MALAM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

 
bagikan berita ke :

Minggu, 28 Oktober 2007
Di baca 1175 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA MALAM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL LAUNCHING ALBUM LAGU “RINDUKU PADAMU� BUAH KARYA BAPAK SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DI ARENA PEKAN RAYA JAKARTA, KEMAYORAN, JAKARTA
TANGGAL 28 OKTOBER 2007


Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarrakaatuh
,

salam sejahtera untuk kita semua,

Hadirin yang saya muliakan,

Para seniman dan budayawan yang saya cintai,

Kalau kita mendengarkan buah karya putera-puteri Indonesia, penyanyi-penyanyi Indonesia, musisi Indonesia, seniman Indonesia, bukan hanya yang sama-sama kita saksikan malam hari ini, di tempat ini tapi di seluruh tanah air dari generasi ke generasi kita dapat dengan penuh rasa syukur menyimpulkan bahwa masa depan ekonomi kreatif kita gemilang.

Menteri Perdagangan telah menjelaskan tadi, bahwa kita terus mengalakkan dan mengembangkan tumbuhnya ekonomi kreatif, ekonomi berbasiskan budaya, ekonomi warisan atau heritage economy dan bahkan ekonomi lingkungan, yang menjadi ciri nantinya dari ekonomi gelombang ke-4, disamping yang terus menerus kita bangun dan kembangkan di negeri kita, pertanian, industri, dan jasa.

Oleh karena itu, saya tidak akan memberikan penjelasan tambahan lagi karena sudah sangat gamblang yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan kita, dan juga dijelaskan oleh pembawa acara dan Ferdi tadi, marilah mulai hari ini kita bangun tatanan baru, peradaban baru yang adil agar ekonomi kreatif berkembang lebih pesat lagi sejalan dengan pemenuhan bagi mereka yang menciptakannya, yang kita kaitkan sekaligus dengan nilai ekonomi.    

Kita sungguh ingin mengembangkan itu semua, pemerintah bersama masyarakat luas dan tentunya komunitas seniman, dan budayawan dan para pelaku ekonomi kreratif akan terus-menerus melakukan langkah-langkah yang konkrit dan langkah-langkah yang positif. Tahun lalu, melalui Keputusan Presiden telah saya kukuhkan tim nasional perlindungan atau penanggulangan pelanggaran hak cipta, tentu bukian hanya aspek penegakan hukum yang kita tegakan tapi lebih dari itu pendekatan-pendekatan budaya, pendekatan sosial, pendekatan ekonomi juga harus menyertai ekonomi kreatif yang sama-sama kita kembangkan. Kita juga ingin segalanya secara adil. Kalau ada royalti tentu terbagi secara adil bagi sang pencipta, dan kalau itu berkaitan dengan lagu dan musik, sang pencipta, sang penyanyi, sang musisi tentunya produsen dari rekaman lagu-lagu atau musik itu, dengan demikian akan berkembang dengan baik ekomomi kreatif, ekonomi produk budaya. Kita berharap sekali lagi, melalui deklarasi yang kita canangkan secara bersama malam hari ini, kita memasuki era baru, bangkitnya ekonomi kreatif disertai keadilan dan fairness di antara kita semua.         

Hadirin sekalian,  

Yang kedua, saya ingin berbicara dengan kapasitas pribadi saya, berkaitan dengan beberapa lagu yang tadi dibawakan menandai peluncuran lagu-lagu yang saya tulis beberapa saat yang lalu, sebenarnya terus terang tidak ada niatan sama sekali untuk mengalbumkan lagu itu, apalagi meluncurkan secara formal seperti ini. Empat lagu yang saya tulis, yang saya ciptakan tahun 2006 yang lalu, tersimpan saja sampai suatu saat bung Dharma Oratmangun dengan teman-teman yang lain menganggap perlu direkam di studio. Suatu saat diperdengarkan kepada saya, saya mengatakan kok menjadi indah, yang secara sederhana saya tulis beberapa saat yang lalu dan singkat kata timbulah pikiran teman-teman PAPPRI sendiri, kemudian dari teman-teman yang lain yang mendorong, baik kalau ini dialbumkan sekaligus dikaitkan dengan pengalakan perlindungan hak cipta untuk mengembangkan ekonomi kreatif, dan akhirnya segalanya berlangsung dengan cepat, yang tadinya saya tidak berpikir dialbumkan seperti ini tapi dengan prakarsa, dorongan, dan kerja keras dari semua pihak terciptalah lagu-lagu yang muncul dalam album yang malam hari ini diluncurkan.

