dengan status pengekspor itu, anggaran negara tak terlalu tertekan ketika harga si emas hitam melonjak. "Kami (pemerintah) masih menerima keuntungan dari lonjakan harga minyak," ujarnya. Indonesia, dia melanjutkan, berbeda dengan negara tetangga, seperti Thailand dan Filipina, yang mulai berat menghadapi lonjakan harga minyak dunia.

Harga minyak dunia telah melewati US$ 100 per barel. Bahkan, pada awal Maret lalu, harga minyak sempat mencapai harga tertinggi, US$ 111,8 per barel. Namun, Kamis pekan lalu, harga minyak kembali turun tajam di bawah US$ 100 per barel akibat kekhawatiran resesi global yang menurunkan permintaan energi dunia. Di pasar utama New York, minyak mentah ringan untuk pengiriman Mei ditutup pada harga US$ 99,20 per barel. "Harga minyak turun di bawah US$ 100 per barel karena ketakutan resesi Amerika Serikat yang bisa berdampak ke seluruh dunia," kata analis Sucden Michael Davies seperti dilansir AFP.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengkritik pihak-pihak yang menilai Indonesia sedang menghadapi krisis pangan. Parameter kenaikan pangan, seperti minyak goreng dan terigu, kata dia, bukan menjadi ukuran karena komoditas yang harganya naik bukan kebutuhan pokok, seperti beras dan gula. "Minyak goreng dan terigu itu kebutuhan nomor dua. Pengaruhnya terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat kecil," ujar Kalla. Indonesia saat ini sudah berada di tingkat negara berkembang menengah dengan pendapatan per kapita sudah mencapai US$ 2.000.

Sementara itu, terkait dengan lonjakan harga minyak dunia, pekan lalu pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat menetapkan asumsi harga minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2008 dari US$ 83 per barel menjadi US$ 95 per barel. "Kami cenderung exercise 95 dolar per barel," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta pekan lalu.

Bahkan Sri Mulyani mengungkapkan, melihat fenomena harga minyak dunia, pemerintah telah membuat berbagai skenario asumsi harga minyak dalam APBN Perubahan. "Sudah ada skenario jika harga minyak di atas 100 dolar per barel atau bahkan di atas 105 dolar per barel sepanjang tahun," katanya.
 
 
 
 
 
Sumber:
http://www.korantempo.com/korantempo/2008/03/24/Ekonomi_dan_Bisnis/krn,20080324,17.id.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0