Kebinekaan Menjadi Sumber Energi Kemajuan Bangsa

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 18 Agustus 2018
Di baca 2183 kali

Pidato Kenegaraan Presiden RI di Hadapan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI

”Selama 73 tahun kita sudah menunjukkan diri sebagai bangsa yang tangguh, bangsa yang tahan banting, bangsa yang ingin terus berprestasi meraih kemenangan dan kemajuan. Pada usia yang ke-73 tahun ini, kita terus bekerja, ikhtiar, berjuang untuk mengejar prestasi bangsa, karena harus kita akui, ada beberapa negara lain yang mencapai kemajuan lebih cepat dibanding negara kita."

Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat berpidato di hadapan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD-RI, Jakarta, pada Kamis, 16 Agustus 2018.

Namun demikian, Presiden juga mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus bersyukur karena masih lebih baik dibanding banyak negara lain. Menurut Presiden, Indonesia telah mampu memanfaatkan kebinekaan dengan ciri khas budayanya masing-masing dan dengan kearifan lokalnya masing-masing untuk menjadi sumber energi kemajuan bangsa, menjadi sumber energi yang tidak pernah habis, menjadi sumber inspirasi bagi seluruh anak bangsa, menjadi sumber kreativitas untuk memenangkan dan mengharumkan nama bangsa dan negara dalam pentas persaingan global.

"Kita bersyukur memiliki Pancasila sebagai sumber energi ideologis bangsa, yang memandu seluruh anak bangsa dalam mewujudkan janji-janji kemerdekaan. Pancasila adalah bintang pengarah, penggerak, sumber inspirasi, dan sekaligus sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Dengan berpegang teguh pada Pancasila, saya yakin kita akan menjadi bangsa yang berdaulat dan bermartabat dalam pergaulan bangsa-bangsa lain di dunia, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi," kata Presiden.

Selain itu, Presiden menyampaikan rasa syukur juga harus dipanjatkan oleh bangsa Indonesia dalam kaitannya sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sekaligus menjadi negara demokrasi terbesar keempat di dunia. Menurutnya, sebagai bangsa kita telah berhasil lepas dari ketakutan terhadap ancaman instabilitas dan kekerasan politik dalam setiap regenerasi kepemimpinan nasional maupun daerah.

Hal tersebut, sambung Presiden, terlihat pada 101 pemilihan kepala daerah serentak di tahun 2017 dan 171 pemilihan kepala daerah serentak di tahun 2018 yang telah berhasil dilaksanakan dengan aman dan damai. Rakyat menyambut pesta demokrasi itu dengan kegembiraan, dengan antusiasme yang tinggi, serta kedewasaan politik yang semakin matang.

"Saya yakin, dengan pengalaman yang panjang dalam berdemokrasi, Insya Allah, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara serentak di tahun 2019 akan berlangsung dengan aman, damai, dan demokratis," kata Kepala Negara.

Walaupun banyak yang harus disyukuri, namun Presiden mengingatkan agar kita tidak boleh cepat berpuas diri. Menurutnya, Indonesia harus mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain yang mampu berlari lebih cepat dalam menggapai kemajuan, menjadi negara maju yang bisa berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya di dunia, serta menjadi negara yang berdaulat, bermartabat, dan dihormati negara-negara lain di dunia.

Oleh karena itu, kata Presiden, kita harus memperkuat fondasi dan mengumpulkan energi untuk melakukan lompatan kemajuan. Selain itu, kita juga harus berani melakukan terobosan untuk melompat jauh ke depan, berani membuat kebijakan yang hasilnya tidak kita nikmati saat ini, tapi membuat langkah kita ke depan menjadi lebih cepat.

"Kita tidak boleh terjebak dalam pragmatisme jangka pendek, yang justru membuat jalan kita melambat di masa depan. Kita tidak boleh terjebak pada status sebagai negara berpenghasilan menengah. Kita tidak boleh terkena middle income trap, tapi kita harus berhasil menjadi negara maju, menjadi Indonesia yang maju,"

Menurut Presiden apa yang telah dilakukan bangsa Indonesia kemarin dan saat ini bukanlah semata-mata untuk memecahkan masalah masa kini atau masalah satu-dua tahun ke depan, tetapi juga menjadi bagian dari lompatan kemajuan Indonesia untuk menjawab masalah-masalah bangsa di masa depan. Kepala Negara memberikan contoh keberhasilan Timnas Sepakbola Indonesia U-16 yang menjuarai turnamen ASEAN Football Federation pada 11 Agustus 2018. Tim yang masih berusia 16 tahun ke bawah ini, lanjut Presiden, adalah masa depan sepakbola Indonesia, mereka adalah masa depan Indonesia.

"Benih-benih harapan untuk kejayaan bangsa Indonesia dari hari ke hari semakin bersemai. Putra-putri Indonesia yang mengibarkan bendera Merah Putih di pentas dunia semakin banyak. Prestasi gemilang yang membanggakan kita semua, diraih oleh putra-putri Indonesia dalam berbagai kompetisi tingkat dunia, dalam kompetisi bidang sains dan teknologi, lomba hafal Al-Quran, festival seni dan budaya, kejuaraan olah raga serta berbagai kompetisi lainnya. Kita berhasil menggaet posisi terhormat. Prestasi yang diraih anak-anak bangsa tersebut harus didukung oleh ekosistem yang kondusif sehingga bisa lebih berkontribusi untuk Indonesia maju," kata Presiden.

