Membangun Kekuatan TNI Harus Direncanakan dengan Matang

 
bagikan berita ke :

Selasa, 23 Februari 2016
Di baca 636 kali

Dalam ratas tersebut, Presiden memberikan sedikit gambaran tentang anggaran TNI, dimana rata-rata rasio belanja militer tahun 2005-2014 sebesar 0,82% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Sebelumnya, rata-rata rasio belanja militer tahun 2000-2004 hanya sebesar 0,78% dari PDB. “Sekarang paling tidak 1,1 persen dari PDB kita,” ucap Presiden. Demikian sebagaimana dilansir Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana.

 

Bila pertumbuhan ekonomi terus meningkat dan di atas 6%, maka anggaran untuk TNI dapat mencapai angka 1,5% dari PDB. “Ini sebuah angka yang besar, hitung-hitungan saya tadi kurang lebih bisa mencapai Rp250 triliun. Ini angka yang harus mulai diantisipasi dari sekarang, artinya harus ada sebuah perencanaan yang betul-betul matang, betul-betul detail, betul-betul terinci sehingga anggaran dan uang itu betul-betul dipergunakan dengan baik, tepat guna dan juga terdesain dari awal,” tutur Presiden.

 

Untuk itu, Presiden menekankan agar perencanaannya harus matang. “Detil dalam sebuah strategi pembangunan kekuatan kita seperti apa. Ini mungkin yang kita inginkan ke depan,” kata Presiden.

 

Kedua, agar dilihat penggunaan produk-produk dalam negeri, ini sangat penting sekali, seperti porsi belanja pegawai, belanja barang, dan belanja untuk alutsista sudah baik, tetapi perencanaannya harus matang dan detail dalam sebuah strategi membangun kekuatan TNI. Hal ini yang diinginkan ke depan.

 

Lebih lanjut Presiden menyatakan, bahwa pemenuhan kebutuhan alutsista ini sebenarnya bisa sejalan dengan upaya negara mewujudkan kemandirian pertahanan negara dengan pengembangan industri alat pertahanan dalam negeri. “Agar dilihat mengenai penggunaan produk-produk dalam negeri ini sangat penting sekali,” pungkas Presiden. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0