PEMBUKAAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII ASOSIASI PENGUSAHA INDONESIA, DI ISTANA NEGARA, TANGGAL 26-03-08
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PEMBUKAAN
MUSYAWARAH NASIONAL VIII ASOSIASI PENGUSAHA INDONESIA
DI ISTANA NEGARA
TANGGAL 26 MARET 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PEMBUKAAN
MUSYAWARAH NASIONAL VIII ASOSIASI PENGUSAHA INDONESIA
DI ISTANA NEGARA
TANGGAL 26 MARET 2008
Bismillahirrahmanirrahiim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Yang Mulia para Duta Besar dan Diplomat Senior, yang saya hormati para pimpinan lembaga perburuhan dan asosiasi dunia usaha, baik dari ILO, maupun negara-negara sahabat, yang saya hormati pimpinan APINDO dan segenap jajaran pengurus pusat maupun daerah, yang saya hormati para pimpinan asosiasi pekerja atau perburuhan, para pengusaha senior.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Marilah pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, semoga kesehatan, untuk melakukan karya tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur APINDO kembali dapat melaksanakan Musyawarah Nasional VIII yang tadi Bapak Sofyan Wanandi telah menjelaskan tujuan, sasaran, agenda yang ingin dicapai dalam Munas ini, dan tentunya setelah Munas dilaksanakan.
Saya tentu mengucapkan selamat datang kepada peserta Munas dari seluruh tanah air, selamat melaksanakan Munas, semoga sasaran dan tujuan Munas ini dapat dicapai dengan baik. Ini juga kesempatan yang baik untuk saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pelaku dunia usaha yang terus gigih berjuang, ikut jatuh bangun bersama pasang surutnya kehidupan perekonomian nasional kita. Kita mengalami masa yang sangat tidak mudah sepuluh tahun terakhir ini. Tapi alhamdulilah dengan ketegaran, dengan keuletan, dengan kebersamaan kita, satu demi satu kita bisa menyelesaikan masalah itu, meskipun masih banyak masalah di depan kita dan kita bergerak maju untuk membangun kembali dunia usaha dan perekonomian di negeri ini.
Saya juga berterima kasih kepada APINDO, sebagai organisasi, KADIN juga, yang juga terus melakukan inovasi, terus mencari peluang atau opportunity, apa saja yang bisa dilakukan untuk menggerakkan sektor riil, membangkitkan kembali dunia usaha dan menumbuhkan ekonomi kita. Saya berterima kasih kepada Pak Sofyan Wanandi yang bekerja keras, saya tahu beliau ini sering kurang sabar, beliau ingin lebih cepat lagi, tapi betul, saya pun juga kurang sabar kadang-kadang, Pak, kita ingin cepat tetapi Pak Sofyan juga menyadari mengurus negara sebesar ini, permasalahan sebesar ini memang selalu diperlukan waktu dengan kerja keras yang tidak kenal henti. Mungkin tidak sekompleks yang dihadapi negara tetangga kita, Singapura, Malaysia dan lain-lain. Tetapi inilah negara yang harus kita cintai, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mari kita bangun, termasuk membangun kembali ekonomi kita.
Saudara-saudara,
Saya senang dengan tema Munas, yang intinya, Peran APINDO di Dalam Menciptakan Investasi di Indonesia, yang juga dikaitkan dengan yang bersifat padat karya. Kalau ini dilakukan, memecahkan banyak hal, memecahkan pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia, meskipun Saudara bisa saja berinvestasi di negara lain, tetapi kalau investasi itu lebih banyak dilakukan di Indonesia, pahalanya tinggi sekali. Rakyat akan senang, demikian juga saya yang sedang mengemban amanat. Dan keinginan beliau untuk bersama-sama dengan tenaga kerja, serikat pekerja, bersama-sama membangun iklim kebijakan, regulasi, dan mekanisme hubungan bi-partite yang baik juga patut untuk saya berikan penghargaan sebagai subtema dari Musyawarah Nasional VIII APINDO ini.
Saudara-saudara,
Kalau kemitraan antara dunia usaha dengan dunia perburuhan berjalan dengan baik, maka semua akan mendapatkan manfaat, akan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Karena apa, ya, tenaga kerja akan dapat ditingkatkan kesejahteraannya, dunia usaha akan tumbuh. Kalau dunia usaha tumbuh, lebih banyak lagi tercipta lapangan pekerjaan, yang menganggur bisa bekerja, dengan usaha tumbuh pajak yang dibayarkan kepada negara lebih besar, dengan pajak Insya Allah kami bisa mengelola APBN lebih baik lagi, membantu pendidikan, kesehatan, yang miskin, usaha kecil dan menengah, infrastruktur dan lain-lain. Inilah win-win situation yang ingin kita bangun, pertama-tama bagi pengusaha dan pekerja, yang kemudian juga dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, oleh pemerintah, dan oleh negara yang kita cintai.
