PENGANTAR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
SIDANG KABINET PARIPURNA
DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA
TANGGAL 18 FEBRUARI 2013
Â
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Â
Salam sejahtera untuk kita semua,
Saudara Wakil Presiden dan para Peserta Sidang Kabinet Paripurna yang saya cintai,
Alhamdulillah, hari ini kita dapat kembali melaksanakan sidang kita, dengan agenda yang sama dengan Sidang Kabinet Paripurna yang kita lakukan pada hari Kamis yang lalu, yaitu Evaluasi RPJMN 2010-2014. Minggu lalu kita telah mendengarkan evaluasi di bidang perekonomian. Ada yang telah kita capai, ada yang belum sepenuhnya kita capai, mengapa, dan kemudian solusinya seperti apa.
Hari ini kita akan mendengar dua bidang yang kemarin belum sempat dipresentasikan, yaitu bidang kesejahteraan rakyat dan bidang politik, hukum, dan keamanan.
Kita akan memberikan kesempatan kepada kedua Menteri Koordinator untuk melaporkan dan mempresentasikan hasil evaluasinya. Dan pada saatnya nanti, akan kita integrasikan dengan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Kepala UKP4, dengan demikian insya Allah dua tahun mendatang ini, jadi tahun ini dan tahun depan, yang kita laksanakan akan lebih fokus dan lebih intensif lagi sehingga kita berharap bisa mencapai sejauh mungkin sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMN.
Pengalaman dulu, tahun 2009, setelah kita jalankan RPJMN 2004-2009, sejumlah sasaran bisa kita capai, bahkan melampaui targetnya. Sejumlah sasaran, yang paling banyak, bisa kita capai sesuai dengan target, dan sejumlah hal memang belum atau tidak dapat kita capai secara penuh, dan itu bisa dijelaskan mengapanya. Antara lain karena krisis yang melanda dunia yang dampaknya juga dirasakan oleh negara kita.
Dan dua tahun mendatang ini, kita ingin sungguh mengintensifkan apa yang dilaksanakan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Bicara pemerintah, juga semua kementerian dan lembaga, dan kemudian mari pula kita pastikan bahwa APBN dan APBD itu benar-benar perumusannya, penganggarannya, alokasi dan distribusinya, dan kemudian implementasinya.
Kita mengikuti sidang para gubernur sentral dan menteri keuangan jajaran G-20 di Moskow kemarin, keuangan internasional juga menjadi sorotan, oleh karena itu, sebagai anggota G-20 dan ekonomi nomor 15 terbesar dunia by GDP Purchasing Power Parity, tentu kita berkepentingan untuk ikut berkontribusi membangun yang disebut dengan policy coordinations yang baik di antara sesama anggota G-20 maupun dengan pihak-pihak di luar G-20.
Saudara-saudara,
Namun, sebelum kita mulai agenda utama sidang kita ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal. Pertama, saya tetap menggarisbawahi, Kepala BNPB ada di sini? Tadi saya pesan untuk diundang, mungkin nanti tolong disampaikan melalui Menko Kesra saja. BNPB-Badan Nasional Penanggulangan Bencana, saya ingatkan apa yang saya sampaikan minggu lalu bahwa Indonesia belum aman. Manado diterjang banjir dan longsor, korbannya lebih dari 10 yang tewas, sementara Bojonegoro dan Jambi juga demikian.
Tadi saya sudah bicara dengan Gubernur Jawa Timur dan juga Walikota Manado agar semua bisa diatasi dengan baik. Saya tahu BNPB juga telah bekerja. Nah, namun demikian, kita harus terus waspada dan melakukan tindakan-tindakan preventif untuk mengurangi jatuhnya korban yang tidak perlu.
Untuk kawasan lumpur Sidoarjo juga tetap diawas-awasi, diamat-amati, jangan sampai dengan curah hujan yang tinggi menimbulkan luapan yang baru. Pertama, saya ingatkan kembali kewaspadaan, kesiagaan, dan langkah-langkah pencegahan berkaitan dengan bencana alam.
