PEKAN PADI NASIONAL, DI SUKAMANDI, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT, 24 JULI 2008

 
bagikan berita ke :

Kamis, 24 Juli 2008
Di baca 1636 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PEKAN PADI NASIONAL
DI SUKAMANDI, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
TANGGAL, 24 JULI 2008

 


Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Menteri Pertanian Republik Indonesia, dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para Pimpinan Badan-badan Usaha Milik Negara,

 

Yang saya hormati Saudara Gubernur Jawa Barat beserta para Bupati, Walikota, baik yang berasal dari Jawa Barat maupun dari provinsi-provinsi lain dan para Pejabat Negara yang bertugas di Jawa Barat, baik dari unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, maupun TNI dan Polri,

 

Yang saya hormati para tamu dari FAO dan dari IRIE yang turut hadir pada acara ini,

 

Yang saya hormati para Pimpinan Perguruan Tinggi, para Peneliti dan Pengembang, para Pimpinan Usaha Pertanian, dan khususnya para Petani dan Peneliti yang saya cintai dan saya banggakan.

 

To our distinguished guests from FAO and from IRIE, I would like to welcome you all to Indonesia. I am pleased you good participate in our seminar in our effort to increase the production some productivity of rice. I will speak in the Indonesian language, in Bahasa Indonesia and I do hope that the step of the Minister of Agriculture can further preview my essence, the essence of my speechi in english.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak saudara sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Saya mengucapkan selamat datang kepada peserta Pekan Padi Nasional dari seluruh tanah air, dan selamat untuk mengikuti kegiatan ini. Saya juga mengucapkan selamat kepada Departemen Pertanian khususnya dalam upayanya untuk meresmikan Laboratorium Analisis Prefer Beras, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi, Subang, hari ini.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi pagi, kurang lebih jam lima seperempat pagi, saya melihat siaran televisi Internasional yaitu BBC. Di situ saya lihat salah satu dampak dari krisis pangan yang terjadi di negara lain. Yang saya lihat tadi adalah yang ada di Etiopia. Dilihatkan di situ, unta-unta pada mati, kemudian komunitas di beberapa tempat mengalami kelaparan yang ekstrim, tanahnya gersang, kering, dan ini bukti bahwa krisis pangan yang melanda beberapa bagian dari bumi ini masih terjadi dan memerlukan upaya besar kita, semua bangsa untuk mengatasinya.

 

Kalau kita melihat itu, kita bersyukur meskipun kita juga menghadapi kesulitan ekonomi kita karena krisis harga minyak yang meroket pada tingkat global termasuk melonjaknya harga pangan yang saya sampaikan tadi, tetapi Alhamdulillaah berkat kerja keras kita semua, utamanya para petani di seluruh tanah air, kita bisa mengatasi krisis pangan yang terjadi di dunia. Menurut penilaian FAO, Organisasi Pangan se-Dunia, Indonesia dinilai bisa mengatasi masalah ini. Namun, saya mengajak kepada saudara semua agar kita terus meningkatkan produksi pangan, bekerja lebih gigih lagi, agar ketahanan pangan di negeri ini betul-betul dapat kita capai.

 

Tanggal 9 Juli yang lalu, saya menghadiri pertemuan puncak yang disebut dengan G8+8 di Hokaido Jepang. Dalam pertemuan puncak itu dihadiri oleh 8 negara industri maju dan 8 negara-negara besar di dunia. Alhamdulillaah Indonesia ikut diundang untuk menghadiri pertemuan yang sangat penting itu. Dalam pertemuan di Jepang itu dibahas tentang perubahan iklim atau climate change yang menimbulkan berbagai malapetaka, termasuk bencana, termasuk kekeringan, dan banjir yang mengganggu pertanian di seluruh dunia, juga dibahas tentang katakanlah krisis minyak, krisis energi, dan krisis pangan, termasuk kelambatan ekonomi dunia yang kita alami dewasa ini.

 

Indonesia diundang karena dinilai kita berhasil menjadi tuan rumah pada saat konferensi PBB tentang perubahan iklim di Denpasar Bali tahun lalu. Kita juga dianggap sebagai negara yang sangat peduli pada pertanian. Saudara pernah mendengar bahwa ketika terjadi kenaikan harga pangan yang melonjak, beberapa bulan yang lalu, saya menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, kepada Presiden Bank Dunia, dan kepada Perdana Menteri Jepang. Surat tersebut intinya saya mengajak para pemimpin dunia untuk secara serius memecahkan masalah pangan ini dan meningkatkan produksi pangan sedunia. Atas kepedulian kita itulah, dan atas penilaian bahwa kita sungguh serius untuk memajukan pertanian kita, utamanya meningkatkan ketahanan pangan kita, kita turut diundang dalam pertemuan di Jepang yang sangat penting itu. Dalam pertemuan itu saya mewakili saudara semua, mewakili seluruh rakyat Indonesia, saya menyampaikan usulan dan pandangan kepada masyarakat dunia.

 

Pertama, cara mengatasi krisis pangan ke depan masing-masing negara harus bisa meningkatkan ketahanan pangan dan produksi pangannya. Perlu dilakukan investasi penanaman modal untuk mengembangkan pertanian termasuk kerjasamanya di bidang teknologi. Perlu ditata perdagangan dunia yang lebih adil sehingga negara-negara berkembang termasuk Indonesia bisa ikut memasarkan produk-produk pertaniannya dengan harga yang baik. Dengan demikian, bukan hanya negara maju yang makin maju tetapi negara berkembang seperti Indonesia juga bisa meningkatkan kesejahteraannya. Saya sampaikan juga dalam pertemuan itu, bahwa meningkatkan pertanian berarti pula harus meningkatkan kesejahteraan petani. Terutama petani-petani yang penghasilannya belum tinggi. Dan menutup pandangan saya waktu itu, Indonesia menggarisbawahi perlunya dilakukan yang istilah Menteri Pertanian adalah Revolusi Hijau Gelombang Kedua, yaitu pembangunan pertanian secara intensif ke depan ini yang bersifat ramah lingkungan.