Hadirin yang saya cintai,
 
Sebenarnya setiap orang punya hobi, kalau saya mempelajari para pemimpin, apakah presiden, perdana menteri, masing-masing juga punya hobi, ada pemimpin atau presiden yang hobinya membikin puisi, Presiden India, sahabat saya Abdul Kalam yang lalu, ada juga Yang di-Pertuan Agong Malaysia yang hobinya naik kuda, ada presiden yang senang dengan saxophone, ada perdana menteri yang climbing, seperti Perdana Menteri Selandia Baru, kemudian ada presiden yang pernah punya hobi mancing misalnya, banyak sekali, nah kebetulan hobi saya musik. Tadi teman-teman saya dari SMA Pacitan juga hadir, SMP dan SMA bersama-sama kita mengenang masa-masa indah ketika kurang lebih 6 tahun, bermain musik waktu itu dan apa yang saya alami ketika remaja, muda bermain musik itu tiba-tiba sekarang ini muncul keinginan untuk menulis lagu, tidak ada sesuatu yang luar biasa, mengalir demikian saja dan rahasianya adalah sekali lagi ketika saya sedang melakukan refleksi ditengan-tengah kepadatan tugas, ditengah-tengah mengatasi berbagai masalah yang datang silih berganti, sebagian saudara-saudara kita kurang sabar dan seterusnya, saya perlu menata hati dan disitulah saya perlu berkomunikasi, mengekspresikan pikiran-pikiran saya, batin saya sebagai manusia biasa dan disitulah akhirnya tercipta, satu lagu biasanya perlu waktu satu setengah sampai dua setengah jam untuk mencocokkan, kemudian hari berikutnnya lagi sebentar malam, saya tata lagi barangkali ada perubahan sedikit-sedikit, dua-tiga-empat hari biasanya tercipta satu lagu, yang mudah-mudahan bisa menjadi milik kita bersama, milik ekonomi kreatif Indonesia.

Saya hanya bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, berterima kasih kepada semua pihak, teman-teman, termasuk tentunya istri, anak dan keluarga besar saya yang juga mendorong untuk tetap relaks meskipun persoalan banyak, tekanan bertubi-tubi tetapi tetap harus ada keseimbangan dalam hidup dan di banyak kesempatan saya mengatakan hidup ini harus berimbang, hidup ini harus harmonis, sebuah bangsa, sebuah masyarakat, yang hanya mengedepankan logika, salah atau benar atau etika, baik atau buruk itu belum lengkap, mesti kita lengkapi dengan satu aspek lagi yaitu estetika, keindahan, dengan demikian lengkap kehidupan kita ini.

Saya sering mengatakan kalau hari-hari kita diwarnai politik, kadang-kadang juga tidak teduh karena politik itu kalah dan menang atau kalau kehidupan kita diwarnai yang serba dagang, dunia usaha, mungkin juga dalam bahasa jawanya kemrungsung karena usaha ekonomi dagang itu untung atau rugi tetapi kalau seni, kalau budaya, insya Allah semua akan senang karena membawa ketentraman, keteduhan, dan juga keindahan. Itulah yang barangkali harus kita hadirkan di negeri tercinta ini, hidup dengan dimensi yang lengkap, bersama-sama kita rajut, bersama-sama kita bangun, dan kita kembangkan.

Dan kepada para sahabat, para Duta Besar negara sahabat, sebagaimana seperti yang sering saya katakan, bulan September yang lalu saya pidatokan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan sebelumnya di tempat-tempat yang lain bahwa banyak persoalan di dunia ini yang dapat kita selesaikan dengan soft power, bukan dengan hard power, soft power itu adalah dialog, komunikasi, pendekatan budaya, persuasi dan lain-lain. Saya kira kalau itu menjadi semangat kita semua bangsa di dunia, pemimpin-pemimpin di dunia ini, maka akan banyak masalah-masalah kemanusiaan, masalah-masalah kesejagatan yang dapat kita pecahkan dengan baik. Musik, seni, budaya salah satu wujud dari soft power yang mesti kita kembangkan secara bersama.  

Itulah saudara-saudara yang dapat saya sampaikan, mari kita sukseskan upaya besar bangsa Indonesia ini untuk mengembangkan hak cipta, melindungi hak cipta, membangun ekonomi kreatif dan saya mengajak kepada teman-teman, mari kita kembangkan seni budaya di negeri ini. Sekali lagi untuk membangun kehidupan bangsa, kehidupan kita yang teduh, yang damai, penuh dengan persaudaraan, kasih sayang dan harmoni. Sekian.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarrakaatuh

 

*****

 

Biro Naskah dan Penerjemahan
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan
Sekretariat Negara RI