Lawatan Presiden selama kurang lebih 5 hari tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan bilateral baik antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Korea dan Rusia, dengan pemimpin negara ASEAN, maupun dengan pimpinan perusahaan besar di masing-masing negara.
Â
Kerjasama Indonesia-Korsel: Akselerasi Industrialisasi dan Industri Kreatif
Â
Kunjungan Kenegaraan ke Korea Selatan dilakukan Presiden Joko Widodo pada tanggal 16-18 Mei 2016. Dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye menghasilkan komitmen kuat antara kedua pemerintah untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang dan dua kerjasama yang akan diprioritaskan adalah akselerasi industrialisasi dan pengembangan industri kreatif.
Â
Seperti dilansir Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayan, komitmen kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Korea Selatan tersebut dituangkan dalam penandatanganan 7 nota kesepahaman di bidang maritim, industri kreatif, olahraga, geospasial, kawasan ekonomi khusus, restorasi lahan gambut, dan pemberantasan korupsi.
Â
"Dalam perjalan di Republik Korea tampak juga antusiasme tinggi dari pengusaha swasta Korea, misalnya tercermin di bisnis forum yang dihadiri 500 pengusaha korea. Deal yang dihasilkan adalah sekitar USD 18 miliar," ucap Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi kepada wartawan di Ruang VVIP Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta ketika memberikan keterangan pers hasil kunjungan Presiden Jokowi ke Korsel dan Rusia.
Â
Presiden juga menyampaikan pidato kunci pada Asia Conference Leadership yang dihadiri oleh Peresiden Park, mantan Presiden George Bush dan tokoh dunia lainnya. "Pesan Presiden Jokowi adalah mengupayakan ekonomi Indonesia yang terbuka dan kompetitif, pembangunan inklusif dan kepemimpinan yang dengar suara rakyatnya," ucap Retno.
Â
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki menyampaikan bahwa di Korea Selatan Presiden Jokowi menerima award sebagai Tokoh yang Menginspirasi 2016 dari Anugerah Asosiasi Wartawan Asia (Asia Journalist Association/AJA Award) 2016 dan diserahkan Presiden AJA Ivan Lim Sin Chin di Ajou University, Kota Suwon, Korea Selatan.
Â
Hasil Kunjungan Presiden ke Rusia
Â
Dari Korsel, Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Rusia dan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Vladimir Putin pada 18 Mei 2016, dan menghadiri KTT ASEAN - Rusia pada 19-20 Mei 2016.
Â
Dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Vladimir Putin di Rusia disepakati peningkatan potensi kerja sama dengan Rusia antara lain untuk peningkatan ekspor kelapa sawit, produk perikanan, buah, sayuran, serta kerja sama potensi pariwisata dan diversikasi investasi. "Semua potensi ini akan ditindaklanjuti," kata Retno.
Â
Kesepakatan investasi dilakukan perusahaan Rusia yang berkomitmen membangun kilang minyak senilai USD 13 miliar. Selain itu, antara pemerintah Indonesia dengan Rusia, "Juga dilakukan penandatanganan 5 nota kesepakatan kerjasama yaitu, bidang pertahanan, fishing, kebudayaan, arsip nasional dan arsip kementerian luar negeri," ucap Retno.
Â
KTT ASEAN-Rusia
Â
Di hari ketiga berada di Rusia, Presiden menghadiri KTT ASEAN-Rusia yang dilakukan dalam memperingati 20 tahun kemitraan ASEAN-Rusia. "Tampak keiginan Rusia untuk tingkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi," ujar Retno.
Â
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan kepada peserta konferensi, bahwa kemitraan harus difokuskan pada energi, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan konektivitas. Selain itu, isu keamanan dan perdamaian turut menjadi perhatian yang disampaikan oleh Presiden.
Â
"Kemitraan ASEAN-Rusia harus membawa perdamaian dan kemakmuran bagi dunia," tutur Retno.
Â
Di sela-sela perhelatan KTT ASEAN-Rusia, Presiden juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam dan Singapura. Dua hal utama yang dibahas dengan Perdana Menteri Vietnam, yakni mendorong realisasi target perdagangan sebesar USD 10 miliar di tahun 2018 serta melanjutkan negosiasi delimitasi maritim.
Â
Turut hadir dalam konferensi pers ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong; Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki; dan Staf Khusus Kepresidenan, Johan Budi. (Humas Kemensetneg)