 

Saudara-saudara,

 

Tiga hari yang lalu, saya memimpin Sidang Kabinet Paripurna yang diperluas, dihadiri oleh para Menteri dan para Pejabat-pejabat Tinggi Pemerintahan. Dalam Sidang Kabinet Paripurna itu saya putuskan, dan saya tetapkan, bahwa pangan, ketahanan pangan, keterjangkauan harga pangan, merupakan prioritas untuk dapat kita capai pada tahun 2008 dan 2009 ini. Ini artinya kita akan terus mengerahkan anggaran, memberikan subsidi, dan berbagai program yang nyata untuk meningkatkan pertanian, dan kita semua berkewajiban termasuk para pimpinan Pemerintah Daerah, para Gubernur, Bupati, dan Walikota, masyarakat luas, komunitas petani, untuk menyukseskan usaha besar kita ini.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi pagi, saya dengan melalui darat, dengan kendaraan mobil dari Jakarta berangkat menuju ke tempat ini. Makin dekat ke Sukamandi ini, hati kami makin tenteram karena melihat hamparan padi yang luas dan sebagian telah menguning dan mudah-mudahan negeri kita yang kita cintai bersama ini makin subur pertaniannya, makin luas persawahannya, sehingga ketahanan pangan meningkat, kesejahteraan petani pun makin meningkat. Oleh karena itu, setelah kita dengarkan tadi apa yang saya sampaikan, apa yang disampaikan oleh Pak Gubernur, apa yang disampaikan oleh Pak Menteri Pertanian, saya percaya bahwa Indonesia yang kita cintai ini bisa suatu saat surplus beras. Bahkan bisa mengekspor beras, dan bisa menjadi lumbung padi dunia. Syaratnya, kita bekerja keras dan marilah kita memohon ridho Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

 

Saudara-saudara,

 

Selama hampir empat tahun ini, sesuai dengan amanah yang saya terima untuk memimpin Indonesia, saya berkunjung ke berbagai pelosok negeri. Saya bersama-sama dengan para Menteri, para Gubernur, Bupati, dan Walikota, amat sering datang ke tempat-tempat pertanian. Tidak sedikit waktu yang saya gunakan untuk mengolah, memutuskan, menetapkan kebijakan tentang peningkatan pertanian, tentang pupuk, tentang harga gabah, tentang harga beras, dan hal-hal lain yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pertanian dan pangan kita. Mengapa itu perlu kita lakukan ? Pertama, kita semua tahu pangan adalah kebutuhan yang paling utama dari rakyat kita. Jumlah penduduk di bumi ini 6,4 milyar, jumlah penduduk Indonesia sekarang 230 juta, semuanya memerlukan pangan. Padahal bumi kita sekarang ini mengidap penyakit yang disebut perubahan iklim atau pemanasan global yang sering merusak pola tanam pertanian di banyak negara di dunia ini.

 

Di dunia juga perdagangan belum adil benar, yang sering tidak mendorong peningkatkan kesejahteraan petani di negara-negara berkembang. Oleh karena itulah, sejak medio tahun 2005 yang lalu, saya canangkan dan kita bekerja keras sejak itu untuk melakukan peningkatan pembangunan pertanian, revitalisasi pertanian, kehutanan, dan perikanan. Hasilnya mulai kelihatan, kita menyaksikan peningkatan produksi padi, produksi jagung, produksi kedelai. Tentu saja ini langkah awal yang harus terus menerus kita tingkatkan di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, dengan sikap dan cara kita menanggapi kemungkinan krisis pangan dunia ini, kita harus memaknai bahwa dari krisis harus kita ubah menjadi peluang. Kalau sebagian orang mengatakan musibah, harus bisa kita ubah menjadi berkah. Caranya, tanah air kita, sumber daya alam, sumber-sumber pertanian, sumber-sumber manusia para petani-petani Indonesia yang rajin dan unggul, yang memiliki budaya pertanian yang baik harus betul-betul kita dayagunakan yang baik untuk meningkatkan pertanian kita.

 