Tahun lalu, pada Hari Buruh 1 Mei tahun 2007, saya bersama pimpinan Asosiasi Pekerja Perburuhan berkunjung ke Palu, Sulawesi Tengah. Waktu itu kita berdialog dengan pekerja di sebuah perusahaan, sebagian yang mendampingi saya masih ingat, betapa pentingnya kemitraan, kebersamaan pengusaha dan pekerja. Katakanlah banyak perusahaan yang sudah kita dirikan, pabriknya ada, modalnya besar, tetapi pekerjanya tidak ada, tidak mungkin usaha itu berjalan, kita perlukan pekerja, kita perlukan buruh. Sebaliknya, tenaga kerja kita terampil, semangatnya tinggi, siap bekerja, produktif, tapi tidak ada modal, tidak ada perusahaan, tidak ada pabrik, ya mereka tidak mendapatkan pekerjaan, tidak mendapatkan penghasilan, artinya tenaga kerja pun memerlukan partner, memerlukan mitra, yaitu dunia usaha. Inilah yang harus kita sadari dan kita sadarkan kepada semua pihak, betapa di antara kedua komponen penting ini saling memerlukan, kemitraan bi-partite, partite-nya perlu dikembangkan dengan demikian, kembali semua mendapatkan manfaat, keuntungan yang sebesar-besarnya. Semboyan dalam Munas ini, No PHK, tetapi pekerjanya produktif dan tidak mogok, dengan bahasa yang sederhana, saya kira bagus. Setiap ada PHK saya tidak bisa tidur, di depan sudah siap yang berunjuk rasa, SMS mengalir, PO BOX 9949 kebanjiran. Sedih. Saya berterima kasih, kalau ada tekad untuk jangan sampai ada PHK. Sebaliknya, agar tidak ada PHK, agar perusahaan tidak ambruk, kita ingin pekerja-pekerja yang produktif, yang disiplin, yang menyelesaikan masalah tanpa harus dengan kekerasan, dengan musyawarah, dengan dialog, dengan kontribusi dari Asosiasi Pekerja bersama-sama dengan asosiasi dunia usaha. Kalau itu dilakukan, saya yakin masalah seberat apapun selalu ada solusinya, asalkan betul-betul baik, tulus niatnya, dan jangan ada dusta di antara kita. Artinya yang diperjuangkan betul-betul kepentingan pekerja, yang diinginkan betul-betul tumbuhnya usaha, bukan yang lain-lain.
Saudara-saudara,
Pada Hari Buruh Tahun 2007 yang lalu, saya juga melaksanakan dialog dengan para pimpinan Serikat Pekerja, insya Allah nanti kita perlu melakukan dialog lanjutan pada tahun 2008 ini. Saya juga mengajak waktu itu perwakilan dari asosiasi pekerja bersama-sama ke Malaysia untuk bisa berdialog dengan, apa namanya, Pimpinan asosiasi pekerja di negara sahabat kita. Karena saya ingin kita ini memiliki test track base yang sama yang berlaku di negara-negara yang lain. Sehingga dunia usaha tumbuh dengan baik, ekonomi tumbuh dengan baik. Kalau ekonomi tumbuh, kesejahteraan rakyat pasti dapat kita tingkatkan.
