M. Hatta Rajasa menilai bahwa hasil kerja tim ekspedisi ini pantas untuk dipaparkan di hadapan Presiden karena apa yang dijalankan oleh tim bukan soal adventure saja, melainkan karena hasil kerja ini memiliki nilai yang tinggi dan strategis. “Kita mungkin akan melihat bagaimana pulau-pulau terdepan itu, yang tidak ada penghuninya, seperti apa potensi-potensinya yang belum tercatat,†ungkapnya.
“Saya berharap kita bisa memaparkannya ke Bapak Presiden, karena saya yakin dari sini ada satu kebijakan yang bisa diambil, kebijakan nasional tentang pulau-pulau terluar kita,†lanjut Mensesneg.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara yang turut hadir adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 1999-2001 sekaligus Ketua Koordinator Penasihat Ekspedisi, Sarwono Kusumaatmadja; Penasehat Ekspedisi, Ishadi SK; Ketua I Eksternal, Ipong Witono; Ketua II Eksternal, Prasidi; Ketua Pelaksana Ekspedisi, Irwanto; dan pendokumentasi, Donny.
Ketua I Eksternal, Ipong Witono, mengungkapkan bahwa perjalanan ekspedisi ini dimulai dari satu keyakinan bahwa pulau-pulau yang selama ini ada sesungguhnya merupakan bagian terdepan wilayah nusantara. Dalam nomenklatur, disebut pulau terluar. Pulau-pulau terluar harus ditempatkan sebagai bagian terdepan dari wilayah teritorial.
Ipong Witono juga menjelaskan bahwa di setiap pulau terluar akan dipasang prasasti. “Di prasasti tersebut ada logo Garuda, nama pulau, garis lintang, terletak di kabupaten mana. Minimal ini bisa memberikan informasi bagi orang yang mengunjungi pulau-pulau tersebut,†paparnya.
Selain prasasti yang berbahan stainless, instalasi berupa patung Soekarno-Hatta juga akan difoto dan dipasang di pulau-pulau terluar dengan harapan dapat menjadi imajinas kesatuan bangsa Indonesia.
Diakui oleh Ketua Pelaksana Ekspedisi, Irwanto, bahwa ekspedisi ini merupakan hasil kerjasama banyak pihak. Pada awalnya, rencana ekspedisi sebenarnya sudah dilakukan sekitar 2 tahun yang lalu, namun baru bisa dilaksanakan dengan simulasi pada bulan Desember 2007.
“Pada bulan Desember 2007 hingga Maret 2008, kita mengunjungi 6 pulau terluar yang ada di selatan pulau jawa. Kita masih menggunakan transportasi umum, jadi masih menggunakan perahu-perahu nelayan yang ada. Baru pada tanggal 8 Mei 2008, atas bantuan Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal, kita mendapatkan bantuan pinjaman satu buah kapal yang berbobot 28 ton,†ungkap Irwanto.
Lanjutnya, ada tiga tim yang diturunkan dalam ekspedisi ini yaitu satu tim dengan kapal yang dinamakan KM Deklarasi Juanda dan dua tim dengan menggunakan fasilitas transportasi umum, seperti kapal nelayan, feri, atau kapal perintis.
Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara telah berhasil menyelesaikan ekspedisi wilayah barat dengan mengunjungi 40 pulau terluar dan hanya 8 pulau yang berpenghuni. Rencananya, tim ekspedisi akan memulai perjalanannya di wilayah tengah tepat pada hari Pahlawan 10 November. Ekspedisi pulau-pulau terluar yang masih masuk dalam agenda peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional ini juga akan memulai segmen ketiganya, yaitu Indonesia bagian timur, pada tahun depan. (REDAKSI)
“Saya berharap kita bisa memaparkannya ke Bapak Presiden, karena saya yakin dari sini ada satu kebijakan yang bisa diambil, kebijakan nasional tentang pulau-pulau terluar kita,†lanjut Mensesneg.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara yang turut hadir adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 1999-2001 sekaligus Ketua Koordinator Penasihat Ekspedisi, Sarwono Kusumaatmadja; Penasehat Ekspedisi, Ishadi SK; Ketua I Eksternal, Ipong Witono; Ketua II Eksternal, Prasidi; Ketua Pelaksana Ekspedisi, Irwanto; dan pendokumentasi, Donny.
Ketua I Eksternal, Ipong Witono, mengungkapkan bahwa perjalanan ekspedisi ini dimulai dari satu keyakinan bahwa pulau-pulau yang selama ini ada sesungguhnya merupakan bagian terdepan wilayah nusantara. Dalam nomenklatur, disebut pulau terluar. Pulau-pulau terluar harus ditempatkan sebagai bagian terdepan dari wilayah teritorial.
Ipong Witono juga menjelaskan bahwa di setiap pulau terluar akan dipasang prasasti. “Di prasasti tersebut ada logo Garuda, nama pulau, garis lintang, terletak di kabupaten mana. Minimal ini bisa memberikan informasi bagi orang yang mengunjungi pulau-pulau tersebut,†paparnya.
Selain prasasti yang berbahan stainless, instalasi berupa patung Soekarno-Hatta juga akan difoto dan dipasang di pulau-pulau terluar dengan harapan dapat menjadi imajinas kesatuan bangsa Indonesia.
Diakui oleh Ketua Pelaksana Ekspedisi, Irwanto, bahwa ekspedisi ini merupakan hasil kerjasama banyak pihak. Pada awalnya, rencana ekspedisi sebenarnya sudah dilakukan sekitar 2 tahun yang lalu, namun baru bisa dilaksanakan dengan simulasi pada bulan Desember 2007.
“Pada bulan Desember 2007 hingga Maret 2008, kita mengunjungi 6 pulau terluar yang ada di selatan pulau jawa. Kita masih menggunakan transportasi umum, jadi masih menggunakan perahu-perahu nelayan yang ada. Baru pada tanggal 8 Mei 2008, atas bantuan Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal, kita mendapatkan bantuan pinjaman satu buah kapal yang berbobot 28 ton,†ungkap Irwanto.
Lanjutnya, ada tiga tim yang diturunkan dalam ekspedisi ini yaitu satu tim dengan kapal yang dinamakan KM Deklarasi Juanda dan dua tim dengan menggunakan fasilitas transportasi umum, seperti kapal nelayan, feri, atau kapal perintis.
Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara telah berhasil menyelesaikan ekspedisi wilayah barat dengan mengunjungi 40 pulau terluar dan hanya 8 pulau yang berpenghuni. Rencananya, tim ekspedisi akan memulai perjalanannya di wilayah tengah tepat pada hari Pahlawan 10 November. Ekspedisi pulau-pulau terluar yang masih masuk dalam agenda peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional ini juga akan memulai segmen ketiganya, yaitu Indonesia bagian timur, pada tahun depan. (REDAKSI)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?