Di Jogja, pada bulan April yang lalu saya sampaikan, sudahlah tidak perlu kita terlalu banyak mengeluh, tidak perlu kita saling menyalahkan, tidak perlu kita gamang, tapi mulailah dari sekarang ini kita betul-betul mendayagunakan lahan atau tanah yang ada di tanah air kita. Banyak lahan-lahan terlantar, lahan tidur yang tidak digunakan dengan baik. Mari semua lahan atau tanah itu kita gunakan dengan baik. Investasi lebih banyak lagi kita perlukan modal untuk mengembangkan pertanian kita, infrastruktur, prasarana irigasi harus terus menerus kita bangun. Teknologi termasuk penelitian dan pengembangan, termasuk yang dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi ini harus terus digiatkan. Pupuk dan benih harus disediakan dalam jumlah yang cukup dan harganya terjangkau. Lawan hama harus kita kembangkan, dan akhirnya budi daya, cara-cara bercocok tanam, penyuluhan-penyuluhan harus kita tingkatkan. Kalau semua itu kita jalankan, kita semua, pemerintah pusat, pemerintah daerah, komunitas petani, para pengusaha pertanian, para peneliti, saya yakin bahwa yang menjadi tema dari Pekan Padi Nasional sekarang ini akan dapat kita wujudkan.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau mendengar kata-kata Revolusi Hijau Gelombang Kedua itu, singkatnya ya kita lakukan peningkatan pembangunan pertanian secara intensif dengan menggunakan teknologi, dengan mendayagunakan hasil penelitian. Tetapi pembangunan pertanian besar-besaran ini tidak boleh mencemarkan lingkungan, tidak boleh tidak berlanjut, atau dalam bahasa asing kita sebut systenable, dan tidak boleh tidak faham terhadap gejolak atau perubahan iklim seperti ini. Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh Balai Penelitian di seluruh Indonesia termasuk di Sukamandi ini merupakan jawaban, merupakan solusi, dan mudah-mudahan kita semua utamanya para petani betul-betul bisa menggunakan varietas-varietas unggul yang dihasilkan oleh penelitian kita.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Tadi Menteri Pertanian menjelaskan bahwa Alhamdulillah telah diluncurkan varietas baru. Tadi telah diserahkan kepada para Bupati yang kita nilai sangat gigih dan memiliki keberhasilan dalam mengembangkan pertaniannya masing-masing. Ada yang disebut, kalau tidak salah istilahnya Inpari, Inprida, Padi Irigasi, satu lagi Inpara, Inprida Padi Rawa, ini kok seperti Suprapti Suprapto, Inpari inpara, Hartini Hartono, namanya begitu ya. Tapi Alhamdulillaah, waktu dilaksanakan Pekan Padi Nasional tahun 2002, itu yang diluncurkan lima varietas, bagus. PPN tahun 2004 diluncurkan 3 varietas unggul. Sekarang PPN 2008 diluncurkan 9 varietas unggul. Makin banyak negeri kita, mari kita gunakan sebaik-baiknya. Meneliti itu tidak mudah. Oleh karena itu, jangan kita sia-siakan, mari kita gunakan dengan sebaik-baiknya. Saya berterima kasih kepada para peneliti jajaran pemerintah, Departemen Pertanian khususnya para peneliti perguruan tinggi, para peneliti swasta, para peneliti petani, yang juga ikut andil didalam mengembangkan varietas-varietas baru itu. Indonesia harus unggul dalam penelitian. Tidak boleh kalah dengan peneliti dari negara manapun juga. Mengapa tidak boleh kalah ? Kita punya pengalaman yang panjang. Para petani kita petani yang baik, yang tangguh, kemudian kita tahu keadaan tanah kita, lahan kita, iklim kita. Kita juga tahu iklim berubah mana yang sering kena rendam air, mana yang kekeringan, mana yang rawa, mana yang jenis-jenis tanahnya khas.

 

Oleh karena itu, penelitian yang berhasil adalah menghasilkan varietas-varietas baru yang efisien, sedikit tapi produktif, tahan perubahan iklim, tahan hama, dapat ditanam di mana saja di Indonesia ini, itu hebat. Oleh karena itu, kalau belum, teruslah bekerja siang dan malam sehingga para petani yang menjadi pahlawan-pahlawan pangan ini mendapatkan varietas yang cocok, yang bisa ditanam di daerahnya masing-masing.

 

Para petani yang saya cintai,

 

Saya ini beserta Ibu Negara dan yang lain-lain, kalau berkunjung ke daerah melihat ada sawah yang terendam oleh air karena banjir atau kadang-kadang puso, mengalami kekeringan, sedih seperti hati kami ini juga kering, seperti kebanjiran. Tetapi, kalau kami mendengar dari Pak Anton, dari semua, Alhamdulillaah Pak Presiden ini sudah ada bibit baru, benih baru, ditanam ternyata satu hektar menghasilkan delapan ton. Begitu dengar 7 ton, 8 ton, 10 ton, 12 ton rasanya tiga hari tidak makan pun masih kenyang. Ini betul, oleh karena itu, ingat para peneliti hasilkanlah varietas baru yang betul-betul seperti itu supaya bukan hanya petani tetapi hati kita semua tenang dan gembira.

 

Saudara-saudara,

 

Pak Gubernur Jabar tadi, saya dengar pidatonya bertekad, berupaya, ini masyarakat Jabar untuk meningkatkan produksi padi dan gabah kering giling tahun ini dari 10 juta ton menjadi kurang lebih 10,5 juta ton. Sanggup masyarakat Jabar ? Insya Allah bisa. Saya sudah meminta Menteri Pertanian bagi Provinsi, Kabupaten/Kota yang bisa meningkatkan produksi padi lima persen dan lebih kita berikan tanda penghargaan. Pak Gubernur juga mengatakan, tolong infrastruktur ditingkatkan, prasarana ditingkatkan, irigasi ditingkatkan, petani setuju ? Saya juga setuju. Begini, negara kita pernah mengalami krisis 10 tahun yang lalu, ekonomi kita jatuh, uang kita sedikit, penerimaan negara sedikit. Oleh karena itu, sudah lama memang kita tidak membangun infrastruktur yang baru, irigasi yang baru kadang-kadang yang adapun tidak bisa dirawat dengan baik. Begitu ekonomi kita makin baik, penerimaan negara makin baik, sekarang-sekarang ini kita tingkatkan biaya untuk membangun infrastruktur termasuk irigasi itu.