Saya juga, karena perhatian yang ingin saya berikan kepada dunia perburuhan pada bulan September tahun lalu, saya bertemu dengan Pimpinan ILO di New York. Banyak yang ingin bertemu waktu itu. Karena deretannya panjang, terpaksa saya pilih yang kira-kira erat kaitannya dengan kepentingan nasional kita, dengan kepentingan dan agenda kita, dan salah satu yang saya prioritaskan untuk saya dapat bertemu adalah dengan Pimpinan ILO yang bertemu dengan saya di New York dan kita berdiskusi, bertukar pikiran bagaimana perburuhan di Indonesia itu memiliki kondisi yang sama dengan perburuhan di negara lain yang maju, yang keadaan buruhnya juga baik, keadaan dunia usahanya dengan baik. Setiap kali saya berkunjung ke luar negeri, para menteri mendampingi saya, selalu saya sempatkan bertemu dengan para tenaga kerja kita di negara-negara itu, saya dengar masalahnya, dan apa yang bisa kita carikan solusinya selama ini. Dua minggu yang lalu saya bertemu dengan ratusan tenaga kerja kita yang bekerja di sebuah kapal pesiar yang berlabuh di Dakkar, Senegal. Dari 800 awak kapal, 400 adalah putra-putri Indonesia, gajinya lumayan, antara US$ 1.000-2.000. Di Afrika Selatan saya bertemu kembali dengan saudara-saudara kita yang bekerja di Dubai, saya bertemu kembali dengan masing-masing hotel ada puluhan tenaga kerja kita, tenaga kerja Indonesia alhamdulillah sangat disukai oleh mereka-mereka, karena disiplin, karena ulet, karena ulet, tidak macem-macem, tidak banyak tuntutannya, dan akhirnya ini merupakan peluang bagi tenaga kerja harus lebih antisipatif, lebih agresif dalam tanda kutip untuk lebih banyak lagi mengisi peluang pasar tenaga kerja di luar negeri karena kesejahteraannya baik. Bayangkan kalau gajinya $ 2.000, itu sama dengan gaji menteri di Indonesia. Betul, to? Saya juga ingin hubungan three partite, pemerintah, dunia usaha, dunia perburuhan baik. Tetapi filosofi saya, disampaikan pada menteri-menteri juga sama, kedepankan dulu hubungan three partite, beliau yang paling berkepentingan, pekerja tidak ingin PHK, pengusaha tidak ingin usahanya ambruk, kalau diperlukan kehadiran pemerintah, kita hadir. Tapi saya mencegah untuk terlalu mengintervensi, biarkan duduk bersama, menyatukan pikiran, menyatukan komitmen, mencari solusi pemerintah akan bergabung menjadi three partite, apabila harus mengembangkan Undang-Undang yang baik untuk semua seperti apa, Peraturan Pemerintah yang tepat seperti apa, kebijakan yang juga cocok seperti apa, atau ada dispute yang tidak terselesaikan, pemerintah tentu berkewajiban untuk memfasilitasi, menjembatani, mencari solusi yang tepat dan adil. Itu yang akan kita bangun, dengan demikian semuanya membawa manfaat.
Saudara-saudara,
Saudara masih ingat tahun 2005 yang lalu awal, saya mengajak seluruh komponen bangsa ini dalam membangun kembali perekonomian kita pasca krisis, kita menggunakan semaca, strategi yang saya sebut dengan triple track strategy. Yang pertama apa, pertumbuhan harus terus kita tingkatkan, setelah itu, lapangan pekerjaan kita perluas, dan setelah itu, atau bersamaan dengan itu, saudara kita yang masih miskin kita bantu, kita tolong, kita kurangi kemiskinannya. Itulah yang tersebut dengan pro growth, pro job, and pro poor. Mengapa saya sampai pada kesimpulan perlunya economic strategy kita bertumpu pada ketiga pilar itu. Sepuluh tahun yang lalu persis kita terjatuh dalam krisis, tidak perlu kita menyalahkan siapa-siapa, kenyataannya negara kita mengalami krisis yang dahsyat, yang dalam, yang hebat. Akibatnya kemiskinan meledak, angkanya waktu itu 24,2%, berarti hampir 4 orang dari orang Indonesia satu miskin, kita berjuang terus. Sekarang ini angkanya 16,5%. Jadi katakanlah antara 6-7 orang Indonesia 1 miskin. Kita ingin memperbaiki rasio ini sehingga lebih kecil lagi jumlah di antara kita yang miskin. Akibat krisis, pengangguran tinggi, akibat krisis, hutang luar negeri kita meledak, ingat saudara-saudara, debt to GDP ratio, jumlah hutang luar negeri kita, hutang kita dibandingkan dengan pendapatan domestik bruto pada tahun 1999 jumlahnya 101%. GDP kita untuk bayar hutang pun masih kurang 1%. Waktu itu kita berjuang bersama-sama Saudara, alhamdulillah tahun 2007 ini sudah pada kisaran 36%.
Pertumbuhan sebelum Pak Harto lengser dulu 6, 7, 8 rata-rata 7%. Krisis 1998 pertumbuhan kita minus thirteen, minus tiga belas persen. Bayangkan kontraksinya, bergulat kita, 2003 bekerja bersama 4,8%. Tahun lalu, sekali lagi kita berjuang bersama, mencapai 6,3%. Apakah cukup? Belum, belum, harus menuju ke 7% dan lebih. Apakah bisa, insya allah bisa dengan bekerja bersama kita. Makro ekonomi sejak 1998 tahun-tahun berikutnya lagi tentu tidak bagus, terganggu, mikro sektor riil sama-sama kita rasakan, investasi demikian juga. Ini potret. Marilah kita sering melaksanakan kilas balik, refleksi supaya kita pandai bersyukur, meskipun butuh suatu ikhtiar untuk meningkatkan lagi kondisi di negeri kita.