Yang kedua, ya meskipun alhamdulillah, pada minggu-minggu terakhir ini, atau dua bulan terakhir ini, apa yang saya amati, konflik sosial dan kekerasan horizontal yang tahun lalu sering terjadi di daerah mengalami penurunan. Tetapi, ini pun tetap belum aman, dalam arti kita harus terus berwaspada dan berusaha mencegahnya untuk tidak terjadi kembali.
Inpres telah saya keluarkan, Inpres Nomor 2 Tahun 2013, demikian juga para Gubernur, Bupati, Walikota, jajaran Kepolisian Daerah, jajaran TNI di daerah, dan semua, telah pula mengikuti Rapat Kerja Pemerintah agar mereka lebih sinergis dan lebih efektif di dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan kekerasan horizontal dan konflik komunal.
Tadi saya berbicara langsung dengan Gubernur Lampung, Gubernur Sulawesi Tengah, urusan Poso dan Palu, dan juga Gubernur Jawa Timur, urusan Madura. Dilaporkan kepada saya semuanya dalam kendali tetapi tetap saya ingatkan, jangan lengah. Saya hanya pesan saja, ini kepada para Menteri, program-program untuk daerah-daerah yang rawan konflik seperti itu, apakah program kesra, program perekonomian, jangan sampai tidak terlaksana karena itu juga bisa, apa namanya, menimbulkan permasalahan baru. Itu yang kedua.
Yang ketiga, Saudara-saudara, saya juga berharap para Menteri, ajak pula Gubernur, untuk mewaspdai, mengendalikan, dan melakukan stabilisasi atas sejumlah harga-harga sembako yang mengalami kenaikan yang kurang wajar. Dalam catatan saya, harga daging sapi, dalam dua bulan naik dari Rp.70.000 menjadi Rp.87.000. Harga bawang putih naik dari Rp.25.000 sampai atau mencapai Rp.30.000 per kilogram.
Saya sudah tahu duduk perkaranya dan masalah-masalah yang berkaitan dengan daging sapi ini, urusan impor, urusan keseimbangan dengan produksi dalam negeri, dan sebagainya. Oleh karena itu, Menteri terkait, utamanya Menteri Perdagangan, untuk terus mengecek pergerakan harga ini dengan tugas kendalikan kalau ada sesuatu yang tidak wajar.
Ajak pula para Gubernur, Saudara-saudara, saya tadi sudah berkomunikasi langsung dengan Gubernur Jatim yang juga membahas masalah kenaikan harga sejumlah sembako, Gubernur Jateng, dan juga Gubernur DKI Jakarta karena di sinilah yang sering menjadi sorotan masyarakat kita. Itu yang ketiga.
Sedangkan yang keempat atau yang terakhir, saya mengikuti wacana atau diskursus menyangkut kurikulum baru yang akan diterapkan oleh pemerintah yang telah disusun, dikembangkan, dan disempurnakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Saya berharap komunikasikan dan sosialisakan dengan baik kurikulum yang disusun itu. Jelaskan mengapa perlu dilakukan penataan dan pengembangan kurikulum itu.
Ingat, Saudara-saudara, dan ini perlu disampaikan kepada masyarakat luas, kepada parlemen, kepada komunitas pers, siapa saja, bahwa yang kita didik dan kita siapkan ini bukan hanya manusia-manusia Indonesia yang cerdas semata, bukan hanya manusia-manusia Indonesia yang cerdas, tetapi mereka, anak-anak kita, juga diharapkan manusia yang tangguh mentalnya, yang sehat jasmaninya, yang toleran dan rukun terhadap saudaranya yang berbeda agama, berbeda etnis, berbeda suku, berbeda daerah, dan identitas-identitas lain. Ini penting Saudara-saudara, ini very fundamental, sangat mendasar, agar bangsa yang majemuk ini betul-betul bisa hidup secara tenang, tenteram, rukun, dan damai.