 

Saya berikan contoh, sekarang sedang kita tingkatkan, tahun ini saja 70 ribu hektar untuk meningkatkan membangun jaringan irigasi, 20.700 hektar untuk jaringan rawa, yang direhabilitasi 240.000 hektar untuk jaringan irigasi dan 164.392 hektar untuk jaringan rawa. Memang harus bertahap, yang kita bangun seluruh Indonesia, tidak mungkin sekaligus, uang kita tidak cukup, harus dibagi-bagi dengan kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Meskipun pertanian prioritas, meskipun irigasi prioritas. Saudara harus tahu, membangun prasarana di seluruh Indonesia biayanya besar. Tahun 2005 kita anggarkan 32,9 Triliun, tahun 2006 kita anggarkan 55 Triliun, tahun 2007 kita anggarkan 64 Triliun, tahun 2008 sekarang ini 89 Triliun, tahun 2009 mudah-mudahan disetujui oleh DPR kita akan tingkatkan 99 Triliun, hampir 100 Triliun. Untuk apa ? Ya makin banyak yang bisa kita bangun dan makin meningkat produksi padi kita.

 

Pupuk terus menerus kita keluarkan subsidi, tahun 2007 8,7 Triliun, tahun 2008 14,6 Triliun, tahun 2009 Insya Allah kalau disetujui DPR 20,6 Triliun. Masih menjadi prioritas. Benih demikian juga, 2007 1 Triliun, 2008 1,4 Triliun, 2009 kita tingkatkan 1,5 Triliun. Ini usaha kita dari kemampuan yang ada untuk meningkatkan irigasi dan infrastruktur yang sama-sama kita perlukan. Dan jangan lupa, sektornya Pak Anton, pertanian, 2008 kita kucurkan untuk membantu subsidi 33 Triliun, 2009 kita rencanakan 35 Triliun. Tidak sedikit, tetapi saya tahu belum sepenuhnya sesuai dengan yang kita tuju. Oleh karena itu, ya mari kita lakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi ini.

 

Akhirnya saudara-saudara, dengan penjelasan saya tadi, dengan ajakan dan harapan saya kepada semuanya, marilah dengan semangat untuk menuju swasembada dan nantinya surplus, nantinya kita siap untuk memasarkan pertanian kita agar penghasilan petani makin meningkat, benar-benar kita tingkatkan ketahanan pangan, kita tingkatkan produksi padi, kita tingkatkan penelitian dan pengembangan padi, dan kita tingkatkan kesejahteraan petani. Siapa yang tidak setuju ? Siapa yang setuju angkat tangan ? Alhamdulillaah, dengan semuanya itu maka saudara-saudara, dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, Pekan Padi Nasional Ketiga Tahun 2008, saya nyatakan dibuka, dan Laboratorium Analisis Prefer Beras, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, saya resmikan. Sekian.

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

(dilanjutkan dengan dialog Presiden RI dengan masyarakat tani di Subang)

 

Bupati Karawang :

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Yang terhormat Bapak Presiden bersama Ibu.

 

Singkat kata karena sudah siang, Pak, dengan kehadiran Bapak Presiden tadi, kita merasa sejuk. Dalam artian kita tidak munafik Pak, bahwa keberpihakan pemerintah pada pertanian itu sudah luar biasa Pak. Hanya ini suatu kondisi faktual saja, tadi begitu besarnya anggaran di sektor infrastruktur irigasi. Kebetulan Karawang, Subang, dan Indramayu memiliki lahan pertanian yang sangat luas sekali dan tak tentu. Saya ambil contoh Karawang ini 93.000 hektar sawah pertanian teknis masih eksis sampai hari ini Pak. Infrastruktur yang ada, jaringan induk saja 100 km Pak, sedangkan saluran sekunder itu 300 km, yang saat ini disampaikan oleh Gubernur tadi kondisinya rusak parah, dan anggaran itu ada. Hanya problemnya kalau bisa kami sarankan, berilah kewenangan ini kepada Kabupaten untuk bisa diberikan bantuan dana itu untuk mengatasi-mengatasi itu.

 

Karena, saya ambil contoh kasuistis. Minggu ini saja, kami jebol satu tanggul, butuh biaya 120 juta. Padahal ini harus segera diatasi, emergency. Itu Balai Besar Citarum tidak mampu mengatasi dengan perincian Bapak yang begitu besar anggaran tersebut. Terpaksa Pemda mengatasi lebih dulu. Nah, dengan kasuistis-kasuistis ini, kami saran, berikanlah dalam bentuk BAK atau apa, dalam perbaikan infrastruktur irigasi ini kepada Kabupaten, karena anggaran itu jatuhnya PGT II Jatiluhur Pak. Jadi kami, tahun ini hanya mendapatkan perbaikan jaringan irigasi yang segitu luas hanya 7 milyar yang Bapak ceritakan tadi, dan ini sudah kami laporkan kepada Bapak Menteri, tadi pagi sambil ke kebun kita yah. Jadi ini mohon saja saran, berikan kewenangan alokasi dana berapa, kepada kabupaten yang betul-betul, artinya eksis dalam sektor pertanian-pertanian ini. Terima kasih Pak.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Menteri Pertanian :

 

Baik, kita selesaikan dulu tiga penanya, yang penanya kedua dari petani silahkan.

 

Penanya :

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

M. Husen dari Legon Kulon Subang. Kalau Legon Kulon itu dekat pantai Pak, 3 kilo dari bibir pantai, hutan Mangrop di situ Pak. Itu harus jadi perhatian kita bersama. Karena, ketika misalkan ada Tsunami, kami mati duluan mungkin. Mohon maaf, agak lambat Pak. Saya agak grogi gitu, karena bertemu dengan Bapak seorang figur eksekutif masa kini. Berwajah rupawan, tidak kalah dengan bintang film Hollywood. O.K. terima kasih.