Dengan cerita semuanya itu, maka setelah pro growth, pro job, and pro poor maka bagaimanapun kita juga harus mengembangkan satu policy yang pro business. Mengapa pro business? Ada yang memberikan komentar pada saya, kok Pak SBY pro business. Lho memangnya kenapa? Saya pro business dalam arti karena saya pro growth, pro job, and pro poor, maka saya mengundang, mengajak, memberikan peran, memberikan ruang, memfasilitasi dunia usaha, karena dunia usahalah yang dengan pertumbuhan usahanya itu menciptakan lapangan pekerjaan, bukan pemerintah, pemerintah itu dengan mengangkat PNS, anggota TNI dan Polri tidak lebih dari, setiap tahunnya satu setengah juta, lebih kecil dari itu. Bisnis menciptakan, bisnis menciptakan bisnis baru dengan perkembangan usaha, membayar pajak untuk mengurangi kemiskinan, bisnis juga bisa membantu rakyat secara langsung dengan program corporate social responsibility. Jadi kalau saya bilang pro bisnis, ada maunya saya, ada kepentingan saya agar pertumbuhan dunia usaha itu akhirnya mengalir untuk rakyat kita, yang saya sampaikan tadi. Oleh karena judulnya barangkali we develop businesses that promote growth, that create job, and that reduce poverty. Saya kira ini adil, dan kita berterima kasih.
Saudara-saudara,
Ada pertanyaan penting, critical question, sekarang ini, karena tahun 2008 ini sudah masuk tahun politik, tahun 2009 tahun Pemilihan Umum, ya pasti suhu politik akan memanas, itu biasa dalam kehidupan demokrasi. Tetapi saya ingin tetap menyampaikan pikiran-pikiran yang jernih kepada rakyat kita, dan hari ini kepada saudara-saudara pelaku dunia usaha. Ada yang mempertanyakan, ada yang bertanya, apakah negara ini tidak ada kemajuannya sama sekali? Apakah perekonomian kita ini juga tidak ada perbaikan atau pertumbuhannya sama sekali. Untuk menjawab itu sebaiknya kita tenang, melakukan kontemplasi, kita buka hati kita jujur dan kalau itu yang kita lakukan, saya dengan segala kerendahan hati saya harus mengatakan alhamdulillah, berkat kebersamaan kita, perjuangan bersama kita, ada kemajuan, ada perbaikan, banyak yang dapat kita capai meskipun saya harus dengan jujur mengakui ada atau banyak yang belum kita capai, masih banyak pekerjaan rumah kita dan kita harus bekerja lebih banyak, lebih cepat di berbagai sektor, do more. Itu yang patut kita posisikan menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritis seperti itu, dan bicara tentang apakah ada kemajuan ekonomi kita, dunia usaha kita, bagaimana cara memajukan, itulah saudara melaksanakan musyawarah nasional, itulah kita bertemu hari ini di Istana Negara, bersama juga perwakilan pimpinan asosiasi pekerja.
Tiga setengah tahun pemerintah berupaya keras untuk bisa mengatasi berbagai masalah, agar dunia usaha tumbuh, ekonomi tumbuh dan kesejahteraan rakyat dapat kita tingkatkan. Saya tahu, saya sangat menyadari bahwa banyak diantara saudara-saudara kita yang tidak sabar dan tidak puas, wajar karena ekspektasi itu tinggi sekali, ingin cepat makmur, ingin cepat berubah segalanya, dan seterusnya, dan seterusnya. Terus terang ini para menteri, pembantu-pembantu dekat saya tahu, meskipun tidak pernah tampil di luar, sayapun sering tidak sabar. Sayapun juga sering tidak puas, wah kok nggak bisa cepat ya, kok ada masalah, ada hambatan di situ dan lain-lain. Wajar, saya bermohon kepada semua pihak yang merasa tidak puas, yang merasa tidak sabar, wujudkan ketidakpuasan dan ketidaksabaran itu dengan pikiran, dan tindakan-tindakan yang positif. Berikan solusi, terima kasih saya kalau ikut diberikan bagaimana memecahkan masalah dan kemudian ikut pula memecahkan masalah beserta kita semua. Jangan sebaliknya menimbulkan masalah-masalah yang baru, karena memang masalah yang kita hadapi begitu komplek.
Saudara-saudara,
Perlu saya ingatkan bahwa transformasi, reformasi yang dilaksanakan negara manapun di dunia ini selalu memerlukan waktu. Republik Rakyat Tiongkok mendiang Deng Xiaoping 1978, 30 tahun diperlukan waktu menjadikan Tiongkok seperti sekarang ini. Demikian juga negara-negara yang lain, Jepang itu sejak Restorasi Meiji berapa ratus tahun sebelumnya melaksanakan modernisasi, membangun negaranya sampai pada keadaan Jepang seperti sekarang ini. Transformasi juga memerlukan balance, keseimbangan, bukan hanya satu sisi, satu sektor, satu bidang tapi yang lain juga di lihat, agar dalam transformasi itu, dalam reformasi itu iklim nasional tetap baik, stabil, nah semua itu kita perlukan untuk benar-benar agar reformasi dan transformasi itu, berjalan dengan baik, termasuk pembangunan kembali ekonomi kita.
