Pengajuan usulan enam energi alternatif itu, menjawab tantangan Presiden, yang meminta peneliti dan perekayasa energi menyampaikan inovasi-inovasi di bidang energi.
Presiden awal Juni lalu, memberi waktu dua minggu kepada para peneliti dan perekayasa energi tersebut. Dijelaskan Menristek, draf usulan telah masuk ke sekretariat Presiden. "Tinggal menunggu waktu luang Presiden, untuk mendengarkan presentasi kami," jelasnya.
Hanya saja, Kusmayanto tidak bersedia membuka energi-energi alternatif apa saja yang ada dalam usulan tersebut. Dengan alasan, Presiden belum mendengar usulannya.
Meski dia tidak membantah kalau beberapa energi alternatif yang diajukan adalah panas bumi, Bahan Bakar Nabati (BBN), sampai hidrogen dan Vigas (bahan bakar gas hasil pengembangan dari compressed natural gas/CNG).
Dia mencontohkan, saat ini saja mobil yang dikendarainya sudah memakai vigas. Sebab energi ini salah satu yang menjanjikan, asal risiko pengisian diminimalkan. "Sebenarnya yang ditakutkan adalah kebocoran saat mengisi. Hanya sudah dijelaskan, sudah ada teknologi sensor kalau terjadi kebocoran," jelasnya.
Dari sisi harga sendiri, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal menjelaskan, harganya dibanding Pertamax jauh lebih murah, hanya setengahnya, tapi dengan oktan yang lebih tinggi atau kualitas yang lebih tinggi. Meski diakui, saat ini yang masih mahal untuk vigas adalah konverter (alat pengubah gas menjadi bahan bakar).
Selain itu, Pertamina juga akan memperbanyak stasiun pengisian BBG. Tahun ini akan ada tambahan 7 lagi SPBGU. Saat ini sudah ada empat SPBGU, yakni di Perintis,Pemuda, Rawa Buaya, dan Daan Mogot.
"Nanti kita tambah lagi 7, antara lain akan dibangun di MT Haryono, Jalan Industri, Pramuka, Pakubuwono, dan Cikini.
Beberapa waktu lalu, Presiden memberi pengarahan kepada para pakar energi, dan kemudian memberikan tantangan bagi para peneliti dan perekayasa energi untuk menyampaikan inovasi-inovasi di bidang energi kepada pemerintah.
Kusmayanto usai mengikuti pertemuan dengan Presiden SBY, mengatakan Presiden menjelaskan mulai dari bagaimana konstelasi energi dunia ditengok bukan hanya dari sudut pandang tekno ekonomi sampai sosio politik, bahkan sampai kepada moral.
Misalnya beberapa gelintir negara saja yang berlimpah ruah akibat meroketnya harga minyak itu, tidakkah mereka merasa terpanggil atau punya moral untuk membantu negara-negara yang kurang beruntung akibat kenaikan harga minyak.
"Itu yang dimaksud dengan bukan hanya tekno ekonomi sosio politik, presiden juga melihat etika dan moral dari energi," kata Kusmayanto.
Sumber :
www.mediaindonesia.com