 

Saya tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan Pak, di hutan sebetulnya. Kami juga sering bercocok tanam, kaitannya dengan tumpang sari ini itu. Ada padi, jagung, kedelai, dan sebagainya. Nah, ini sebetulnya sudah terangkum dalam konsep, yang namanya kalau dari Perhutani itu ada PHBM Pak (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Nah, artinya kegiatan kami juga patut diperhitungkan untuk mempertahankan pangan, kan seperti itu.

 

Selanjutnya, kami tidak ingin minta apa-apa terhadap Bapak, karena kondisi kehutanan yang ada di Subang katakan secara khusus, ini 30.000 hektar yang ada di Subang. Kami jadi garda terdepan untuk mendukung istilah Bapak itu global warming, gitu kan, seperti itu. Pemanasan global kan seperti itu. Kami siap terdepan, dengan catatan, Bapak harus mengikutsertakan, menyertakan kegiatan yang berbasis ekonomi, supaya sosial kami juga meningkat. Ketika meningkat, maka program Pak Gubernur meningkatkan IPM juga akan tercapai, kan seperti itu.

 

Masalahnya, di kita, di Perhutani itu sebetulnya sudah ada program untuk ekonomi atau untuk meningkatkan sosial. Ada beberapa saya lihat, Perhutani kerjasama dengan Pak Menteri Koperasi misalkan, dipersilahkan untuk membuka akses itu. Tetapi juga kaitannya dengan tumpang sari, kami terkendala di daerah itu. Kan hutan itu sudah rapat Pak, kami tidak bisa nanam padi Pak di situ, karena sudah rapat oleh tanaman-tanaman pokok kehutanan. Nah baiknya, Bapak juga atau menginstruksikan terhadap Pemerintah Daerah, untuk tidak overlaping atau kebijakannya itu selaras dengan Perhutani, seperti itu.

 

Di Subang Pak, luar biasa Pak, Bupati Eep Hidayat luar biasa, dia melarang yang namanya penebangan di Subang ini. Tetapi kami akhirnya tidak bisa bercocok tanam tumpang sari. Nah ini harus seimbang, tolong oleh Bapak tegur Pak Eep, tuh ada Pak di sana. Lebih dalam, lebih luas lagi Pak, tentang PHBM Pak ya, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, Bapak bisa lihat di stan Pak, stan Perum Perhutani sebelah kanan dari saya Pak, ada stan Perhutani, PHBM seperti itu Pak. Mohon maaf, terima kasih, kami petani terima kasih.

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Presiden RI :

 

Wa’alaikum salam warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Yang ketiga, silahkan dari perwakilan peneliti.

 

Peneliti :

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Toto Agung, Praktisi Pendidikan dari Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto dan Peneliti Padi Gogo Aromatik.

 

Tadi banyak disampaikan oleh Bapak, mengenai harapan, dorongan, motivasi, dan berbagai macam program mengenai pertanian. Tapi, kami ingin sedikit cerita, terkait dengan hal tersebut. Kalau di Indonesia ini, termasuk juga di dunia, seorang pemain bola, kalau berhasil memasukkan satu gol ke gawang lawan, itu mendapatkan hadiah jutaan, kadang-kadang bisa untuk membeli rumah, untuk membeli mobil, dan sebagainya.

 

Seorang pemain bulu tangkis juga demikian, ketika mendapatkan smash terakhirnya, juga mendapat hadiah. Demikian juga untuk seniman Pak. Tetapi, untuk peneliti yang menghasilkan varietas unggul, itu Pak, sekolah minimal 30 tahun terus menerus, sampai doktor, seperti Pak Menteri Pertanian itu. Terus penelitian minimal terus menerus 7 tahun. Kalau nasib baik, mendapatkan varietas unggul baru. Tapi ketika mendapatkan varietas unggul disertifikasi oleh Menteri Pertanian, peneliti tersebut tidak dapat apa-apa ini Pak Presiden.

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Presiden RI :

 

Tepuk tangan semuanya dulu.

 

Yang pertama, dari Pak Bupati Karawang. Memang ada kebijakan, aturan tentang kewenangan, kewajiban, dan tanggungjawab didalam menggunakan anggaran terutama pembangunan infrastruktur atau prasarana. Untuk infrastruktur atau irigasi primer dan sekunder itu memang pada tingkat pusat, dan Provinsi. Tetapi betul, dalam realitasnya kalau kita harus responsif terhadap perubahan iklim, kerusakan ini dan itu tentunya yang paling depan adalah para Bupati. Semua itu bisa kita tata kembali karena bagaimanapun kewenangan itu harus dekat dengan tugas dan kewajiban. Oleh karena itu, disini ada Dirjen dari Pekerjaan Umum, Sekjen Pekerjaan Umum, mana beliau ada disini beliau, tadi saya telpon Menteri Pekerjaan Umum sedang di Gorontalo, mau saya ajak kesini tapi beliau keliling terus. Menteri PU ini aktif untuk terus membangun infrastruktur bersama dengan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Tetapi pikiran Pak Dadang saya kira baik, coba nanti dilihat kembali.

 

Bagi saya begini, lebih cepat lebih bagus membangun infrastruktur. Anggaran yang ada harus sampai ke sasarannya, tidak belok kesana kemari ya. Jadi kalau anggarannya jelas, sasarannya jelas, pelaksanaannya cepat dan tepat, yang senang petani, yang senang kita semua ya. Oleh karena itu, saya persilakan nanti Menteri terkait untuk melihat kembali ya. Namanya undang-undang, peraturan pemerintah itu yang bikin kita semua, yang baik kita pertahankan yang mesti kita perbaiki, kita perbaiki ya. Oleh karena itu lihat dulu. Dan saya dengar tadi apa yang ingin disampaikan oleh Pak Bupati saya kira juga berlaku bagi semua bagaimana pembagian kewenangan dan tugas yang tepat itu.

