Mas Menteri, begitu sapaan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo kepada salah satu menterinya di Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Makarim, yang dipercaya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Kepada Mas Menteri ini, Presiden memiliki harapan dan rasa optimisme yang tinggi akan kemajuan yang hendak dicapai di bidang pendidikan yang saat ini ditangani olehnya.
Hal itu disampaikan Presiden saat menjawab pertanyaan jurnalis dalam acara dialog bersama para jurnalis yang biasa meliput kegiatan Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 1 November 2019.
Mulanya, Presiden ditanyakan mengenai pertimbangannya menempatkan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Padahal, banyak yang memperkirakan bahwa Nadiem akan ditempatkan pada pos kementerian yang membidangi pemuda atau sejenisnya. Presiden menjawab bahwa dirinya ingin melakukan pendekatan yang berbeda di dunia pendidikan.
"Kita ingin melakukan sebuah pendekatan yang berbeda karena dunia berubah begitu cepat. Disrupsi teknologi ini harus disikapi dan oleh sebab itu diperlukan orang yang bisa cepat merespons perubahan itu. Tidak yang menjalankan rutinitas atau monoton," kata Presiden.
Kepala Negara memandang bahwa untuk mendobrak rutinitas dan menghasilkan lompatan kemajuan dalam pendidikan nasional, dibutuhkan figur yang meski tidak memiliki latar belakang dalam dunia pendidikan, namun berani mendobrak hal-hal yang monoton. Nadiem, dengan Go-Jek sebagai portofolio perusahaan rintisan teknologi yang sebelumnya ia dirikan, dianggap sebagai figur yang telah memberikan contoh bagaimana lompatan kemajuan itu dilahirkan dengan memanfaatkan teknologi.
Bila sebelumnya lompatan kemajuan tersebut dilahirkan dalam sektor layanan transportasi publik, maka Presiden berharap lompatan serupa dapat diterapkan dalam dunia pendidikan di Tanah Air.
"Saya sudah hitung bahwa dalam mengelola manajemen besar ini memang harus memakai yang namanya teknologi tanpa kita menggeser tujuan dari pendidikan kita, yaitu membangun karakter bangsa, membangun jati diri bangsa, tanpa keluar dari itu. Ini keinginan kita, ada sebuah cara sehingga kecepatan perubahan itu betul-betul bisa kita antisipasi," jelas Presiden.
"Siapa yang sudah terbukti menguasai seperti itu? Ya beliau itu. Sudah kok, sudah membuktikan kok. Bisa enggak dari situ dibawa ke dunia pendidikan? Ini yang mau kita buktikan," imbuh Kepala Negara, seperti dilansir dari siaran pers Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Erlin Suastini.
Meski demikian, perubahan besar semacam itu disadari oleh Presiden membutuhkan upaya dan ketekunan yang keras. Lompatan kemajuan tersebut dipandang juga memerlukan waktu untuk dapat dirasakan kehadiran atau manfaatnya.
"Beliau sudah menyampaikan pada saya, bisa Pak, tapi beri waktu saya. Ya saya beri waktu boleh. Kita lihat nanti. Saya tidak mau rutinitas, intinya itu," tambah Presiden Joko Widodo.
Presiden sendiri sudah meminta Mendikbud untuk terlebih dahulu berkeliling Indonesia dan menyaksikan sendiri bagaimana lingkungan pendidikan yang selama ini berjalan, khususnya di luar Pulau Jawa. Sebaran wilayah Indonesia yang memang cukup luas memberikan tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam memastikan akses dan kualitas pendidikan yang merata di Tanah Air.
"Kemarin sudah saya perintah, tolong lihat juga di NTT yang pelosok, di Maluku yang pelosok, di Papua yang juga di pelosok, perbedaannya kayak apa, pendekatannya nanti kayak apa," kata Presiden.
Maka itu, Presiden mengajak seluruh pihak untuk memberikan dukungan dan waktu yang luang bagi Mendikbud untuk dapat merumuskan perubahan atau kemajuan apa yang pas untuk diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
"Bapak atau ibu percaya enggak? Yakin enggak? Dari apa yang Mas Menteri ini sampaikan kepada saya, saya meyakini beliau bisa melakukan itu. Kalau itu terjadi, nah itulah yang namanya lompatan," tandas Presiden. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?