Saudara-saudara,
Soal kemiskinan, dunia amat menyadari bahwa di dunia ini masih banyak kemiskinan, statistik menyatakan tiap malam ada 800 juta penduduk di dunia ini yang tidurnya tidak nyenyak karena lapar, 200 juta diantaranya anak-anak, mari kita apakah kalau malam kita tidak bisa tidur karena lapar? Kalau tidak bersyukur kita, tetapi ada saudara-saudara kita sebagian di Indonesia, sebagian besar di negara-negara lain oleh karena itulah pemimpin dunia, presiden, perdana menteri, semua pihak termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, tahun 2000 berkumpul, untuk mengurangi kemiskinan global ini ditetapkan 15 tahun, diharapkan berkurang separuhnya, itulah kemudian yang dikenal dengan Millenium Development Goals, fifteen years to reduce half, tidak mungkin dalam setahun dua tahun langsung kita hilangkan kemiskinan dimanapun juga di belahan bumi ini, tetapi mari kita sangat gigih dan terus gigih untuk mengurangi kemiskinan itu.
Saudara-saudara,
Sementara tiga setengah tahun ini kita menghadapi tantangan yang sangat berat di dalam negeri, dari bencana ke bencana sebagian karena peristiwa alam, sebagian karena kesalahan manusia di waktu yang lalu. Kita semua yang salah, hutan tidak pandai kita kelola, banjir bandang, tanah longsor dan kerusakan-kerusakan yang lain. Harga minyak tidak pernah ada dalam sejarah tembus 100 dollar Amerika Serikat per barrel, kemarin pernah 112 dollar Amerika Serikat per barrel, harga pangan berubah tidak pernah mengalami kenaikan yang setajam ini. Kita hadapi tapi kita terus gigih, terus berjuang bersama-sama saudara untuk mengatasi masalah itu, dan kedepan, sekarang ini, minggu-minggu depan, tahun-tahun depan, kita lebih gigih lagi karena persoalan harga minyak itu, persoalan pangan itu belum akan sirna dalam waktu dekat. Saya harus mengatakan jujur kepada rakyat Indonesia apa adanya, fenomena global, perkembangan lingkungan global yang dampaknya kita rasakan, yang harus kita carikan solusinya.
Dari itu semuanya saudara-saudara, mari kita berbagi peran, berbagi tanggung jawab dan berbagi tugas. Pemerintah tentu akan menjalankan peran, tanggung jawab dan tugasnya sekuat tenaga, tapi tidak mungkin persoalan di negeri ini hanya selesai oleh yang dilaksanakan pemerintah. Saya mengajak yang lain juga, pemerintah akan terus membangun iklim investasi dan iklim dunia usaha yang lebih baik. Kami akan terus mengembangkan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, kebijakan-kebijakan yang tepat. Pemerintah tidak hanya bicara, tidak cukup dengan pernyataan, talk show, iklan dan lain-lain. Masalahnya begitu besar, komplek, dan kadang-kadang dalam, deep oleh karena itulah negara harus dikelola dengan menggunakan sistem, pemerintahan juga demikian, tetapi sistem tidak cukup tanpa tindakan nyata. Oleh karena itulah kami juga merumuskan satu tatanan untuk dipedomani, selebihnya adalah apa yang kita lakukan secara bersama, agar tidak ngawur, agar tidak asal-asalan, dan dapat kita pertanggungjawabkan. Tahun 2006, dua tahun yang lalu, saya keluarkan Inpres No. 3 tahun 2006 untuk perbaikan iklim investasi, jabarannya banyak, dilakukan oleh semua termasuk dunia usaha, para gubernur, bupati, walikota, juga berusaha untuk melaksanakan. Tahun lalu, tahun 2007 saya keluarkan lagi Inpres No.6 tahun 2007 untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pengembangan usaha kecil dan menengah, pertanyaannya apakah ada hasilnya? Inpres dan apa yang kita lakukan bersama pada tahun-tahun terakhir ini, pertama investasi meskipun kita semua rasanya kok belum besar, belum mengalir sebagaimana kita harapkan, tapi marilah kita lihat statistik.