 

Yang kedua, Saudara Husen petani, mana tadi Pak Husen tadi, nah bagus, ini apa namanya peduli betul dan pikiran ini, ini pikiran pemimpin negara berkembang, termasuk saya. Sebelum kesitu, masalah Tsunami. Tsunami itu jarang sekali atau barang kali belum terjadi di Pantai Utara Jawa. Mengapa ? Tsunami itu terjadinya karena pergeseran lempeng tektonik. Lempeng tektonik itu adanya di sebelah barat Sumatera, sepanjang Sumatera, di sebelah selatan Jawa, sepanjang pantai Jawa Selatan, terus naik ke atas ke arah Sulawesi dan Philipina, atau ke timur ke Timor Leste dan timur lagi. Nah, akibat perubaha itulah terjadi gelombang tsunami, memukul pantai-pantai terdekat dengan kecepatan tertentu. Oleh karena itu, sebetulnya tidak usah terlalu cemas untuk pantai utara Jawa. Kalau Pacitan, kampung saya, itu harus waspada, Pak Bupatinya ada disini karena itu sama dengan Cilacap, sama dengan mana Pangandaran, itu juga rawan sebagaimana pantai barat Sumatera.

 

Yang kedua, kita sudah punya sistem, begitu ada gempa gumi, kebetulan pergeseran lempeng tektonik, kedalamannya berapa, dekat pantai mana, sekian menit itu sudah bisa kita ketahui. Dan biasanya kita sebar luaskan ke daerah-daerah itu untuk waspada. Oleh karena itu, saya diingatkan oleh beliau tadi masalah tsunami, begitu duduk persoalan tsunami, tidak perlu sangat khawatir tapi waspada manakala ada gempa dan berpotensi untuk menimbulkan tsunami.

 

Yang disampaikan oleh Pak Husen tadi, ini masalah hutan ini untuk apa sih Pak. Apakah hanya untuk digunakan sebagai paru-paru bumi, untuk mencegah pemanasan global, mencegah perubahan iklim, itu saja. Atau tidak ada manfaatnya untuk kesejahteraan penduduk di sekitarnya. Posisi kita jelas, posisi Indonesia jelas. Waktu saya berbicara di Jepang tanggal sembilan yang lalu saya sampaikan bahwa bagi negara berkembang, bagi Indonesia hutan itu memiliki dua fungsi. Yang pertama memang untuk mencegah yang disebut dengan emisi. Kita pelihara, kita rawat baik-baik, itu memang tugas, disamping menyelamatkan bumi, kalau hutannya gundul ditebang kesana kemari kan banjir, tanah longsor, yang menderita rakyat kita juga. Jadi meskipun atau katakanlah diluar kerjasama dan kewajiban global, kita pun harus memelihara hutan kita dengan tujuan itu. Tetapi hutan juga harus bisa mendatangkan kesejahteraan, mendatangkan hasil ekonomi bagi penduduk setempat. Kalau Indonesia ya bagi rakyat Indonesia, oleh karena itu kita atur, kita atur, tadi sudah disampaikan bagaimana pengaturan yang baik, lahan pertanian dengan kehutanan, mana yang hutan lindung, mana yang bukan hutan lindung yang bisa kita gunakan, termasuk apa namanya kebijakan dari Pak Bupati tadi. Saya kira semua itu diserasikan.

 

Saya juga pernah diprotes oleh saudara-saudara kita di Aceh Tengah kawasan Leuser. Pak ini kalau hanya mempertahankan untuk kelestarian bumi dan binatang-binatang, bagaimana manusianya ? Peri kehutanan, peri kehewanan dihadapkan dengan peri kemanusiaan, begitu. Dalam perkembangannya bagi negara-negara yang harus memelihara hutannya, itu nantinya, tapi masih harus kita perjuangkan, ada kompensasi, ada kredit, ada biaya untuk mengganti kita memelihara hutan untuk kepentingan manusia sejagat. Tetapi yang penting negara kita sendiri, daerah-daerah provinsi, kabupaten, kota silakan ditata dengan baik. Seskab tolong sampaikan ke Menteri Kehutanan juga, keluarkan aturan dan PP dan jelaskan PP itu, saya kira PPnya sudah ada, demikian juga pemerintah-pemerintah daerah tolong dijelaskan kepada publik yang penting terjadi sinergi, terjadi koordinasi jangan sampai tidak ada penyelesaian sama sekali. Kalau tadi disebut ada Perhutani, ada apa tadi ? BPHM ? PHBM ya, aturannya ada. Silahkan diatur disini, itu bisa dibicarakan, kita bicarakan. Betul, saya memang memerintahkan untuk memberantas penebangan liar, illegal logging.

 

Mengapa orang yang menebang hutan itu untungnya bermilyar-milyar rupiah. Tapi negara dirugikan, iklim berubah, banjir, tanah longsor, itu kejahatan yang luar biasa, harus kita berantas. Tetapi penduduk setempat, harus diselamatkan, diberikan jalan keluar, bagaimana penghasilannya agar di satu sisi hutan dirawat, kemudian mereka mendapatkan sumber penghidupan. Inilah tugas kita semua, yang didepan adalah jajaran pemerintah daerah. Oleh karena itu, khusus berkaitan dengan wilayah yang tadi disebutkan, disini ada Pak Bupati, Pak Gubernur, silahkan dilihat, dicek, dan apa yang mesti ditata kembali. Kalau harus konsultasi dengan pemerintah pusat, saya persilahkan dengan Menteri terkait.

 

Yang ketiga adalah tentang masalah nasib ini, saya ini sebelum mengemban tugas di pemerintahan kurang lebih tiga puluh tahun sebagai prajurit di TNI. Memang Pak Toto, dulu ada istilah namanya Litbang itu sulit berkembang. Karena penghasilannya pas-pasan, kerjanya setengah mati, kalau berhasil tidak ada yang ingat, kemudian yang dapat keuntungan yang menggunakan hasil penelitian atau pengembangan itu. Sebenarnya tahun-tahun terakhir ini kita sudah menata keseluruhan renumerasi, keseluruhan insentif, sistem penggajian dan tunjangan. Tapi ini bagus ya, meskipun kami, saya sendiri sudah berkali-kali mengingatkan, ini ada Seskab disini, catat, coba dicek kembali, bagaimana sistem pembinaan karier para peneliti, para pengembang. Bukan hanya gaji dan tunjangannya, tapi sistem kariernya, jabatannya, dan seterusnya. Jangan sampai itu tadi, litbang sulit berkembang. Jangankan penelitinya, kadang-kadang cemarapun kurang hidup disitu, karena habis untuk meneliti. Saya kira kita perlu keadilan dan saya terima, karena saya juga pernah merasakan sebagai guru dulu sekian tahun itu kadang-kadang terlupakan. Sekarang kita perbaiki semuanya, termasuk peneliti dan pengembang. Pak Toto di Purwokerto ya ? Baik ya, ini Menteri Pertanian juga disini, ini mestinya kalau swasta itu begitu mengeluarkan varietas unggul luar biasa itu bonusnya itu, seperti pemain olah raga, seperti yang tadi itu. Tolong dipikirkan, tapi dalam batas kemampuan negara, dan adil bagi semua. Terima kasih Pak Toto.

 

Menteri Pertanian :

 

Terima kasih Bapak Presiden, jika berkenan ada saya kira petani padi belum terwakili ini Pak. Petani padi, bukan, petani padi boleh, silahkan satu terakhir, Bapak !

 

Penanya :

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Presiden RI :

 

Wa’alaikum salaam warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Penanya :

 

Nama saya Asep Saepudin, setelah tadi saya mencermati apa yang diuraikan oleh Bapak Presiden, yang cukup panjang lebar, agar supaya negara kita produksi pertaniannya lebih meningkat lagi. Dan Alhamdulillaah Pak, sekarang mungkin para petani sudah bisa melaksanakan itu dengan sebaik mungkin asalkan ada satu mungkin syaratnya, gitu Pa ya. Yang pertama Alhamdulillaah kami Pak, sebagai mitra dari BRI untuk sekarang ini kami petani kecil, terutama susah masalah pembiayaan untuk pertanian. Karena apa, sekarang yang lain-lain serba meningkat, seperti pupuk dan lain sebagainya, termasuk tenaga kerja. Dan Alhamdulillaah, berkat adanya program KUR (Kredit Usaha Rakyat), Alhamdulillaah kami merasa terbantu Pak untuk menangani hal tersebut, Pak. Dan kami mohon untuk selanjutnya kami sebagai petani kecil Pak, program KUR tersebut mohon berlanjut dan berkesinambungan, Pak. Bahkan kami yang mendapat atau memperoleh program KUR dari BRI Unit yang mungkin limitnya dibatasi lima juta ke bawah karena mungkin kurang mencukupi mohonlah nanti untuk unit bisa ditambah lagi lebih dari segitu Pak. Mungkin hanya itu saja Pak, sambutan dari saya, terima kasih.

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Presiden RI :

 

Wa’alaikum salaam warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Saya kira sambutan Pak Asep Saepudin sangat jelas. Hatur nuhun, mana Pak Asep tadi? Nah itu penting, yang lain terima kasih diingatkan KURnya itu.

 

Begini, semua tahu, Pak Bupati tahu, Pak Gubernur tahu, para Menteri tahu, usaha mikro kecil dan menengah itu ingin usahanya tumbuh, ingin toh ? Tetapi, kadang-kadang permodalan sulit, mau minjam ke Bank itu persyaratannya banyak, agunannya harus ada dan ini dan itu ya. Katakanlah susahlah itu. Oleh karena itulah, kita sejak tahun lalu telah menetapkan kebijakan Kredit Usaha Rakyat dengan pola penjaminan. Maksudnya, kalau usahanya jelas, kalau pertanian sawahnya ada, yang menggarap ada, modalnya kurang, bisa berhubungan dengan kantor BRI, misalnya dilihat sawahnya ada, diberikan pinjaman itu. Lebih cepat lebih mudah.

 

Saudara-saudara, benar bahwa kita ingin memberikan pinjaman sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya sehingga bisa membantu para pengusaha mikro kecil dan menengah. Sejak kita luncurkan bulan November tahun lalu hingga hari ini, sudah kita alirkan delapan triliun rupiah. Saya berharap sampai akhir tahun, kalau semuanya lancar, bisa mengalir empat belas triliun rupiah. Sehingga lebih banyak lagi yang bisa dimodali oleh Kredit Usaha Rakyat. Kalau Pak Asep ingin berlanjut sebenarnya pemerintah juga akan menganggarkan APBN tahun 2009 sejumlah satu triliun. Hitungannya begini, kalau pemerintah tahun ini mengganggarkan 1,4 triliun untuk penjaminan kredit itu melalui Askrindo namanya dan SPU itu bisa dipinjamkan 10 kali lipat jadi 14 triliun. Nah kalau tahun depan, Insya Allah kita bisa keluarkan satu triliun maka siap lagi 10 triliun. Asalkan habiskan dulu jatah yang ada ini sehingga itu bisa dikeluarkan. Mudah-mudahan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia setuju dan kalau untuk kepentingan petani, kepentingan usaha kecil menengah mestinya DPR harus setuju, karena untuk rakyat kita.

 

Yang saya inginkan adalah saudara-saudara yang ingin mendapatkan pinjaman dana itu, tolong kalau mau minta kredit ke Bank itu yang jelas. Bulan lalu ada yang mengirim SMS, kebetulan kalau enggak langsung ke saya, langsung ke ajudan, langsung ke staf khusus, langsung ke SMS 9949, atau ke isteri, Ibu Negara. Nah, kemarin itu jatuhnya ke Ibu Negara. Ceritanya begini, Bu sampaikan pada Pak SBY, itu bagaimana Kredit Usaha Rakyat, katanya ada, ternyata saya tidak bisa pinjam, bagaimana itu, mana realisasinya kreditnya itu. Sudah keras nadanya itu, kalimatnya sudah begitu. Kemudian ditanya oleh Ibu Negara, Bapak ini siapa, darimana, mau usaha apa, kok pinjam kredit KUR kok tidak dilayani. Ya pokoknya saya ini ingin mengembangkan, saya enggak menyerah Bu, saya ingin bangkit, tetapi kenyataannya KUR tidak bisa dipinjamkan. Masih kencang. Sampai dikirim lagi, begini saja Pak, kita bisa bantu, saya tanya saja Bapak itu usahanya apa kira-kira bisa kita arahkan ke BRI. Akhirnya SMS yang ketiga, nah itulah Bu, saya ini masih bingung mau usaha apa. Ini Demi Allah, ini masih ada rekamannya. Saya ini bingung Bu, mau usaha apa.

 

Saya khawatir, tapi ini saya puji anak muda jujur. Saya ini baru selesai pendidikan Bu, saya ngga mau cengeng, saya ingin jujur sebetulnya, tapi pembukaannya yang salah tadi itu. Nah, kira-kira begini si beliau ini datang ke BRI, Pak saya mau pinjam KUR, mana ? Tunggu dulu, Bapak usahanya apa ? Ya belum tahu. Kira-kira pinjamnya berapa ? Apalagi, saya ngga tahu Pak. Tempatnya dimana ? Saya masih bingung juga. Ya bagaimana mau dikasih kredit itu. Kalau usaha warung, warungnya ada, jualan soto, kurang modal lima juta, dua juta dengan proses dipinjamin, karena sudah masuk ke saya. Yang mendapatkan pinjaman 1, 2, 3, 4, 5 juta atau 10 juta dan seterusnya ada itu. Jadi asalkan usahanya ada, akan dipinjamin. Sawahnya ada, dipinjamin. Bakso, gerobaknya ada, jelas dimana dia berusaha, akan dipinjamin. Jadi lebih cepat lebih mudah.

 

Minggu lalu saya baru panggil Dirut BRI, mana Pak Sofyan Basir, beliaunya ada. Saya panggil Dirut BNI, saya panggil Dirut Bank Mandiri, bertiga. Biasanya ada BTN, ada Bukopin, ada Bank Syari’ah Mandiri, saya minta sampai sekarang sudah berapa yang dialirkan. Sudah hampir satu juta nasabah ? Berapa ? Delapan Triliun total ? Berarti masih tersedia lagi. Apa kesulitannya ? Ya itu tadi, perlu kejelasan dari mereka semua, supaya nanti mudah.

 

Lantas yang kedua, saya bilang pada Dirut-dirut itu antara BRI, BNI, Mandiri dan lain-lain aturannya usahakan yang sama supaya nasabah ini tidak harus berbeda-beda. Saya kira yang lebih dari lima juta ada Bapak. Pak Sofyan Basir ada kan ? Coba bicara sebentar, coba ! Silahkan !

 

Sofyan Basir :

 

Terima kasih Pak Presiden,


Bapak-bapak, Ibu-ibu petani yang kami hormati, kredit itu ada dua jenis. Yaitu kredit yang pertama dibawah lima juta dan yang kedua itu bisa dilanjutkan diatas lima juta. Lima sampai lima ratus juta. Jadi Ibu-ibu dan Bapak-bapak petani kalau punya lahan lebih luas, atau mau mengembangkan usaha pertaniannya lebih banyak, tentunya bisa dilanjutkan melalui BRI. Nanti kawan-kawan dari BRI Unit yang akan melanjutkan kredit Bapak ke tingkat cabang. Demikian, terima kasih Pak.

 

Presiden RI :

 

Sudah terjawab Pak Asep ? Nah sudah ? Ya tapi jangan diulangi SMS cerita tadi itu. Baiklah kita akan bantu terus, tetapi para petani kami semua sangat peduli pada petani, kami semua sayang pada petani, tentu kami ingin membangun dedikasi, ingin memberikan pinjaman modal, ingin membantu, tapi sesuai dengan kemampuan negara dan semuanya itu dengan tata cara yang kita tetapkan. Oleh karena itu, saya meminta para pejabat daerah, Pak Bupati, Pak Camat, Pak Kepala Desa, berikan penjelasan kepada rakyatnya tentang KUR, tentang program-program yang lain. Saya kira demikian, selamat berjuang para petani, mari kita sambut masa depan kita Indonesia yang surplus pangan.

 

Sekian.

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Menteri Pertanian :

 

Terima kasih Bapak Presiden, dan terima kasih tadi kepada para penanya. Dengan demikian kita akhiri dialog dan acara selanjutnya kami serahkan kepada pembawa acara.

 

 


Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI