Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa it is health that is real wealth and not pieces of gold and silver. Kesehatan adalah kekayaan yang hakiki, bukan hanya sekedar emas dan perak semata. Hal ini terasa sangat benar jika kita untuk waktu yang sebentar saja, kita kehilangan kesehatan. Sehat itu mahal harganya. Oleh karena itu, rasanya pantas jika kita selalu menyempatkan diri untuk merawat kesehatan dengan berolahraga, makan makanan sehat, dan menjaga pola tidur.
Di sisi lain, seringkali memang kita merasa diri kita sehat. Alasannya karena kita tidak pernah merasakan sakit yang berarti. Jika pun terasa sakit, tidak jarang kita menahannya untuk jangka waktu tertentu dengan harapan sakit akan hilang sendiri. Tapi, apakah itu baik?
Demi memberikan pengetahuan tentang kesehatan, dr. Ayu Faudhiyah bersama dengan dr. Mulia Ulfah selaku dokter di Poliklinik Istana Kepresidenan Yogyakarta memberikan seminar yang mengangkat tema terkait penyakit-penyakit yang banyak menjangkit di beberapa waktu belakangan ini. Seminar yang bertajuk “Sakit Zaman Now” ini diikuti oleh staf di lingkungan Istana Kepresidenan Yogyakarta, di Ruang Rapat Istana Kepresidenan Yogyakarta (23/5).
Penyakit zaman now adalah penyakit-penyakit yang muncul karena pengaruh gaya hidup masyarakat zaman sekarang. Timbul karena ketidaksadaran manusia akan pola hidup, penyakit ini pun akhirnya muncul sebagai konsekuensinya. Misalnya hipertensi, stroke, diabetes, jantung, dan kanker. “Penyakit-penyakit itu seperti lingkaran setan. Terdapat kesinambungan antarpenyakit. Misalnya saja, stroke bisa timbul karena tekanan darah tinggi yang mengakibatkan pembuluh darah di otak pecah,” jelas dr. Ayu Faudhiyah dalam pemaparannya.
Bagai lingkaran setan tak berpangkal, penyakit-penyakit di atas seperti menjadi sebab dan akibat. Namun, jika ditelisik lebih dalam lagi, sebenarnya penyebab utama timbulnya penyakit di atas adalah karena gaya hidup. Contohnya, kerapkali memakan makanan cepat saji atau junk food, merokok, tidak pernah berolah raga, dan jarang minum air putih.
Khusus untuk merokok, dr. Ayu memberikan pengetahuan baru. Jenis perokok terbagi menjadi tiga, yakni perokok primer, sekunder, dan tersier. Perokok primer merupakan si perokok aktif, perokok sekunder adalah orang yang berada di depan si perokok aktif, dan perokok tersier adalah orang yang menempati ruangan bekas perokok aktif merokok.
Rupanya, resiko untuk terkena penyakit lebih tinggi adalah pada perokok tersier. Mengapa? Sebab zat racun sisa pembuangan asap rokok masih tersisa dan menempel pada dinding atau kursi ruangan bekas para perokok aktif. Terlebih lagi, zat-zat racun tersebut hanya bisa hilang dalam kurun waktu tujuh hari. Sehingga, para perokok tersier yang tidak secara langsung menghirup asap rokok pun menjadi yang paling rentan akan gangguan kesehatan karena rokok.
Memang, penyakit yang ada di zaman now ini timbulnya tidak kentara dengan segera. Justru, seringkali para pengidapnya masih merasa sangat sehat karena tidak merasakan tanda apa-apa. Oleh dr. Ayu, hal tersebut dikarenakan kita tidak menganggap sinyal-sinyal yang telah diberikan tubuh sebagai pertanda akan penyakit yang lebih serius. Pembiaran ini yang juga memberi dampak serius pada tubuh. Misalnya, sedikit merasa pusing kemudian dibiarkan tanpa cek dokter. Ternyata hal itu menjurus pada stroke.
Di akhir seminar, dr. Ayu dan dr. Mulia memberikan kesimpulan bahwa hidup sehat dapat dimulai dengan melakukan aktiftas ringan namun teratur seperti minum air putih sebanyak 2,5 liter, berolah raga walau hanya 10 menit, dan rutin mengonsumsi sayur dan buah dengan porsi cukup. (Karisma Widya - Istana Kepresidenan Yogyakarta).