Realisasi investasi 2007 itu terbaik sejak tahun 2000, realisasi PMA dan PMDN sekaligus jumlahnya Rp.135 trilyun melampaui target yang saya tetapkan 114 trilyun, better, much better, apakah sudah cukup? Belum. Kita mengundang lagi investor terutama investor dalam negeri kemudian baru kita mengajak patner, mengajak mitra, investor-investor dari negara lain. Lantas apakah ada juga perkembangan sektor riil dan UKM kita? Kalau ekonomi ekonomi tumbuh 6.3% it means, sektor riil kita agregative in total juga tumbuh 6.3% ada yang pertumbuhannya pesat, ada yang setengah pesat, ada yang lambat, barangkali ada sektor riil tertentu yang belum tumbuh, it happens di negara manapun. Kemudian kalau statistik mengatakan kalau statistik mengatakan 2007 ini pengangguran, kemiskinan berkurang dibandingkan sebelumnya berarti sesungguhnya usaha kecil dan menengah juga ikut tumbuh karena itu menyumbang terhadap pengurangan kemiskinan dan pengangguran.
Saya ingin menyampaikan ini, kalau landasannya ada policy-nya ada dan dijalankan dengan inisiatif yang tingggi, dengan inovasi dan lain-lain, pasti ada hasilnya, jangan tidak percaya itu, pasti. Apakah selalu mulus, Tidak. Apakah selalu sesuai dengan sasaran? Tidak. Tapi juga bisa mencapai lebih dari yang kita harapkan. Saya ingin mengajak semuanya punya keyakinan, punya semangat kalau kita bekerja benar, dengan landasan yang benar, pasti ada yang dapat kita hasilkan.
Saudara-saudara,
Bagian akhir yang ingin saya sampaikan adalah situasi perekonomian global, kita hidup dalam perkampungan global. Ekonomi Indonesia sudah terintegrasi dengan ekonomi global, sudah lama. Adalah tidak mungkin kita mengabaikan dinamika dan perkembangan global karena pasti apapun yang terjadi pada tingkat dunia langsung atau tidak langsung berdampak pada perekonomian kita, think globally, act locally, begitu salah satu orang yang punya pendapat. Kita tahu, semua tahu bahwa 3 isu global yang menghantui resesi dunia atau slow down dari global growth adalah satu harga minyak yang teramat tinggi, yang kedua krisis keuangan yang masih belum selesai, sampai kapan selesainya, siapa yang paling banyak jadi korban, we don’t know yet, masih moving, indeks harga saham, kurs, dan semua kebangkrutan dari perusahaan-perusahaan tingkat global yang dipacu dari kredit macet di Amerika Serikat, dan mismatch dari supply dan demand baik itu dari minyak dan gas maupun pangan akhirnya inflasi terjadi. Those three issues memukul langsung ekonomi-ekonomi semua negara.
Saya mengikuti dari media cetak dan elektronik, hampir semua negara menghadapi isu yang sama. Dua minggu yang lalu saya bertemu dengan para pemimpin, ada Presiden Afrika selatan, Presiden Iran, beberapa perdana menteri, Presiden Palestina, Sudan, Libanon, dan lain-lain. Apa yang dipikirkan pangan, apa yang dikeluhkesahkan energi, minyak, gas, listrik, sama, subsidi, sama, jadi bukan khas Indonesia. Bertekadkan mari kita bekerja lebih bagus untuk mengatasi masalah ini. Itu masalah, masalah tidak akan selesai kalau dibiarkan, masalah tidak akan selesai kalau hanya diikuti hanya dengan saling salah-menyalahkan, menghujat, mencerca, menonton, tidak. Pemerintah mengajak semua pihak terutama dunia usaha, mari kita bersatu seperti ajakan Pak Sofyan Wanandi tadi bekerja bersama from now on, bekerja ke depan agar negara kita selamat, agar rakyat kita tidak mengalami penderitaan yang berat, dengan cara-cara yang benar, tetapi kita perjuangkan dengan gigih.
