Pengantar Presiden RI - Sidang Paripurna Kabinet Kerja, Jakarta, 23 Desember 2015

 
bagikan berita ke :

Rabu, 23 Desember 2015
Di baca 992 kali

PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SIDANG PARIPURNA KABINET KERJA

KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

23 DESEMBER 2015

 

 

 

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,

Selamat sore,

Salam sejahtera untuk kita semuanya,

 

Pak Wapres, Bapak-Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

 

Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh dengan tantangan, mulai dari perlambatan ekonomi dunia, turunnya harga komoditas, kebakaran hutan dan lahan gambut yang melanda kita, serta merosotnya nilai tukar.

 

Namun di tahun 2015, kita juga telah membangun fondasi yang baik, fondasi yang kuat. Dalam politik anggaran, kita juga telah mengalihkan subsidi BBM untuk program-program yang langsung bermanfaat bagi rakyat, bagi masyarakat. Kita juga telah melakukan percepatan-percepatan pembangunan infrastruktur, baik berupa jalan tol, jalur kereta api, pembangunan bandara, pembangunan pelabuhan.

 

Dan kita juga telah mengubah haluan: membangun sebuah Indonesia-sentris, bukan Jawa-sentris, membangun daerah terluar, membangun dimulai dari daerah terdepan, daerah tertinggal. Dan dengan fondasi itu, saya ingin agar pada tahun 2016 kita bisa melangkah, bisa lari lebih cepat lagi, bekerja lebih keras lagi karena tantangan 2016 juga tidak kalah beratnya dengan tahun 2015.

 

Ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih, perlambatan ekonomi dunia kita harapkan sudah tidak terjadi lagi. Kita juga menghadapi era persaingan, era kompetisi yang semakin ketat. Di tingkat regional—kita tahu semuanya—kita telah memasuki ASEAN Economic Community. Untuk itu, di dalam sidang paripurna pada sore hari ini, saya ingin menekankan beberapa hal yang menjadi perhatian para menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian, TNI-Polri.

 

Yang pertama, Anggaran 2016 yang telah didedikasikan kepada rakyat betul-betul agar kita jaga, dan kita jaga agar berjalan secara efektif, dan dimulai pada Januari 2016 seperti yang sudah sering saya sampaikan, terutama untuk belanja-belanja modal. Kita telah berkomitmen meningkatkan anggaran pendidikan sampai 25,5%, anggaran infrastruktur meningkat 76,2%, anggaran kesehatan meningkat 75,4%, dan semua itu harus segera direalisasikan pada awal tahun.

 

Kondisi yang sekarang ini adalah kondisi yang sangat baik. Kepercayaan sudah ada. Investasi yang akan masuk antre. Kondisi dolar-rupiah juga stabil. Kesempatan ini hanya tinggal kita bisa menyelesaikan menjadi sebuah gol atau tidak.

 

Dan saya telah mendapatkan informasi tadi pagi bahwa Kementerian PU-Perumahan Rakyat telah melaksanakan lelang pra-DIPA sebesar 42%. Saya kira ini sangat bagus sekali. Kementerian ESDM 34%. Kalau ada koreksi, tolong dikoreksi. Kementerian Perhubungan 31%, dan kementerian-kementerian yang lainnya, yang saya harapkan juga nantinya bisa disampaikan, baik Kementerian KKP misalnya, yang gede-gede, yang langsung bersentuhan dengan rakyat, Kementerian Pertanian.

 

Saya ingin, sekali lagi, para menteri, terutama yang mendapatkan alokasi dana besar dari APBN, harus mempercepat realisasi anggaran di awal tahun 2016 untuk menjaga, sekali lagi, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sekarang ini betul-betul berada pada kondisi yang perlu kita dorong lagi, agar pada tahun 2016, sesuai dengan rencana, kita bisa naikkan menjadi 5,3%.

 

Saya juga sudah sampaikan ini kepada para gubernur, bupati, dan wali kota agar 37% APBN yang dialokasikan ke pemerintah daerah, itu juga harus segera direalisasikan. Saya juga minta Menteri Keuangan untuk memberikan data bagi yang masih ada di bank-bank daerah. Berapa triliun? Dan juga agar banyak program ini ditujukan untuk yang padat karya. Hal ini berkali-kali saya tegaskan karena ekonomi yang baik di awal 2016 ini akan memberikan sinyal yang positif bagi sektor swasta, dan kita harapkan bisa memacu investasi, memacu pertumbuhan sektor swasta kita.

 

Yang kedua, juga sudah sering saya sampaikan bahwa kerja kita harus fokus pada lima indikator penting. Yang pertama, pertumbuhan ekonomi; kedua, pengendalian inflasi; yang ketiga, penanggulangan kemiskinan; yang keempat, penyerapan tenaga kerja dan mengatasi pengangguran; kelima, masalah kesenjangan atau ketimpangan ekonomi. Ini harus terus dimonitor, terus dipantau pencapaian lima indikator itu dari hari ke hari, dari bulan ke bulan.

 

Yang ketiga, pada awal tahun depan—tadi sudah saya sampaikan—kita akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN. Ini adalah kesempatan dan juga sekaligus tantangan. Sudah sering saya sampaikan bahwa kita tidak boleh terus-menerus menjadi jago kandang. Saya kira ini Menteri BUMN bisa mendorong agar Masyarakat Ekonomi ASEAN ini betul-betul bisa kita gunakan untuk melangkah, untuk memperkuat daya saing kita, daya saing industri kita, baik di BUMN maupun di swasta, memperkuat daya saing UMKM kita, dan mendorong ekspor kita.

 

Kita tidak perlu ragu, tidak perlu khawatir. Sekali lagi, yang paling penting menurut saya bagaimana yang kurang itu diperbaiki, yang belum baik itu diperbaiki, yang belum efisien itu diefisienkan, yang tidak mempunyai daya saing itu diberikan injeksi agar mempunyai daya saing yang baik.

 

Yang keempat, saya minta semua menteri juga memberi perhatian pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kemiskinan dan ketimpangan sosial. Saya perlu mengingatkan, Gini ratio kita terus menanjak, dan sampai saat ini angkanya 0,41. Hal ini menjadi perhatian global, dan saya kira kita semua sudah diinformasikan dari Bank Dunia mengenai ini.

 

Dan melalui Kerangka Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), kita terlibat dalam perumusan tujuan, target, dan indikator, dan kiat pelaksanaan dalam kerangka SDGs. Saya melihat Nawacita dan Prioritas Pembangunan Nasional sejalan dengan komitmen 17 Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan, sehingga yang perlu kita lakukan adalah menjalankan prioritas nasional secara baik dan efektif.

 

Penanggulangan kemiskinan, terutama memperkuat daya beli rakyat miskin, ini juga berkaitan dengan pengendalian inflasi. Ini sangat penting. Saya perlu mengingatkan kepada semua kementerian yang terkait dengan ini, terutama Menteri Keuangan.

 

Dalam hal conditional cash transfer, yang saya lihat di Brazil, itu satu persen dari GDP-nya mereka. Jadi kalau kita sekarang ini conditional cash tranfer, kalau kita mau cepat mengatasi masalah kemiskinan, kurang lebih berarti 110 triliun ya kan? Nah, tolong berikan catatan untuk menjadi bahan kita pada tahun berikut.

 

Saya juga ingin mengingatkan, masalah beras yang menjadi penyumbang angka inflasi tertinggi, sekitar 30%, dibandingkan dengan kategori nonberasnya itu. Masalah ini hati-hati. Kenapa tiap pagi saya telepon Kabulog, saya telepon Menteri Perdagangan, Menteri BUMN, dan Menteri Pertanian? Karena ini betul-betul memang harus diperhatikan. Jangan sampai ada yang namanya harga beras itu merangkak naik. Dan untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi harga pangan karena ini akan menyangkut masalah penanggulangan kemiskinan.

 

Demikian beberapa hal yang perlu saya sampaikan, dan saya minta apa yang sudah saya sampaikan tadi bisa menjadikan garis untuk kerja kita bersama di 2016.

 

Terima kasih, dan waktu saya berikan kepada Pak Wakil Presiden.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden