Pernyataan itu disampaikan Menteri Hukum Palestina Ali Khashan dan Menteri Perencanaan Masyarakat Palestina Samir Ali dalam diskusi dengan Perwakilan berbagai organisasi keagamaan yang dilakukan di Gedung PP Muhammadiyah, di Jakarta, Selasa.
Samir Ali menyatakan bahwa Palestina akan mengubah strategi perjuangan agar menempuh cara-cara yang benar dengan akhlak yang terpuji dan berperang dengan tujuan yang jelas.
Menurut Samir, negosiasi damai Palestina-Israel tidak menunjukkan kemajuan yang berarti karena Israel terus melanggar kesepakatan yang telah dicapai.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan bahwa sebagian besar tokoh agama di Indonesia menempatkan Palestina-Israel sebagai masalah kemanusiaan.
"Itulah titik temu kita, karena itu juga kita telah membentuk prakarsa persahabatan Indonesia-Palestina dan berharap negara Palestina yang berdaulat segera menjadi kenyataan," katanya.
Mengacu kepada kesepakatan terakhir yakni kesepakatan Annapolis yang mengikat Israel dan Palestina, disepakati kemerdekaan Palestina harus tercapai pada Desember 2008.
Namun demikian ada kesenjangan antara Israel yang sudah lebih dulu menjadi negara dan Palestina yang belum terbentuk sebagai negara.
"Indonesia dan negara-negara Asia Pasifik berkomitmen membantu mempersiapkan Palestina sebagai negara berdaulat agar bisa mewujudkan kebijakan dua negara "Two State Policy" yang hidup damai," kata Din.
Menurut dia, Palestina cukup kaya dengan SDM, hanya saja dibutuhkan pengembangan kapasitas.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen memberikan pelatihan pengembangan kapasitas SDM Palestina yang melibatkan sekitar 10 ribu warga Palestina dan program itu selesai pada 2013.
Sumber :
http://www.antara.co.id/arc/2008/7/15/palestina-sampaikan-terimakasih-kepada-indonesia/