Menjelang pelaksanaan Our Ocean Conference 2018 (OOC 2018) yang akan dilaksanakan tanggal 29 s.d. 30 Oktober 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Nusa Dua, Bali, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaksanakan konferensi pers Kick Off Meeting dengan para jurnalis bertempat di Media Centre, BNDCC. Dalam konferensi pers tersebut, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga KKP, Dr. Ir. Suseno, M.M., membuka konferensi pers dengan menjelaskan manfaat OOC bagi Indonesia.
“Manfaat jangka panjang adalah masa depan Indonesia bergantung pada laut dan dengan adanya OOC ini akan memberikan manfaat ekonomi yang besar di masa mendatang. Selain itu terkait isu blue economy, OOC akan mendorong sumber daya laut lebih produktif, sehat, dan terjaga untuk tingkatkan kesejahteraan,” kata Suseno. Sedangkan manfaat jangka pendek OOC 2018 dapat meningkatkan transaksi ekonomi di Bali dan sekitarnya karena OOC akan dihadiri peserta dari 70 negara, beberapa Kepala Negara, Menteri, perwakilan 38 organisasi internasional, perwakilan 290 NGO, dan 1.696 delegasi.
Pada OOC kali ini akan terdapat sekitar 200 lebih komitmen baru senilai kurang lebih 18 juta dolar Amerika. Hal ini merefleksikan komitmen negara, NGO, dan bahkan sektor swasta di seluruh dunia untuk mendukung laut yang lebih baik. Dalam OOC 2018 kali ini, salah satu penyampaian yang paling penting adalah komitmen. Ada komitmen keuangan, dukungan kebijakan, juga komitmen masyarakat yang semakin sadar pentingnya laut untuk masa depan kita.
Untuk melihat bagaimana kesehatan laut di Indonesia, KKP pada tahun 2014-2017 melakukan studi untuk memotret pentingnya bagaimana mengontrol upaya memanen ikan di laut. Salah satu bentuk keberhasilan adanya program moratorium dan sistem perijinan oleh Pemerintah adalah spesies Grouper, Sniper, dan Tuna kini jumlahnya cukup banyak dan kondisinya dalam keadaaan baik.
Melalui OOC 2018 ini, Indonesia juga ingin menunjukkan keberpihakan dan dukungan kepada negara-negara kepulauan kecil, yang juga ikut hadir di OOC 2018. “Kita ingin menunjukkan dukungan kita pada negara-negara kepulauan kecil, negara tetangga, sehingga kita bisa mempunyai landasan yang sama, bagaimana kita melangkah, bagaimana membuat sustainable fisheries ocean governance,” jelas Suseno.
Lebih lanjut, karena dikenal sebagai negara kedua penghasil plastik di dunia, Indonesia juga ingin menunjukkan aksi nyata terkait sampah plastik. Bagaimana kita menyikapinya? Dimulai dengan pemahaman dari diri sendiri bagaimana dampak plastik. Pada dasarnya mengelola sampah plastik adalah mengelola manusia.
Menutup paparannya, Suseno menyatakan bahwa semua kebijakan dan program perikanan diharapkan tidak hanya berdampak pada kenaikan produksi ikan saja, tetapi juga bagaimana dampaknya untuk kesejahteraan, yaitu diperlukan kolaborasi bersama dengan berbagai negara. (SPU – Humas Kemensetneg)