Presiden menjelaskan, upaya penanganan bencana asap ini terasa lama karena wilayah yang terbakar sangat luas yakni 1,7 hektar, ditengah terjadinya kekeringan El Nino sehingga belum terjadi hujan. Demikian sebagaimana yang dilansir dalam siaran pers Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana.
Dari 1,7 juta areal terbakar itu, di Pulau Kalimantan 770 ribu ha, 35,9% diantaranya lahan gambut. Sedangkan di pulau Sumatera, areal terbakar seluas 593 ribu ha, 45,9% diantaranya lahan gambut dan 221.704 ha areal terbakar berada di Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk mempercepat pemadaman api, pemerintah menerima bantuan pesawat yang berasal dari Malaysia, Singapura, Rusia, dan Tiongkok. Pesawat-pesawat itu ada yang memliki kapasitas 12.000-15.000 liter.
"Kita akan fokus mengerjakan yang titik apinya paling banyak yaitu di Sumatera Selatan, karena asap yang masuk kesini itu berasal dari sana," ujar Presiden.
Presiden juga telah bicara melalui telepon dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei yang tengah berada di Sumatera Selatan untuk melakukan koordinasi penanganan bencana asap.‎ "Target mereka kira-kira dua minggu. Karena dengan kapasitas water bombing yang lebih besar diharapkan lebih cepat tertangani," ucap Presiden.‎‎
Presiden juga menegaskan bahwa bencana asap yang terjadi saat ini banyak disebabkan kebakaran di lahan gambut. Karakteristik yang unik dari gambut menyebabkan sulitnya usaha untuk memadamkan api di lahan gambut. "Karena di atasnya kelihatan sudah padam, tapi dibawahnya masih membara," ungkap Presiden.
Oleh sebab itu, solusi untuk mengatasi kebakaran di lahan gambut itu dengan membuat kanal bersekat dan di sisi kanan dan kirinya diberi stok air dengan embung. Dengan cara itu dilakukan pembasahan (re wetting) lahan gambut.
Sekat kanal bersama embungnya selain dibuat di lokasi bekas kebakaran, Desa Rimbo Panjang, Kemacetan Tambang, Kabupaten Kampar juga telah dikerjakan di Pulang Pisang Kalimantan Tengah, lokasi yang telah dikunjungi Presiden pada bulan September lalu.
"D‎i tempat-tempat yang bergambut sekarang saya instruksikan untuk dibangun kanal bersekat dan embung. Semuanya dalam proses," pungkas Presiden.‎‎ (Humas Kemensetneg)