Mengawali sambutannya pada Puncak Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) di Pinangsia Taman Sari, Jakarta, Presiden Joko Widodo sekali lagi mengingatkan kerusakan yang ditimbulkan oleh narkoba. Beliau menyebut, kejahatan luar biasa tersebut juga telah merengkuh berbagai lapisan masyarakat. Demikian seperti dilansir Tim Komunikasi Presiden, Sukardi Rinakit.
"Di dalam negeri kita, jumlah pengguna narkoba terus meningkat. Tahun 2015, diperkirakan angka prevalensi pengguna narkoba mencapai 5,1 juta orang dan 40 sampai 50 generasi muda kita tiap harinya mati karena narkoba. Kerugian material diperkirakan kurang lebih 63 triliun rupiah yang mencakup kerugian akibat belanja narkoba, biaya pengobatan, barang-barang yang dicuri, biaya rehabilitasi, dan lainnya," ungkap Presiden.
Presiden kemudian menambahkan, para pengedar narkoba kini telah bergerak dan menemukan cara-cara baru untuk mengelabui masyarakat. Anak-anak dan wanita disebutnya sudah mulai dimanfaatkan oleh para pengedar narkoba untuk dijadikan kurir barang haram tersebut. Selain itu, mainan anak, kaki palsu, dan barang-barang yang tidak diduga lainnya kini juga menjadi modus baru dalam penyelendupan narkoba.
Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo bertekad untuk tidak lagi membiarkan narkoba merusak generasi muda bangsa Indonesia. Beliau mendesak aparat keamanan, agar selalu bertindak tegas terhadap kejahatan luar biasa ini.
"Semua itu harus dihentikan, harus dilawan, dan tidak bisa dibiarkan lagi. Kita tegaskan perang melawan narkoba di Indonesia. Saya ingin ingatkan kepada kita semuanya, kejar mereka! Tangkap mereka! Hantam mereka!" tegas Presiden disambut riuh para hadirin.
"Ingat Bapak/Ibu sekalian, 40 sampai 50 generasi muda kita mati karena narkoba. Kalau Undang-Undang memperbolehkan, 'dor' mereka! Untungnya Undang-Undang tidak memperbolehkan itu," tambah Presiden yang membuat tepuk tangan hadiri semakin riuh.
Sinergi Melawan Kejahatan Narkoba
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bahu membahu memberantas peredaran narkoba. Kejahatan narkoba yang dibiarkan berlarut-larut disebutnya dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Saya ingatkan, semua harus bersinergi. Kita terkadang hanyut dalam runitinas harian kita, padahal kalau ini dibiarkan, bisa melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kata-kata sudah tidak diperlukan lagi, kita memerlukan tindakan nyata. Semua perlu bersinergi, mulai dari BNN, Polri, Kementerian/Lembaga, LSM, masyarakat, semua harus betul-betul melakukan langkah-langkah yang terpadu untuk melawan narkonba," ujar Presiden.
Menutup sambutannya, dengan tegas Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa negara akan hadir bersama dengan masyarakat dalam usaha pemberantasan narkoba di Tanah Air. Presiden bertekad untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang bersih dari peredaran dan perdagangan narkoba.
"Dengan kekuatan dan ketegasan kita bersama, kita kejar para pengedar narkoba. Di manapun ada narkoba di Indonesia saya perintahkan seluruh sumber daya pemerintah untuk hadir dan memberantasnya. Negara kita Indonesia tidak boleh dijadikan tempat lalu lintas peredaran dan perdagangan narkoba lagi, apalagi menjadi tempat produksi barang-barang haram tersebut," tutupnya.
Hadir dalam puncak peringatan tersebut mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo di antaranya Menkopolhukam Luhut Pandjaitan, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung; Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek; Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki; Kapolri, Jenderal Pol Badrodin Haiti; dan Kepala BNN, Komjen Pol Budi Waseso selaku penyelenggara. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?