Pemerintah telah melakukan tiga hal besar yang sekarang sedang berjalan, saya meminta dukungan saudara-saudara atas keberhasilan tiga hal ini, yang pertama, dua bulan yang lalu sudah saya keluarkan kebijakan stabilisasi harga pangan, ini yang paling pokok menyangkut hajat hidup rakyat kita, caranya ada sejumlah instrumen fiskal yang kita berlakukan untuk ekspor atau impor agar pada akhirnya komoditas pangan itu jatuhnya kepada rakyat, kepada end consumer. Itu tidak terlalu mahal. Itupun kami keluarkan dari APBN untuk subsidi komoditas pangan langsung, itupun kami keluarkan dari APBN menambah jumlah beras, beras untuk saudara-saudara kita yang miskin dan setengah miskin, tujuannya apa? Sekali lagi agar turun dan nanti stabil. BUMN mengeluarkan uang total 1.2 trilyun untuk membantu meringankan saudara-saudara kita yang menderita akibat kenaikan pangan, kita mainkan juga BUMN, saya berharap corporate social responsibility dari saudara-saudara sebagian tolong alihkan untuk membantu saudara-saudara kita yang mengalami masalah akibat kenaikan pangan ini. Situasi pangan terus dinamis, harga pangan di luar negeri sekarang jauh lebih tinggi dibandingkan harga beras di dalam negeri, harga minyak CPO sudah tahu sendiri, ada yang kita ekspor, ada yang kita impor, paket kebijakan stabilitasi pangan sangat-sangat penting, agar keadaan sosial kita tidak bergejolak, agar lebih teduh supaya stabilitas politik dan keamanan tidak terganggu, agar dunia usaha bisa berusaha dengan baik. Mari kita sukseskan langkah-langkah stabilisasi harga pangan ini. Yang kedua, yang pemerintah lakukan, kami sedang bekerja bersama-sama dengan DPR RI untuk mengamankan, menyelamatkan APBN, mengapa? Dengan harga minyak mentah crude itu 100 dollar per barrel dan kadang-kadang lebih, subsidi kita membengkak, kalau tidak kita atasi, tidak kita sesuaikan dengan APBN, perubahan collaps, oleh karena itulah kita susun, kita design kembali agar selamat dan kredibel. Design atau policy APBN sejak dua tahun yang lalu telah saya tetapkan dengan tiga komponen utama, pertama tugas-tugas pemerintahan umum harus tetap berjalan, bisa kita kurangi kalau kita harus menghemat dalam keadaan seperti ini, tapi minimum essential fund untuk mereka harus kita berikan, bayangkan kalau kepolisian kita tidak dapat anggaran yang cukup, bagaimana menjaga stabilitas, keamanan publik, memerangi kejahatan dan lain-lain. Demikian juga, lembaga-lembaga pemerintah pusat dan daerah. Itu komponen yang pertama.
Komponen yang kedua, ekonomi harus tetap tumbuh, kalau tidak tumbuh lebih parah lagi keadaan negara kita itulah infrastructure building, mendapatkan alokasi yang porsi pemerintah, yang porsi swasta mari kita bekerja sama to build infrastructure agar ekonomi bisa lebih cepat lagi. Komponen kedua itu. Komponen ketiga, social safey nett harus kita pikirkan, melindungi yang lemah, to protect the poor, to protect the weak, sehingga kalau ada penghematan disana-sini dalam APBN yang sedang dirampungkan dengan DPR ini kita pastikan tiga pilar itu tetap kita pertahankan, harus, dengan demikian kita punya arah.
Yang kedua, kebijakan utama menghadapi krisis harga minyak yang kita lakukan, tolong didukung dan sukseskan, kita batasi apa namanya volume yang digunakan, masih banyak pemborosan, pemborosan BBM, pemborosan listrik, pemborosan air, pemborosan telpon dan lain-lain, terutama barangkali jajaran pemerintah karena merasa tidak bayar, harus hemat, di luar negeri, dijatah, dicatu, kita harus punya instrumen mengurangi, bayangkan 1 liter minyak tanah subsidi kita sekitar Rp. 7000, satu tahun kita keluarkan 9 juta kilo liter minyak tanah, 9 kali 7 berapa? Rp. 63 trilyun, kalau bengkak lagi, ada penyimpangan, ada pemborosan begini sampai 10 juta tambah berapa, that’s enough pikirkan, subsidi, subsidi tidak ditabukan kalau untuk melindungi rakyat kita, tapi subsidi untuk pemborosan, itu tidak bertanggung jawab, mari kita berhemat betul agar subsidi ini rasional dan reasonable.
Yang ketiga, kita ingin mendiversifikasi sumber energi kita, jangan semua dari BBM, ada gas, ada batubara, ada geothermal, ada wind, ada hydro, ada hybrid dan lain-lain. Kita ingin meningkatkan produksi migas, sumur-sumur yang marginal, yang dulu harga minyak misalkan 40 dollar per barrel, Pak Ramli pernah memimpin Pertamina saya kira tahu mungkin sumur-sumur yang marginal tidak ekonomis tetapi kalau harganya sekarang 100 dollar per barrel bisa menjadi ekonomis, kita ingin meningkatkan produksi minyak dan gas setelah Cepu, manalagi, manalagi, saya mengajak semua pihak janganlah menghambat-hambat sesuatu yang bikin baik negeri kita, bikin selamat ekonomi kita, kepentingan orang seorang, kepentingan politik untuk, kalau itu menganggu semua yang kita lakukan kasihan rakyat, kasihan rakyat, mari, saya senang dengan kata-kata Pak Sofyan, ayo kita dengan jernih berpikir, bersatu padu, kita kesampingkan kepentingan yang lain, rakyat kita, negara kita. Itu tiga kebijakan, stabilisasi harga pangan, penyelamatan APBN, dan upaya mengatasi krisis energi.
