Pemerintah Ubah Strategi Penerbitan SUN

 
bagikan berita ke :

Senin, 14 April 2008
Di baca 891 kali


Dia melanjutkan, sebelumnya pemerintah menggunakan strategi supply driven dengan porsi lebih banyak atau supply and demand driven secara berimbang. "Sekarang ini strategi kami adalah lebih banyak porsi untuk demand driven. Pasar menghendaki bentuk apa yang ingin diterbitkan, baru kami lelang," kata Rahmat di Jakarta pekan lalu.

Jika investor menginginkan pemerintah menerbitkan surat utang tertentu yang berbunga variabel atau tetap dengan tenor tertentu, surat utang jenis itu yang akan diterbitkan. "Jadi pemerintah betul-betul mengikuti saja kemauan pasar," kata Rahmat.

Dalam memutuskan penerbitan surat utang, pemerintah tidak asal-asalan. Penerbitan surat utang harus berdasarkan permintaan pasar. "Kami tidak bisa memakai strategi supply driven karena itu akan merusak pasar," katanya. Pemerintah tidak ingin merusak pasar karena di masa depan akan lebih bergantung pada pasar.

Ekonom yang juga anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat, Dradjad Hari Wibowo, mengatakan kepercayaan pelaku pasar atas kemampuan pemerintah mengelola anggaran pendapatan dan belanja negara telah merosot. Ini lantaran pasar mengetahui bahwa penerbitan surat utang untuk membiayai subsidi dalam anggaran yang menelan porsi besar. Akibatnya, pasar enggan memegang aset berdenominasi rupiah, baik saham maupun obligasi. Ini membuat pemerintah harus membayar bunga lebih mahal. "Bunga itu secara langsung menjadi beban APBN," kata Dradjad.

Beruntung, Dradjad melanjutkan, revisi APBN dilakukan lebih awal sehingga pasar bisa membuat perhitungan lebih awal. Pasar sudah tahu bahwa pemerintah akan menerbitkan surat utang sekitar US$ 14 miliar sehingga mereka bisa memperhitungkan kekuatan pasar. "Kalau itu terlambat tiga bulan lagi sementara stabilisasi di Amerika Serikat masih terkatung-katung, investor akan minta bunga lebih besar," kata dia. Pemerintah, dia melanjutkan, harus bisa meyakinkan investor agar tidak melakukan redemption. Dradjad juga menyarankan Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga acuan 25 basis point untuk menahan pelarian modal.

 
 
 
 
 
Sumber:
http://www.korantempo.com/korantempo/2008/04/14/Ekonomi_dan_Bisnis/krn,20080414,25.id.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0