Sebagaimana dilansir dari siaran pers Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi, Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Srihadi yang datang bersama dengan istrinya, Farida Srihadi, menghadiahkan lukisan hasil karyanya langsung kepada Presiden Joko Widodo. Lukisan yang dibuat dalam kanvas seukuran 2 x 1,7 meter tersebut merupakan hasil pengembangan kreativitas dari lukisan kolaborasi antara Presiden Joko Widodo dengan dirinya yang kini disimpan di Galeri Nasional.
Kepada Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Srihadi Soedarsono bersama dengan istrinya berkenan menceritakan proses pembuatan lukisan tersebut. Dengan ramah Farida mengawalinya dengan menceritakan awal mula suaminya mengembangkan ide lukisan dari goresan huruf "S" berwarna merah yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo.
"Pak Srihadi mengembangkan ide, ini huruf S sudah jadi merah, ya sudah itu dibikin sebagai bendera untuk menunjukkan semangat juang. Lalu Pak Srihadi membuat konsep dari huruf S dan dikembangkan idenya," terangnya.
Untuk diketahui, kanvas tempat Presiden saat itu menggoreskan huruf S tersebut berukuran 1 x 0,8 meter. Setelah menyempurnakan goresan tersebut, Srihadi kemudian berpikir untuk mengembangkan kreativitasnya ke dalam kanvas yang lebih besar.
"Nah, yang besarnya dua meter itulah yang dihadiahkan kepada Bapak Jokowi. Karena Bapak Jokowi memberikan ide terus dikembangkan Pak Srihadi," imbuh Farida.
Pesan yang coba diangkat oleh Srihadi dalam lukisan yang lebih besar tersebut serupa dengan apa yang dibuatnya ketika menyempurnakan goresan tangan Presiden Joko Widodo beberapa waktu sebelumnya. Saat menyempurnakan goresan tangan Presiden kala itu, dirinya menggambarkan semangat juang kemerdekaan yang ditunjukkan oleh para pemuda pada masa perjuangan kemerdekaan.
"Itu adalah juang kemerdekaan saat kita menghadapi revolusi di mana pemuda-pemuda waktu itu memegang bendera merah putih dan bambu runcing. Dengan bambu runcing saja saat itu bangsa kita merdeka," ungkap Farida.
Saat itu, Srihadi ditunjuk oleh panitia pameran koleksi karya seni Istana Kepresidenan untuk menyempurnakan goresan tangan Presiden sebagai bentuk penghormatan kepada dirinya. Sebagai satu-satunya maestro lukis yang masih ada hingga kini, kesempatan tersebut diakui oleh Farida sebagai sebuah bentuk penghargaan kepada suaminya.
"Jadi, sebagai seniman sesepuh, beliau diberikan penghargaan untuk meneruskan goresan Pak Presiden," tuturnya.
Bila pada lukisan pertama tersebut Srihadi menggambarkan semangat juang pada masa perjuangan kemerdekaan, maka pada lukisannya kali ini dirinya menggambarkan semangat juang yang menurutnya harus ditunjukkan oleh pemuda-pemuda Indonesia masa kini. Semangat juang yang harus tetap dipelihara sampai kapanpun.
"Yang dari Pak Srihadi itu tentang pemuda zaman sekarang. Pak Srihadi ingin agar pemuda masa sekarang seperti pemuda-pemuda jaman dahulu, tetap memiliki semangat bambu runcing. Artinya dengan kesederhanaan dan semangat juang kita tetap bisa menang," ucapnya.
Srihadi membutuhkan waktu selama sepuluh hari untuk menyelesaikan maha karya terbarunya tersebut. Lukisan tersebut diselesaikannya di studio pribadinya yang berlokasi di Bandung.
"Dikerjakan di studio saya di Bandung selama sepuluh hari. Selesai tanggal 11 Agustus dan dicantumkan (tanggal) di dalam lukisan itu," terang Srihadi.
Dalam pembicaraan tersebut, keduanya juga mengungkapkan kekagumannya terhadap Presiden Joko Widodo. Mereka kagum terhadap keinginan Presiden yang ingin mengangkat budaya bangsa.
"Kita sebagai budayawan kagum, Pak Presiden kita ini berbeda sekali. Punya keinginan untuk mengangkat budaya bangsa sebagai bangsa yang terhormat," ujar Farida.
Farida menambahkan, sepengamatan mereka, presiden-presiden lain selain Soekarno selama ini tidak memiliki pemikiran ke arah pengembangan kebudayaan. Padahal dari kebudayaan harga diri sebuah bangsa semakin berkibar.
"Sedangkan semua bangsa di dunia itu dari kebudayaanlah harga diri sebuah bangsa berkibar," tekannya.
Mengakhiri pembicaraan, Srihadi dan istrinya berpesan kepada generasi muda Indonesia agar mulai menumbuhkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia dapat menjadi terhormat oleh karena seni budayanya sendiri.
"Sebagai budayawan, jelas bahwa seni mengalir dalam darah daging kami sampai akhir hayat. Tinggal generasi muda ini, generasi penerus, harus sadar bahwa bangsa kita itu sangat terhormat dari seni budayanya," tutupnya.
Lukisan hadiah dari sang maestro tersebut direncanakan akan dijadikan sebagai salah satu koleksi karya seni Istana Kepresidenan. Sebab, dengan menjadi koleksi karya seni Istana Kepresidenan, ke depannya masyarakat juga memiliki kesempatan untuk menikmati secara langsung peninggalan sang maestro lukis Indonesia melalui pameran karya seni Istana Kepresidenan yang akan datang. (Humas Kemensetneg)
Kepada Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Srihadi Soedarsono bersama dengan istrinya berkenan menceritakan proses pembuatan lukisan tersebut. Dengan ramah Farida mengawalinya dengan menceritakan awal mula suaminya mengembangkan ide lukisan dari goresan huruf "S" berwarna merah yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo.
"Pak Srihadi mengembangkan ide, ini huruf S sudah jadi merah, ya sudah itu dibikin sebagai bendera untuk menunjukkan semangat juang. Lalu Pak Srihadi membuat konsep dari huruf S dan dikembangkan idenya," terangnya.
Untuk diketahui, kanvas tempat Presiden saat itu menggoreskan huruf S tersebut berukuran 1 x 0,8 meter. Setelah menyempurnakan goresan tersebut, Srihadi kemudian berpikir untuk mengembangkan kreativitasnya ke dalam kanvas yang lebih besar.
"Nah, yang besarnya dua meter itulah yang dihadiahkan kepada Bapak Jokowi. Karena Bapak Jokowi memberikan ide terus dikembangkan Pak Srihadi," imbuh Farida.
Pesan yang coba diangkat oleh Srihadi dalam lukisan yang lebih besar tersebut serupa dengan apa yang dibuatnya ketika menyempurnakan goresan tangan Presiden Joko Widodo beberapa waktu sebelumnya. Saat menyempurnakan goresan tangan Presiden kala itu, dirinya menggambarkan semangat juang kemerdekaan yang ditunjukkan oleh para pemuda pada masa perjuangan kemerdekaan.
"Itu adalah juang kemerdekaan saat kita menghadapi revolusi di mana pemuda-pemuda waktu itu memegang bendera merah putih dan bambu runcing. Dengan bambu runcing saja saat itu bangsa kita merdeka," ungkap Farida.
Saat itu, Srihadi ditunjuk oleh panitia pameran koleksi karya seni Istana Kepresidenan untuk menyempurnakan goresan tangan Presiden sebagai bentuk penghormatan kepada dirinya. Sebagai satu-satunya maestro lukis yang masih ada hingga kini, kesempatan tersebut diakui oleh Farida sebagai sebuah bentuk penghargaan kepada suaminya.
"Jadi, sebagai seniman sesepuh, beliau diberikan penghargaan untuk meneruskan goresan Pak Presiden," tuturnya.
Bila pada lukisan pertama tersebut Srihadi menggambarkan semangat juang pada masa perjuangan kemerdekaan, maka pada lukisannya kali ini dirinya menggambarkan semangat juang yang menurutnya harus ditunjukkan oleh pemuda-pemuda Indonesia masa kini. Semangat juang yang harus tetap dipelihara sampai kapanpun.
"Yang dari Pak Srihadi itu tentang pemuda zaman sekarang. Pak Srihadi ingin agar pemuda masa sekarang seperti pemuda-pemuda jaman dahulu, tetap memiliki semangat bambu runcing. Artinya dengan kesederhanaan dan semangat juang kita tetap bisa menang," ucapnya.
Srihadi membutuhkan waktu selama sepuluh hari untuk menyelesaikan maha karya terbarunya tersebut. Lukisan tersebut diselesaikannya di studio pribadinya yang berlokasi di Bandung.
"Dikerjakan di studio saya di Bandung selama sepuluh hari. Selesai tanggal 11 Agustus dan dicantumkan (tanggal) di dalam lukisan itu," terang Srihadi.
Dalam pembicaraan tersebut, keduanya juga mengungkapkan kekagumannya terhadap Presiden Joko Widodo. Mereka kagum terhadap keinginan Presiden yang ingin mengangkat budaya bangsa.
"Kita sebagai budayawan kagum, Pak Presiden kita ini berbeda sekali. Punya keinginan untuk mengangkat budaya bangsa sebagai bangsa yang terhormat," ujar Farida.
Farida menambahkan, sepengamatan mereka, presiden-presiden lain selain Soekarno selama ini tidak memiliki pemikiran ke arah pengembangan kebudayaan. Padahal dari kebudayaan harga diri sebuah bangsa semakin berkibar.
"Sedangkan semua bangsa di dunia itu dari kebudayaanlah harga diri sebuah bangsa berkibar," tekannya.
Mengakhiri pembicaraan, Srihadi dan istrinya berpesan kepada generasi muda Indonesia agar mulai menumbuhkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia dapat menjadi terhormat oleh karena seni budayanya sendiri.
"Sebagai budayawan, jelas bahwa seni mengalir dalam darah daging kami sampai akhir hayat. Tinggal generasi muda ini, generasi penerus, harus sadar bahwa bangsa kita itu sangat terhormat dari seni budayanya," tutupnya.
Lukisan hadiah dari sang maestro tersebut direncanakan akan dijadikan sebagai salah satu koleksi karya seni Istana Kepresidenan. Sebab, dengan menjadi koleksi karya seni Istana Kepresidenan, ke depannya masyarakat juga memiliki kesempatan untuk menikmati secara langsung peninggalan sang maestro lukis Indonesia melalui pameran karya seni Istana Kepresidenan yang akan datang. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?