Menurut Menlu Hassan, setidaknya ada dua indikator membaiknya tampilan Indonesia di dunia internasional tersebut. “Pertama, kemajuan dan prestasi Indonesia mendapat apreasiasi dari masyarakat dunia,� katanya. Kedua, terjadinya perubahan-perubahan setelah berakhirnya pengkotak-kotakan dunia atas dua blok, Barat dan Timur, dan sejalan dengan itu menguatnya multilateralisme.
Salah satu faktor yang penting, lanjut Hassan, adalah terpilihnya Indonesia pada sembilan organ-organ penting PBB dan organisasi internasional lainnya. Pada organ-organ penting itu Indonesia terpilih dengan rata-rata angka dukungan sangat tinggi, sekitar 165 dari 192 anggota PBB.
“Dalam Sidang Majeleis Umum PBB dengan tema besar Climate Change sangat jelas ekspektasi yang diberikan kepada Indonesia sebagaik negara yang akan menjadi tuan rumah, karena leading player, dalam masalah climate change,� Menlu Hassan menjelaskan. Hal ini, ujarnya, terefleksikan dalam program-program dan kegiatan Presiden SBY, baik pada High-Level Meeting on Climate Change maupun Side Event for Leaders `Global Voices on Climate Change`dan Special Leader`s Meeting of Tropical Rainforest Countries, yang sepenuhnya inisiatif Indonesia.
Dalam urutan pembicara pada forum-forum tersebut, Presiden SBY menjadi pembicara awal. Bahkan, pada penutupan acara High-Level Meeting dan konferensi pers, hanya akan ada dua pembicara, yakni Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Presiden SBY. “Itu contoh tampilan diplomasi Indonesia pada tingkat tringgi,� Menlu Hassan menambahkan. .
Presiden juga akan berbicara pada Sidang Majelis Umum PBB, yang dihadiri 180 lebih kepala negara/pemerintahan. Presidern SBY diberi slot waktu pada hari pertama sidang. “Dengan kata lain, Presiden diberi skala prioritas yang lebih banyak dibanding kepala negara lainnya,� kata Hassan. Begitu juga dalam pertemuan puncak Dewan Keamanan PBB, Presiden SBY menjadi pembicara awal, lebih dahulu ketimbang Presiden AS George W. Bush.
Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/09/24/2267.html