Pemimpin Tanpa Ideologi, Tidak Punya Arah

 
bagikan berita ke :

Selasa, 22 September 2015
Di baca 3140 kali

Ideologi kita sama, Pancasila, tapi cara penerapannya berbeda. Ada yang melalui gerakan perubahan restorasi Indonesia, ada juga dengan cara-cara lain. “Tapi saya sebagai seorang presiden juga harus mempunyai ideologi yang jelas. Apa itu? Berdaulat berdikari dan berkepribadian,” kata Presiden, sebagaimana dilansir dari Tim Komunikasi Presiden.

 

Indonesia memiliki tiga kesempatan untuk membuat fondasi yang kuat, yakni pertama saat terjadi booming minyak tahun 1970-1980 dan hesempatan kedua terjadi saat booming kayu. Akan tetapi kedua kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan untuk membuat fondasi yang kokoh.  Kesempatan ketiga adalah kesempatan emas, yaitu minerba kita. “Oleh sebab itu inilah yang harus kita gunakan untuk membuat fondasi negara kita, agar ekonominya kokoh,” ujar Presiden. 

 

Kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang mengalami perlambatan ekonomi, yaitu sesuatu hal yang berbeda dengan krisis ekonomi, dimana pertumbuhan kita mengalami perlambatan dari 5,01 persen menjadi 4,7 persen. “Kalau dilihat dalam global dunia, kita masih pada posisi lima besar terbaik,” ujar Presiden.

 

Perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini dapat dikelola dengan baik, bila kita mengedepankan nilai-nilai kegotongroyongan dan persatuan. Bahkan pada tahun depan akan tumbuh lebih baik dari tahun ini. “Tapi memang butuh kebersamaan kita semuanya,” ujar Presiden Joko Widodo.

 

Tantangan pertama yang dihadapi seorang pemimpin adalah menjaga dan melindungi kedaulatan kita. Tahun lalu kita kehilangan Rp300 triliun di laut karena illegal fishing, tapi dengan Menteri Kelautan dan Perikanan yang ada dalam Kabinet Kerja, 100 kapal penangkap illegal fishing sudah ditenggelamkan. “Ini untuk apa? Untuk beri peringatan bahwa yang ada di laut kita itu milik bangsa kita dan oleh sebab itu harus dipertahankan,” tegas Presiden.

 

Tugas melindungi dan mempertahankan kedaulatan itulah yang akan menjadi tugas calon kepala daerah nantinya. Tantangan itu adalah begitu besarnya impor pangan. Tahun 2014 impor yang terjadi sebesar 7,4 juta ton gandum, 3,2 juta ton gula, 3,3 juta ton jagung. Presiden menjelaskan bahwa banyaknya impor itulah yang menyebabkan kegoncangan neraca perdagangan, karena bila kita mengimpor maka transaksinya dalam USD. “Tugas Bapak dan Ibu semuanya di daerah, sehingga ke depan tidak ada impor beras, kedelai, jagung,” kata Presiden.

 

Faktor lainnya yang harus diperbaiki di bidang pangan adalah saluran irigasi, karena banyak yang tidak berfungsi dengan baik. Untuk itu, Presiden meminta agar para bakal calon pimpinan daerah ini agar memberikan perhatian kepada irigasi untuk sawah, dan pemeliharaan waduk. “Jangan lagi buat kantor Bupati yang mewah, yang namanya bekerja harus ada prioritas,” ucap Presiden.

 

Presiden bercerita bahwa bila dirinya bertanya kepada kepala negara tentang apa yang penting bagi suatu negara? Maka jawaban mereka adalah pertama, stabilitas keamanan, kedua, stabilitas politik, dan ketiga, kerjakan infrastruktur. “Dengan infrastruktur itu nantinya yang namanya distribusi logistik dan transportasi lebih murah,” ujar Presiden.

 

Kita harus menghindari antrean di pelabuhan, sehingga pelabuhan harus diperbesar, harus diperbaiki dan kapal-kapal penyeberangan harus dibeli. “Mau tidak mau fokusnya harus ke sana,” ucap Presiden.

 

Masalah lain yang menjadi perhatian Presiden adalah gini ratio yang sudah mencapai 0,41 persen yang menunjukkan semakin lebarnya kesenjangan sosial yang terjadi. Kesenjangan seperti ini harus dihindari, karena pembangunan harus dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. “Paling gampang dilihat di Jakarta. Ada gedung tinggi dan ada rumah kumuh di bawahnya,” kata Presiden.

 

Saat ini, porsi anggaran untuk infrastruktur meningkat, bila tahun 2015 sebesar Rp290 triliun maka pada tahun 2016 direncanakan meningkat menjadi Rp313 triliun. Peningkatan juga dialami nilai transfer ke daerah dan dana desa. Transfer ke daerah sebesar Rp735 triliun dan Dana desa menjadi Rp47 triliun. “Anggaran-anggaran seperti ini yang akan menggerakkan desa, menggerakkan daerah,” kata Presiden.

 

Beberapa pembangunan yang akan dimulai adalah 49 bendungan di Nusa Tenggara Timur dan Aceh. NTT mendapat perhatian karena sulitnya air di daerah itu, sehingga di NTT akan dibangun 7 bendungan. “Tanpa itu tidak mungkin bisa memanen dan beternak, karena ternak perlu makanan hijau-hijauan,” ujar Presiden.

 

Pembangunan jalan tol, pembangkit listrik, dan pelabuhan juga sudah dimulai di beberapa titik. Listrik diperlukan karena tanpa listrik industri tidak akan bergerak, tanpa listrik anak-anak tidak bisa belajar di malam hari. “Tanpa listrik usaha kecil, mikro di kampung, juga tidak akan bisa berproduksi,” kata Presiden.

 

Presiden juga mengingatkan bahwa yang paling penting ke depan adalah menumbuhkan lagi nilai saling menghormati, menumbuhkan lagi nilai kesantunan kita, dan tata krama kita. “Karena dalam sekian tahun ini, kita kehilangan nilai-nilai itu,” ucap Presiden.

 

Kita, kata Presiden, harus dapat menumbuhkan lagi rasa kebersamaan, saling menghormati, gotong-royong, keramahan untuk menjauhkan kita dari nilai-nilai yang sekarang ini menapak, seperti saling ejek, mencemooh, dan saling menghina. “Tidak ada lagi rasa menghormati, itulah yang akan membahayakan negara yang kita cintai ini,” kata Presiden. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
2           0           1           0           0