Pengantar Presiden RI pada Acara Sidang Kabinet Paripurna, Jakarta, 26 Juli 2012

 
bagikan berita ke :

Kamis, 26 Juli 2012
Di baca 814 kali

 

PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

SIDANG KABINET PARIPURNA

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

TANGGAL 26 JULI 2012

 

 

 

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Saudara Wakil Presiden dan peserta Sidang Kabinet Paripurna yang saya cintai,

Alhamdulillah
, seraya kita menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan ini, bagi yang beragama Islam, kita dapat terus menjalankan tugas kita untuk meningkatkan kinerja pemerintahan yang saya pimpin, yang kita jalankan secara bersama.

 

Sidang Kabinet kita hari ini memiliki agenda utama, yaitu untuk mendengarkan presentasi tentang Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan Postur RAPBN tahun 2013. Sebagaimana Saudara ketahui, insya Allah pada tanggal 16 Agustus mendatang, malam hari, setelah pagi harinya saya menyampaikan Pidato Kenegaraan, akan saya sampaikan Pidato Penyampaian RAPBN Tahun 2013 beserta Nota Keuangannya dalam sesi gabungan DPR RI dan DPD RI. Nanti Menteri Keuangan akan mempresentasikan dalam Sidang Kabinet ini, pokok-pokok kebijakan fiskal dan postur RAPBN kita.

 

Namun sebelumnya, ada tiga hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, akibat kekeringan yang luar biasa di Amerika Serikat dan beberapa negara yang lain, bahkan dikatakan ini kekeringan terburuk dalam kurun waktu 50 tahun, maka berpengaruh kepada produksi tanaman dan juga ternak di negeri itu. Yang paling terkena adalah menurunnya produksi kedelai, jagung, dan bahkan berimbas pada ternak dan susu. Sementara, permintaan terhadap komoditas seperti itu pada tingkat dunia tidak menurun, bahkan meningkat, contohnya, Tiongkok itu mengkonsumsi kedelai yang luar biasa besarnya.

 

Ditambah dengan kompleksitas perekonomian dunia sekarang ini yang sedang tidak baik, situasi geopolitik, perubahan iklim, dan lain-lain, maka sebagaimana yang kita ikuti setiap hari, apa yang diberitakan oleh media internasional, maka dunia kembali menghadapi tantangan terhadap ketersediaan komoditas pangan, yang tentu saja berpengaruh kepada harga dari komoditas pangan itu.

 

Di tanah air kita juga sudah mulai terasa. Saya menerima SMS. Saudara juga demikian. Menko Perekonomian dengan jajarannya juga sudah bekerja, untuk bersama-sama mengatasi dan mencari solusi atas meningkatnya harga sejumlah bahan pokok itu. Kalau kenaikan bahan pokok itu berkaitan dengan datangnya bulan Ramadan dan menghadapi Idul Fitri, yang disebut dengan seasonal price, Inggris, itu memang terjadi setiap tahun di negeri kita. Tapi, yang saya sampaikan ini lebih dari itu. Memang ada kenaikan harga komoditas global. Yang sangat dirasakan sekarang kedelai. Kita ketahui, misalnya tahun lalu harganya berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per kilogram, sekarang sudah mencapai Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilogram. Ini tentu memberikan persoalan bagi para perajin tahu dan tempe utamanya.

 

Oleh karena itu, kita harus melakukan sejumlah langkah, baik jangka pendek, maupun jangka menengah, dan panjang. Jangka pendek telah kita putuskan, dalam rangka stabilisasi harga, maka akan kita bebaskan untuk sementara bea masuk impor kedelai yang berjumlah sekitar 5%, sehingga diharapkan bisa mengurangi kenaikan harga itu.

 

Perlu Saudara ketahui, dan ini menyangkut sasaran jangka menengah, kita memang harus meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Terus terang, nett-nya masih belum positif. Setiap tahun, kita mengkonsumsi kedelai 2,2 juta ton kedelai. Sedangkan, produksi kita hanya berkisar sekitar 800 sampai 850 ribu ton kedelai, sehingga nett-nya cukup besar, 1,4 juta ton kedelai. Mengapa tidak subur? Karena petani tentu memilih komoditas yang memiliki harga jual yang lebih tinggi, dan itu logis.

 

Ketika misalkan menanam beras, harganya lebih baik, ataupun sumber pangan yang lain juga demikian, tentu tidak terdorong untuk menanam kedelai. Oleh karena itu, jangka menengah dan jangka panjang mari kita pikirkan, untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Sudah saatnya BUMN pangan ataupun siapa nanti, dengan kita sediakan lahan yang cukup, untuk betul-betul bisa memproduksi kedelai ini. Karena, kalau kita melihat pertumbuhan penduduk secara dunia, termasuk perkembangan demand terhadap pangan akan terus naik. Oleh karena itu, solusi yang harus kita pilih adalah solusi jangka pendek, saya sebutkan tadi, dengan instrumen fiskal. Dan kemudian jangka menengah dan panjang, tidak ada alternatif kecuali meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai. Ini juga berlaku bagi komoditas yang lain.

 

Berkaitan dengan itu, tadi dalam Rapat Terbatas kita bahas juga. Saya berpikir dan mendapatkan dukungan dari yang ikut tadi, Bulog, itu harus kita revitalisasi dan kita fungsikan kembali kepada sejarah dan niat didirikannya Bulog dulu, untuk stabilisasi harga. Tentu saja, tidak semua harga harus kita stabilkan. Di samping tidak mungkin, bisa tidak efisien ekonomi kita. Tetapi untuk komoditas utama, menurut saya, patut untuk dijaga stabilisasinya. Tentu, Bulog yang baik governance-nya, yang efisien, yang responsif, dan segala persyaratan bagi sebuah institusi semacam Bulog, dengan kita tugasi kembali menjaga stabilitas harga, tentu akan lebih fokus, dan tidak harus mengejar keuntungan sebagaimana posisinya yang sekarang ini. Tentu sehat. Tentu juga efisien.

 

Itu yang kita harapkan. Dan, saya serahkan kepada tim untuk segera mengkaji dan jangan terlalu lama, komoditas apa yang perlu kita tugasi Bulog untuk menjaga stabilitas harganya. Yang jelas, beras, kemudian kedelai, barangkali jagung, apa lagi nanti yang kira-kira betul-betul itu sangat diharapkan oleh rakyat kita.

 

Sementara itu, dalam keadaan seperti ini, saya menyeru kepada dunia usaha, utamanya para importir kedelai, tidak banyak di negeri kita ini, marilah kita bekerja sama dengan baik untuk rakyat kita. Jadi kalau sudah kita bebaskan bea masuknya, harapan kita, satuan, harga persatuan kedelai itu pada konsumen akhir, ya, yang lebih bisa dijangkau oleh rakyat kita. Itu soal pertama. Saya sampaikan kepada Saudara semua dan melalui pers, tolong juga disampaikan kepada rakyat. Kita mengelola, kita ingin menjaga stabilitasnya, dan melakukan segala sesuatunya yang dapat kita lakukan, terutama jangka pendek, dan tentunya nantinya jangka menengah dan jangka panjang.

 

Saudara-saudara,

 

Hal kedua adalah berkaitan dengan situasi keamanan dunia yang sekarang sedang menjadi perhatian bersama. Dua-tiga jam yang lalu, saya mendengarkan statement Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, di Bosnia Herzegovina, yang menyeru agar para pemimpin dunia segera melakukan tindakan bersama untuk menghentikan yang disebut dengan krisis dan tragedi kemanusiaan di Suriah.

 

Saya kira Ban Ki-moon bukan yang pertama kali ini, sudah beberapa kali. Sementara itu, Saudara-saudara, sebenarnya kita sudah melangkah lebih jauh. Sebelum ada seruan dari Sekjen PBB hari ini. Saudara, sudah saya sampaikan beberapa hari yang lalu, salah satu ..., sebagai salah satu world leaders, saya sudah menelepon Ban Ki-moon, saran-saran bagaimana bisa mengakhiri bloodshed yang sekarang makin meluas dan berkembang. Saya juga sudah menulis, mengeluarkan statement resmi, sudah menulis artikel di sebuah majalah ..., koran internasional untuk kiranya bisa menggerakkan semua pihak untuk tidak hanya membiarkan, tapi to take actions together, bagaimana to stop the killing, the human tragedy, apa namanya ..., the civil war yang sekarang terjadi di Suriah.

 

Saya mengatakan, dan saya kira Saudara bisa membaca artikel yang telah dibagikan. Ini tidak mungkin kalau hanya mengandalkan diplomasi, solusi politik yang dijalankan Kofi Annan. Meskipun misi Kofi Annan itu penting, meskipun enam rencana Kofi Annan yang harus diikuti itu juga benar, tapi kenyataannya tidak jalan. Kemudian, mestinya Dewan Keamanan PBB, karena dari 190 lebih negara yang bergabung di PBB, kalau soal begini, yang menentukan adalah Dewan Keamanan. Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan, yang menentukan akhirnya lima orang ..., ya negara pemegang hak veto: Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Perancis, dan Inggris. Mereka berlima belum bersepakat. Belum bersepakatnya urusan siapa yang memimpin, apakah tetap Assad atau bukan Assad. Saya mengatakan, itu sangat, apa namanya ..., sangat tidak tepat dengan situasi sekarang ini kalau hanya itu yang didebatkan dan tidak bersepakat. Justru yang sudah diputuskan, memperpanjang mandat military observers, yang itu juga tidak efektif, Saudara-saudara. Saya dengar, bahkan mau ditarik.

 

Oleh karena itu, sekali lagi, melewati rekan-rekan pers, Indonesia punya posisi, kami telah mengusulkan, lebih baik ada tindakan kolektif, syukur-syukur dipelopori lima pemegang hak veto untuk sebuah peacemaking. Peacemaking itu jangan diartikan sebagai koalisi yang menyerang sebuah negara, menyerang Pemerintahan Presiden Bashar Assad misalnya, bukan itu. Peacemaking ini adalah, di bawah bendera PBB, menghentikan peperangan saudara itu dengan kehadiran pasukan pemelihara perdamaian nantinya, termasuk military observers. Kalau itu yang dijadikan, tanpa dulu membicarakan siapa yang harus memimpin, apakah Presiden Assad harus lengser atau harus lanjut, itu nomor sekian. Yang penting, dihentikan human tragedy ini. Itu pandangan Indonesia. Dan menurut saya, time is very limited, dan tidak mungkin dunia membiarkan tank-tank, helikopter, pesawat tempur menyerangi konsentrasi penduduk, meskipun sekarang sudah sama-sama, ya, ya, keras begitu, tetapi selalu ada peluang, window of opportunity, untuk menghentikan perang saudara yang menurut saya sudah memakan korban jiwa yang besar ini. Saya persilakan untuk membaca artikel, dan itulah posisi Indonesia, sekaligus secara resmi di hadapan pers, saya merespon apa yang disampaikan Sekjen PBB Ban Ki-moon beberapa jam yang lalu di Bosnia.

 

Saudara-saudara,

 

Sedangkan yang ketiga dari saya, ini sudah dilakukan evaluasi terhadap penyerapan anggaran, anggaran Saudara-saudara, termasuk anggaran Pemerintahan Daerah. Saya berpesan dulu kepada Kepala UKP4 dan tim, untuk dibuka kepada publik. Nanti disiapkan, cari waktu di bulan Ramadan ini, jelaskan kepada rakyat Indonesia seperti apa penyerapan anggaran ini. Mana yang bagus, mana yang setengah bagus, mana yang tidak bagus. Tentu dengan penjelasan yang komplit. Di sini, Pemerintah Pusat memang mengalami pembaikan dibandingkan triwulan pertama tahun 2011 dulu, itu naik atau meningkat, ulangi, 11 dikurangi 7,55, Pendek kata, kalau tahun 2011 triwulan satu hanya diserap 7,55%, sekarang naik 11,8%. Menurut saya, mestinya lebih bisa ditingkatkan lagi, atau lebih bagus.

 

Ada sejumlah Kementerian yang bagus penyerapannya, ada di sini. Ada sejumlah kementerian yang belum, kementerian dan lembaga maksud saya. Sedangkan, pemerintah daerah hampir tidak bergerak. Ini juga saya prihatin, Saya ingin jajaran pemerintah ini, baik pusat maupun daerah, memiliki tekad yang sama, kegigihan yang sama untuk betul-betul membikin implementasi anggaran kita ini menjadi baik. Apalagi Saudara, kita merancang, tahun depan anggaran yang kita alirkan ke daerah, itu lebih besar lagi. Kalau tahun ini masih di bawah 500 triliun, tahun depan itu sudah di atas 500 triliun dalam rangka desentralisasi fiskal. Oleh karena itu, diperlukan manajemen penggunaan anggaran yang baik, baik pusat maupun daerah. Saya berharap, nanti Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri juga bisa berkomunikasi dengan para Gubernur, para Bupati, dan para Wali Kota untuk bersama-sama menggunakan anggaran ini dengan sebaik-baiknya.

 

Kemarin, waktu saya berkunjung ke Kejaksaan Agung untuk melaksanakan sidang bersama antara Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala BPN, sudah saya singgung bahwa anggaran APBN, APBD ini, pertama-tama kita rencanakan dengan baik. Setelah itu, kita gunakan dengan baik, termasuk jangan sampai ada penyimpangan-penyimpangan. Itulah semangat yang akan terus kita tingkatkan mulai tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

 

Saya kira tiga hal itulah yang saya sampaikan sebagai pengantar. Dan setelah ini, saya persilakan Menteri Keuangan untuk langsung mempresentasikan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal serta postur RAPBN tahun mendatang. Ingat, Pak Agus, sekarang pukul 17.00, ya. Jadi, mudah-mudahan sebelum Maghrib sudah selesai, sehingga tidak perlu nanti dilanjutkan setelah kita Maghrib atau pun Isya atau pun Tarawih. Usahakan sebelum Maghrib sudah selesai. Saya persilakan.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI