Pembenahan SDM, Presiden Jokowi: Ayo Hormati Guru

 
bagikan berita ke :

Rabu, 09 November 2016
Di baca 778 kali

"Saya setuju tadi yang disampaikan oleh beliau Bapak Kyai Haji Abdullah Syam, bapak ketua umum, mengenai gerakan ayo menghormati guru. Saya sangat setuju sekali," ujar Presiden.

 

Berdaarkan rilis Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, dalam kesempatan tersebut, Presiden mengingat kembali apa yang terjadi pada sekitar tahun 70-an silam. Berdasarkan pengamatannya, saat itu para pelajar begitu antusias berebut jabat tangan guna menghormati gurunya. Inilah momen yang menurutnya sulit ditemukan dewasa ini.

 

"Saya SD tahun 70-an, begitu guru datang kelihatan dari jauh sudah antre di depan gerbang sekolah. Antre rebutan pegang sepedanya bapak atau ibu guru kita. Salaman dulu kemudian pegang rebutan. Inilah kita kehilangan karakter itu," ujarnya.

 

Sisi sumber daya manusia (SDM) sebelumnya memang merupakan salah satu yang hendak dibenahi dalam masa pemerintahan Joko Widodo selama lima tahun kepemimpinannya. Presiden juga mencontohkan di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan, mereka benar-benar menggarap SDM dengan sangat serius. Meskipun negara maju tersebut sudah menguasai teknologi dan memiliki kemajuan pesat, tak lantas menjadikan mereka kehilangan budi pekerti.

 

"Meskipun mereka pintar dan menguasai teknologi, tetapi kalau tidak didampingi dengan keimanan, kejujuran, integritas, dan budi pekerti yang baik, tidak akan ada artinya. Bisa juga menjadi sebuah malapetaka," terang Presiden.

 

Maka itu, pendidikan salah satu karakter bangsa yang digagas LDII tersebut pun hendak dijadikan pemerintah sebagai suatu gerakan nasional. Sebab, biar bagaimanapun juga, penghormatan kepada orang tua merupakan suatu keharusan yang telah menjadi nilai luhur bangsa Indonesia.

 

"Saya nanti juga akan bisikkan kepada Mendikbud agar ini juga menjadi gerakan nasional kita. Kalau tidak, kita ini akan lupa semua hal yang sangat mendasar, karakter bangsa kita," tuturnya.

 

Jaga Etika di Media Sosial

 

Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo juga sempat menyinggung soal etika komunikasi di media sosial. Presiden merasakan bahwa saat ini dapat semakin mudah ditemukan tindakan saling menghujat di media sosial.

 

"Coba kita lihat sekarang. Saling menghujat, saling mengejek, saling memaki, saling menjelekkan," ungkapnya.

 

Meski demikian, Presiden tidak serta merta meyakini bahwa hal tersebut merupakan bagian dari karakter bangsa kita. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengaruh buruk yang tersebar melalui media sosial.

 

"Apakah itu kepribadian bangsa kita? Apakah itu budi pekerti yang ditanamkan kepada kita? Saya kira tidak. Ini ada infiltrasi lewat media sosial yang kita tidak sadari dan kita tidak saring," tegas Presiden.

 

Untuk itu, Presiden mengakui bahwa dirinya telah menginstruksikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika untuk menyusun pedoman berbahasa dan berkomunikasi via internet. Presiden juga berpesan kepada seluruh anggota LDII agar bersama dengan pemerintah memberi contoh yang baik guna menyaring pengaruh negatif tersebut.

 

"Saya kira kalau kita bersama-sama, seluruh jajaran LDII, keluarga besar LDII, kita melakukan itu, saya yakin yang jelek-jelek seperti itu juga akan kena arus sehingga akan menjadi baik," yakinnya.

 

Usai pertemuan, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri untuk menyalami sejumlah pengurus dan anggota LDII yang hadir dalam acara tersebut. Setelahnya, Presiden juga menandatangani plakat seruan "Ayo Hormati Guru" yang telah disiapkan oleh pihak panitia.

 

Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara tersebut Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, serta sejumlah pengurus dan anggota DPP LDII dari seluruh Indonesia. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0