Kolaborasi IT, Perkuat Sinergi Teknologi Informasi di Lingkungan Lembaga Kepresidenan
Biro Informasi dan Teknolongi Kementerian Sekretariat Negara (Biro Infotek Kemensetneg) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pengelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Lingkungan Kepresidenan yang bertempat di Wisma Sekretariat Negara Cibulan, Bogor, Selasa (15/10).
Irma Dwi Santi selaku Kepala Biro Infotek membuka acara rakor. Ia menyampaikan bahwa selain rakor, ada sharing knowledge dengan pakar bidang Informasi dan Teknologi. "Tujuan rakor ini selain diskusi seluruh Satuan Kerja di Lembaga Kepresidenan, hari ini juga hadir Pak Gildas yang akan sharing knowledge tentang strategi kolaborasi IT untuk Kemensetneg," ungkap wanita yang disapa Irma ini.
Dalam sambutannya Irma juga menjelaskan tentang Aset yang dimiliki serta agenda tahun 2019 Biro Infotek. "Aset yang dimiliki Biro Infotek terdiri dari Software, Hardware, jaringan, Sumber Daya Manusia (SDM), informasi, Security Operation Center dan Helpdesk, sedangkan agenda Biro Infotek selama 2019 ialah Resertifikasi ISO 27001, penyusunan Grand Design Sistem Informasi Kementerian Sekretariat Negara (SIKSN) 2020-2024, penilaian Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE) 2019, penyusunan Permensesneg Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) dan terakhir pembentukan Setneg Computer Security Incident Response Team (CSIRT)," jelas Irma.
Tampak hadir Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Setya Utama, yang memberikan sambutan sebelum narasumber memulai paparan. "Pada saat Rapat Pimpinan kemarin, Senin (14/10), Pak Pratikno (Menteri Sekretaris Negara) menyampaikan ada tiga unit kerja yang harus diperkuat di Kemensetneg, yaitu Bagian Arsip, Inspektorat dan terakhir Biro Infotek," jelas Setya.
Setya menyampaikan sesuai dengan arahan Mensesneg untuk menerapkan debirokratisasi, digitalisasi dan peningkatan SDM, Biro Infotek diharapkan dapat mengefisiensikan business process. “Biro Infotek diharapkan dapat mengefisiensikan business process untuk inovasi ke depan agar antar lintas kerja dapat bersinergi,” lanjut Setya.
Rakor yang dihadiri oleh seluruh Tim TIK di lingkungan Lembaga Kepresidenan ini berjalan lancar dan masing-masing satuan kerja memberikan laporan serta masukan untuk perkembangan teknologi informasi serta keamanan data.
Transformasi Digital Industri
Memulai sharing knowledge, Gildas Deograt Lumy menerangkan industry 4.0 merupakan fondasi masyarakat Indonesia 5.0. “Industri 4.0 mengintegrasikan dunia fisik dan siber dan menciptakan masyarakat 5.0, seluruh aspek dalam kehidupan nyata akan berbasis digital dengan satuan milidetik,” terang pria yang biasa dipanggil Gildas ini.
Gildas melanjutkan masalah mendasar dalam revolusi industry 4.0 adalah BASIC. “Seluruh komponen BASIC adalah hasil revolusi kecuali security, BASIC sendiri ialah Blockchain, Artificial Intelligence, Cloud dan Internet of Things/People, revolusi dan evolusi pada komponen BASIC dalam transformasi digital,” jelas Gildas.
Tantangan mewujudkan masyarakat Indonesia 5.0 menurut Gildas ada beberapa aspek. “Pada aspek Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan, Indonesia mengalami gangguan dan ancaman. Tiga tantangan fundamental yaitu ego sektoral, kompleksitas integrasi antar sistem serta isu ketidakamanan pertukaran informasi. Untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan ekosistem digital nasional kunci fondasinya adalah platform teknologi nasional seperti di negara-negara maju seperti Jepang, China, US dan terakhir penggunaan produk dan layanan asing secara massif adalah kontribusi utama pada ketidakberdaulatan Indonesia di wilayah siber,” ucap Gildas.
Pada sharing knowledge ini dilakukan sesi tanya jawab, seluruh peserta yang hadir tampak antusias dengan penjelasan dari Gildas, sesi terakhir adalah foto bersama serta penyerahan cenderamata kepada para narasumber. (ART, Humas Kemensetneg)