KTT Islamabad Sepakati Piagam Kelembagaan D8

 
bagikan berita ke :

Jumat, 23 November 2012
Di baca 854 kali

Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah menyampaikan hal ini dalam rilisnya yang diterima redaksi pada Jumat (23/11) pagi. Presiden bersama delegasi berada di Islamabad, Pakistan, pada 21-22 November.

"KTT telah berhasil menyepakati sebuah piagam (charter) yang antara lain memuat prinsip-prinsip dan ruang lingkup kerja sama, aspek-aspek kelembagaan, dan proses pengambilan keputusan dalam D8. Dengan disepakatinya Piagam ini, maka D8 kini memiliki legal entity," kata Faizasyah.


Dalam KTT tersebut, Presiden SBY menggarisbawahi arti penting kerja sama D8 di bidang ketahanan pangan dan energi serta konektivitas. Konektivitas ini mencakup pengembangan infrastruktur, pariwisata, trasnportasi udara dan laut, people-to-people contact, dan harmonisasi kebijakan.


Presiden juga menekankan arti penting peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi antara negara-negara D8. "Secara khusus, Presiden menekankan pentingnya implementasi secara menyeluruh tiga pilar kerja sama D8 yang disepakati di Bali tahun 2006, utamanya implementasi Preferential Trade Agreement (PTA) dan Multilateral Agreement among D8 Member Countries on Administrative Assistance in Customs Matters," Faizasyah menjelaskan.


SBY juga mengusulkan agar D8 bekerja sama dalam memperkuat kapasitas UKM, termasuk melalui skema financial inclusion.


Dalam kapasitas sebagai ketua bersama High-Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda, Presiden SBY meminta dukungan anggota D8 dalam keberhasilan perumusan agenda pembangunan pasca 2015.


Memanfaatkan keberadaan di Pakistan, Presiden SBY juga melakukan pertemuan dengan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, guna membahas perkembangan hubungan dan kerja sama bilateral Indonesia-Pakistan. "Pertemuan ini merupakan pertemuan bilateral pertama Presiden SBY dengan Presiden Zardari," Faizasyah menambahkan.


Dalam pertemuan tersebut dibahas kerja sama bidang pertanian, perdagangan, dan investasi. "Terkait sektor pertanian, telah disampaikan harapan pengembangan kerja sama di bidang teknologi pertanian dan riset," kata Faizasyah.


Di bidang perdagangan, Presiden mendorong agar kedua negara terus meningkatkan nilai perdagangan bilateral. Tahun 2011, volume perdagangan kedua negara mencapai 1,1 miliar dolar AS, meningkat sebesar 45,1 persen dari tahun 2010.


Selain itu, telah pula disampaikan harapan agar kedua negara memanfaatkan peluang yang muncul dari ratifikasi Trade Preferential Agreement (TPA) atau perjanjian perdagangan khusus. (fbw/har)
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2012/11/23/8535.html
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0