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Topang Ekosistem Demokrasi

Presiden menyampaikan bahwa ekosistem demokrasi, ideologi Pancasila yang kokoh, Bhinneka Tunggal Ika, dan semangat gotong royong harus ditopang dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Menurutnya, upaya untuk membebaskan Indonesia dari jeratan korupsi yang mengkhianati kepercayaan rakyat, menggerogoti anggaran negara, dan merusak sendi-sendi perekonomian bangsa harus terus dilakukan.

"Korupsi adalah kejahatan luar biasa yang harus dilawan dengan cara-cara yang luar biasa. Pemerintah akan terus mendukung upaya KPK untuk memberantas korupsi," katanya.

Upaya-upaya pemerintah tersebut antara lain memberikan prioritas yang tinggi pada upaya pencegahan sebagaimana halnya dengan upaya penindakan. Untuk itu, Pemerintah telah mengeluarkan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, melalui Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 sebagai arah kebijakan nasional yang memuat fokus dan sasaran pencegahan korupsi. Selain itu, Pemerintah juga meneruskan inisiatif Saber Pungli, Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar, yang sampai semester I tahun 2018 telah melaksanakan 2.911 kegiatan Operasi Tangkap Tangan.

Selain pemberantasan korupsi, Presiden mengatakan pemerintah juga memberikan perhatian yang kuat pada upaya penghormatan, perlindungan, pemenuhan, dan penegakan Hak Asasi Manusia. Hal tersebut yang menjadi semangat pemerintah dalam mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 33 tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) Tahun 2015-2019.

"Pemerintah berupaya mempercepat penyelesaian kasus-kasus HAM masa lalu serta meningkatkan perlindungan HAM agar kejadian yang sama tidak terulang lagi di kemudian hari," katanya.

Presiden menuturkan dibutuhkan keberanian dan ketegasan dalam melakukan berbagai lompatan kemajuan. Ketegasan untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi kepentingan rakyat Indonesia tersebut antara lain ketegasan untuk melindungi hutan dan lahan. Upaya itu menurut Presiden telah membuahkan hasil, yaitu area kebakaran hutan dan lahan menurun signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Walaupun demikian, Presiden mengatakan ketegasan tersebut tidak akan bisa maksimal tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat.

"Saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada aparat TNI, Polri, pemerintah daerah, dan seluruh warga masyarakat yang dengan penuh dedikasi mencegah dan melawan ancaman kebakaran hutan," katanya.

Selain dalam bidang penegakan hukum, Presiden menyebutkan ketegasan juga dibutuhkan dalam pemberantasan narkoba yang merusak masa depan bangsa. Upaya ini membutuhkan kerja bersama semua pihak guna menyelamatkan nyawa belasan ribu putra-putri Indonesia yang setiap tahunnya menjadi korban kejahatan narkoba.

Ketegasan juga, sambung Presiden, harus dilakukan dalam menjaga kekayaan alam Indonesia untuk berdaulat atas sumber daya alamnya. Pemerintah terus menjaga kedaulatan maritim, mulai dari laut, teluk, sampai dengan samudra.

"Kita tidak main-main dengan aksi pencurian ikan yang dulu sering terjadi di perairan kita. Tidak sampai di situ saja. Setelah beberapa dekade berada di tangan pihak lain, Blok Migas Mahakam, Blok Migas Sanga-Sanga, Blok Migas Rokan, dan mayoritas saham Freeport kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi yang sebesar-besarnya digunakan bagi kemakmuran rakyat," ujarnya.

Selain itu, Presiden menuturkan bahwa kita harus tegas untuk menjaga NKRI, meneguhkan ikrar Bhinneka Tunggal Ika, mencegah dan memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya. Presiden mengatakanperan ulama, tokoh masyarakat, pendidik, organisasi-organisasi keagamaan, organisasi-organisasi kemasyarakatan dan keluarga harus terus didukung untuk menghadang paparan ajaran radikal kepada generasi muda Indonesia.

"Kita dukung sinergi Kepolisian, TNI, BIN, BNPT, dan seluruh elemen bangsa Indonesia dalam mencegah dan melawan terorisme," katanya.

Untuk itu, pemerintah akan terus memastikan stabilitas keamanan, termasuk dengan alutsista yang lebih modern serta meningkatkan kemampuan, profesionalisme, dan kesejahteraan TNI dan Polri. Sebagai negara yang besar, Presiden menyebutkan bahwa kita harus melindungi kedaulatan negara dengan membangun sistem pertahanan yang modern dan TNI yang profesional, seperti dilansir dari siaran pers Deputi Bidang Pers, Protokol dan Media

"Reformasi Polri terus kita lanjutkan untuk meningkatkan kepercayaan publik pada Polri. Aspek kesejahteraan prajurit TNI dan anggota Polri secara bertahap kita tingkatkan sebagai upaya mendukung kinerja TNI dan Polri," tandas Presiden.(Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           15           4           2           2