Kepala negara dan pemerintahan ASEAN telah menggelar ASEAN Leaders' Gathering yang bertempat di Hotel Sofitel Nusa Dua, Bali, pada Kamis, 11 Oktober 2018. Pertemuan yang diinisiasi oleh pihak Indonesia ini menghadirkan 10 negara ASEAN dan sejumlah pimpinan lembaga internasional.
Saat memimpin jalannya pertemuan, Presiden Jokowi menyinggung sejumlah hal terkait dengan visi ASEAN.
"Pertama, pentingnya mulai dipikirkan mekanisme kerja sama kawasan dan global bagi pembangunan berkelanjutan pascabencana," jelas Presiden.
Setelah bencana beberapa waktu lalu di Sulawesi Tengah dan Lombok menunjukkan bahwa pembangunan selama puluhan tahun dalam sekejap dapat hilang.
Kemudian yang kedua, Presiden memandang pentingnya memprioritaskan SDGs dalam tahap pembangunan masing-masing negara ASEAN. Beberapa capaian SDGs sendiri telah dan akan terus diupayakan Indonesia dalam pembangunannya.
Di antaranya ialah menurunnya angka kemiskinan menjadi satu digit di angka 9,8 persen pada 2018, meningkatnya akses terhadap air bersih bagi rumah tangga, hingga meningkatnya akses terhadap pelayanan kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional yang mencakup 77,78 persen rakyat Indonesia.
"Tidak kalah penting adalah kemajuan besar pada pembangunan infrastruktur dalam empat tahun terakhir sebagai perwujudan tujuan nomor sembilan dari SDGs," tambah Presiden.
Usulan ketiga, masih terkait dengan pencapaian SDGs masing-masing negara, Presiden Joko Widodo berpendapat bahwa sinergi antara organisasi kawasan dan organisasi internasional serta lembaga keuangan menjadi kunci dalam mewujudkan SDGs.
"Sinergi antara organisasi kawasan dan organisasi internasional serta lembaga keuangan bagi pencapaian SDGs penting sekali artinya," kata Presiden, seperti dilansir dari siaran pers Deputi Bidang Pers, Protokol dan Media Sekretariat Preesiden, Bey Machmudin.
Adapun yang keempat, Indonesia mendorong sumber pendanaan inovatif seperti blended finance yang telah dibahas dalam Forum Tri Hita Karana yang juga dihadiri Presiden.
"Salah satu tantangan pencapaian SDGs adalah masalah pendanaan. Oleh karena itu, keempat, Indonesia mendorong sumber pendanaan inovatif seperti blended finance," tandas Presiden.
Sementara yang kelima atau terakhir, dalam upaya mencapai SDGs, masing-masing negara perlu melibatkan kemajuan teknologi dalam upaya yang dilakukan.
"Dalam kaitan ini saya mencontohkan berkembangnya aplikasi ruang guru di Indonesia," tutur Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara juga berpesan kepada seluruh pimpinan negara dan pemerintahan ASEAN bahwa untuk mewujudkan SDGs sebagaimana yang telah dicanangkan PBB, masing-masing negara ASEAN tak akan mampu mencapainya seorang diri tanpa bantuan negara lain. Maka itu ia mendorong dilakukannya kerja sama dengan negara lain, utamanya sesama negara-negara ASEAN, untuk dapat mewujudkan hal itu.
"Saya ingin tekankan, pencapaian SDGs tidak dapat dipenuhi secara isolatif oleh satu negara tanpa bekerja sama dengan negara lain. Pencapaian SDGs memerlukan global leadership dan shared responsibilities," pungkas Presiden. (Humas Kemensetneg)