Pada tanggal 6 Februari, 10 hari yang lalu kurang lebih, saya berada di Kairo untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam. Saya sempat hadir dan berkunjung ke Universitas Al-Azhar, bertemu dengan ribuan mahasiswa Indonesia, bertemu dengan para pimpinan universitas karena Indonesia ikut berkontribusi untuk membangunkan asrama bagi mahsiswa-mahasiswa kita.
Syukur alhamdulillah, asrama yang diperuntukkan untuk mahasiswa kita itu tempatnya strategis, relatif dekat dengan rektorat sehingga saya harus mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pimpinan Al-Azhar.
Nah, beliau menyampaikan kepada saya dalam sambutan yang juga didengarkan oleh mahasiswa kita bahwa Al-Azhar akan tetap mendidik dan mempersiapkan para pemimpin dan ulama yang di samping Islami, juga yang toleran dan mencintai perdamaian. Saya tenteram dan teduh mendengarkan penjelasan itu karena itu besar maknanya Saudara-saudara.
Tiap tahun ada puluhan ribu mahasiswa kita yang belajar di Timur Tengah dan alangkah indahnya negeri ini kalau mereka kembali ke Tanah Air, menjadi tokoh, menjadi pemimpin, menjadi ulama, menjadi profesional yang betul-betul, ya, dalam Islam kita kenal menaburkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam dan juga memberi contoh kepada saudara-saudaranya untuk hidup berdampingan secara damai.
Ini saya sampaikan, mengapa? Kalau kita lihat juga beberapa negara yang masih menghadapi konflik internal yang tidak ringan. Saya melihat televisi tadi malam, itu ada pengeboman lagi di Quetta, Pakistan, konflik antara Sunni dan Syiah. Sama dengan ketika saya berkunjung ke Pakistan dua bulan yang lalu, korban sekali pemboman saja 84 meninggal. Belum yang luka-luka, itu juga jumlahnya banyak. Itu juga sesuatu yang mendasar, sesuatu yang fundamental. Tidak siap hidup rukun, ya dengan saudara-saudaranya berbeda keyakinan, Sunni dengan Syiah. Saya kira ini sangat relevan untuk bangsa kita yang majemuk.
Oleh karena itu, mari kita cegat hulunya. Kurikulum pendidikan kita, metodologinya, evaluasinya, harus juga mencakup bagaimana menyiapkan putra-putri kita menjadi manusia yang rukun, yang toleran, yang mencintai perdamaian.
Saya kira itu maknanya, Saudara-saudara, oleh karena itu, sekali lagi, khusus kurikulum ini, Mendikbud, Menko Kesra, dan lain-lain, teruslah disosialisasikan, dijelaskan, dikomunikasikan, agar dimengerti dan insya Allah nanti mendapatkan dukungan.
Itulah empat hal yang saya sampaikan sebagai pengantar dan setelah ini nanti saya persilakan Menko Kesra dulu, Menko Polhukam terakhir, mengapa begini? Setelah kita mendengar, ini yang akan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, untuk mengurangi kemiskinan, kemudian ekonomi menjelaskan jalan menuju itu seperti apa, ekonomi kita dikelola seperti apa.
Yang terakhir sekali, semua itu tidak mungkin kalau kondisi dalam negeri kita tidak kondusif untuk itu, kalau politik kita terlalu gaduh, kalau hukum kita tidak tegak, kalau keamanan compang-camping. Itulah saya sengaja memberikan kesempatan yang terakhir agar nanti Menko Polhukam, ya singkatnya siap, untuk menciptakan kondisi agar sasaran besar di bidang kesra dan perekonomian bisa dicapai.
Demikian Saudara-saudara pengantar saya, terima kasih.
Â
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI