Konferensi Kopenhagen, Indonesia Sampaikan Lima Usulan

 
bagikan berita ke :

Kamis, 17 Desember 2009
Di baca 1160 kali

Sikap Indonesia jelas, Konferensi Kopenhagen ini harus melahirkan konsensus. "Usulan Indonesia, rekomendasi Indonesia, yang bisa dipertimbangan untuk mengatasi kebuntuan --katakanlah begitu-- agar bisa menghasilkan sesuatu di Kopenhagen ini," ujar SBY dalam keterangan pers di Hotel Crowne Plaza, Kopenhagen, Rabu (16/12) malam atau Kamis (17/12) dini hari di Indonesia.

Ada lima usulan Indonesia yang akan disampaikan Presiden SBY pada COP-15 ini. Pertama, ada kesepakatan untuk tidak memberi toleransi kenaikan suhu melebihi 2 derajat Celcius. "Itu sebagai rujukan utama," SBY menegaskan. Kedua, berkaitan dengan itu, maka negara maju harus mengupayakan pengurangan emisinya dari yang sudah ditetapkan sekarang ini. "Dengan demikian untuk mencapai tidak lebih dari 2 derajat celcius itu negara maju harus menyumbang pengurangan emisi yang cukup," SBY menambahkan.

Ketiga, negara berkembang pun harus memiliki rencana aksi dan sasaran yang jelas, meskipun ini sifatnya sukarela sebagaimana yang Indonesia lakukan. Indonesia akan mengurangi emisi 26 persen dari < i>business as usual pada tahun 2020 nanti. Keempat, negara maju juga harus ikut menyelamatkan bumi melalui tentu bantuan finansial, sumberdaya untuk mitigasi, dan ransfer of technology, termasuk peningkatan capacity building. "Jadi, angka sekarang yang dijanjikan negara maju itu harus ditingkatkan," Presiden menjelaskan.

Kelima, target dan sasaran harus disepakati, komitmen bantuan dari negara maju juga harus bisa diyakini, dijalankan dengan benar. Dalam hal ini perlu dirumuskan sistem dan mekanisme monitoring-nya. "Tetapi yang dipantau bukan hanya negara berkembang dalam mencapai sasaran-sasarannya. Negara maju pun juga dipantau, janji negara maju kepada negara berkembang harus dimonitor agar semua berjalan dengan baik," kata SBY.

Indonesia ingin masalah pengurangan emisi dari masing-masing ini harus jelas. "Harus ada satu pengukuran bersama yang reliable, jangan sampai lembaga-lembaga termasuk NGO menghitung sendiri sendiri, nanti menimbulkan kebingungan pada tingkat global," Presiden menandaskan.

Menurut Presisden SBY, Indonesia juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama dalam pengelolaaan hutan sebagai bagian dari kemitraan global. Indonesia sangat bertanggungjawab untuk lebih meningkatkan pengelolaan hutannya agar target 26 persen pengurangan emisi itu bisa dicapai. "Itulah posisi kita yang, insya Allah, besok akan kita sampaikan," terang SBY.

Untuk mengatasi perbedaan pandangan dan memastikan Konferensi Kopenhagen menghasilkan konsesnsus yang konkret, Presiden SBY akan melakukan serangkaian lobi dan diskusi dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan pemimpin dunia yang lain. Terutama dengan AS dan China yang masih memiliki sejumlah perbedaan. "Tujuannya agar kita bisa mencegah kegagalan dari Konferensi Kopenhagen ini. Saya sendiri menyadari bahwa tidak mungkin tanpa kepastian dan komitmen AS dan Republik Rakyat Tiongkok. Tetapi negara lain juga tidak harus saling menunggu, apa yang bisa kita lakukan bersama," ujar SBY.

Mendampingi Presiden SBY saat memberi keterangan pers, antara lain, Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Kopenhagen, Rachmat Witoelar, Meneg LH Gusti Muhammad Hatta, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhamad. (osa/har)

Sumber :

http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/12/17/4987.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0