Saya mohon dukungan dari dunia usaha, memberikan kontribusi atas tiga pelaksanaan kebijakan tadi. Dalam keadaan krisis, dalam tanda kutip ini cari peluang, temukan peluang, ubah dari crisis to opportunity, mungkin belum ketemu siang ini, nanti malam, besok, pikirkan saudara-saudara, you are the innovators, biasanya banyak sekali gagasan-gagasan, ubah masalah ini, the crisis, menjadi opportunities, sebagai contoh ternyata harga pangan makin mahal, kita mengimpor terigu, kedelai....dengan nanti policy yang tepat, yang bagus, yang win-win gitu, nah ini membikin opportunity bagi saudara, silahkan apa saja yang akan dimasuki agrobisnis, agroindustri, petani atau pertaniannya dimekanisasi, yang penting out put nasionalnya saya ingin naik tiap tahunnya. Beras, gula, jagung, kedelai, daging, dan seterusnya, bikin, think about that, do invest, yang out put nya meningkatkan produksi pangan karena secara global harga pangan akan naik terus, best opportunity.
Yang kedua, peningkatan produksi migas, sumur baru, sumur marginal, silahkan, hitung, kalkulasikan, go or no go, cocok masuk. Mari kita ambil opportunity sehingga domestic production makin tinggi, sekarang kita memproduksi hanya satu juta barrel per hari, dulu pernah 1.4, 1.3, kita ingin memacu lagi our dream age, mudah-mudahan 3-4 tahun bisa kembali 1.2, mudah-mudahan 1.3, bisa kalau kita bareng-bareng untuk meningkatkan domestic production, oil and gas. Lantas panas bumi mengapa tidak? Kalau kita hanya menggunakan listrik luar biasa mahalnya, tidak mungkin kita menaikkan TDL yang membebani rakyat kecil, tapi mahal mari kita bangun, geothermal kita itu terbesar di dunia, yang dikembangkan less than 5%, mari ajak negara-negara sahabat, partner, berpatner dengan saudara, mengembangkan geothermal agar ada suatu sumber baru untuk listrik kita.
Listrik menjadi banyak persoalan di banyak negara, setiap saya ketemu dengan pengusaha, dalam dan luar negeri, please invest di bidang power plan, PLN saya minta yang kenceng, jangan lambat, jangan menghambat, ajak semua untuk bersama-sama membangun pembangkit listrik yang baru. Kita baru punya 25 ribu mega watt, kita ingin tambah 10 ribu mega watt belum cukup juga itu, karena demand begini terus, ndak mungkin mari kita berpikir, terigu, saya kemarin mencoba makanan pengganti terigu, singkong dicampur terigu sedikit, jadi mie, jadi kripik, sama rasanya dengan terigu, mengapa kita tidak berinovasi, ada research, ada development, ada inovasi saudara, mengapa tidak mengganti subsidi terigu, kita bukan penghasil terigu, ndak bisa compete dengan negara-negara lain, itu opportunity dan banyak lagi, saudara lebih jago dibandingkan saya untuk mencari peluang-peluang baru dalam pengembangan ini semua change the crisis into opportunity, that’s my message, itu pesan saya kepada saudara-saudara. Saudara punya modal, saudara punya, pengalaman, saudara punya apa namanya sumber daya yang banyak sekali, ressources, jangan sia-siakan kesempatan ini, kalau kita ikut susah, ikut gelap, sudah rusak negara kita, ayo cari kesempatan itu.
Terakhir, permintaan khusus saya, ditengah-tengah suasana seperti ini, meskipun pemerintah terus bekerja siang dan malam untuk mengatasi masalah ini, tolong dari CSR saudara bantu rakyat yang sedang memerlukan, termasuk para buruh yang bekerja di tempat saudara untuk meringankan beban akibat kenaikan harga pangan. Kalau itu dilakukan insya Allah semua akan tulus ikhlas untuk bekerja bersama-sama. Itu harapan saya, harapan kita semua, semoga Tuhan Yang Maha Besar meridhoi niat baik kita ini, saya percaya sekali lagi dengan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan kerja keras kita bersama-sama masalah apapun dapat kita selesaikan dan saya percaya negara kita, tahun-tahun mendatang, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, 15 tahun lagi akan jauh lebih baik dari masa sekarang ini.
Dengan pesan, harapan, dan ajakan itu maka seraya memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Musyawarah Nasional ke VIII Asosiasi Pengusaha Indonesia dengan resmi saya nyatakan dibuka.
Sekian
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI