Pengarahan Presiden - Rapat Kerja Nasional Penanggulangan Kebakaran, Jakarta, 18 Januari 2016

 
bagikan berita ke :

Senin, 18 Januari 2016
Di baca 786 kali

PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RAPAT KERJA NASIONAL PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN ASAP
ISTANA NEGARA, JAKARTA
18 JANUARI 2016




Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,

Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,

Bapak-Ibu dan Saudara-Saudara sekalian,

Tadi sudah disampaikan arahan, juga informasi yang disampaikan oleh Wakil Presiden, oleh Menkopolhukam, oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan juga Kepala BMKG.

Kalau sudah semuanya memberikan arahan seperti itu, termasuk saya, artinya apa? Ini adalah hal yang sangat penting, yang harus kita selesaikan. Enggak ada dalam suatu pengarahan semuanya, dari saya, Wapres, menko, semuanya, keluar semuanya, ingin mengingatkan kita semua bahwa ini adalah hal yang sangat penting.

Tahun 2015 memberikan pelajaran kepada kita semuanya, betapa kita pontang-panting, jungkir-balik. Karena apa? Api yang sudah membesar dan berada di semua daerah, di semua lokasi, jumlah titik api yang begitu sangat banyak dalam satu provinsi.

Dan fakta tahun 2015, betul-betul kabut asap memberikan dampak ekonomi yang luar biasa terhadap daerah. Pertumbuhan ekonomi kita terkoreksi 0,2 dari perhitungan gara-gara masalah kebakaran, kabut asap. Oleh sebab itu, tahun ini enggak mau kita seperti 2015 kemarin.

Early warning tadi sudah disampaikan. Deteksi tadi sudah disampaikan. Pencegahan, cegah, kuncinya ada di situ. Jangan dibiarkan api satu bergerak.

Siapa yang harus bertanggung jawab, tadi sudah disampaikan oleh menko. Kalau saya yang di daerah—saya ingin sampaikan, mumpung ada Panglima TNI, ada Kapolri—di-back up oleh BNPB, yang namanya pangdam, yang namanya kapolda, mungkin yang ada di lapangan, danrem, kapolres, dandim, sampai ke bawah, koramil, polsek, semuanya harus digerakkan untuk mencegah ini. Enggak ada kata ‘tidak’. Semuanya harus digerakkan. Begitu api satu muncul, kejar dia. Ini yang akan membereskan.

Saya sudah janjian sama Kapolri dan Panglima TNI: reward and punishment. Yang terbakar semakin banyak, semakin gede, udah, ganti, copot yang tadi saya sampaikan, dari sini sampai ke bawah. Yang baik, yang enggak ada, tentu saja promosi.

Ini kita mau kerja, betul-betul kerja, sudah. Saya kemaren hampir tiap hari di lapangan. Memang kuncinya ada di situ.

Kalau danrem sudah menggerakkan, prasarana kurang, sampaikan ke BNPB. Back up-nya ada di situ karena BNPB enggak punya pasukan. Yang punya pasukan adalah Panglima TNI, Kapolri yang bisa menjangkau karena ada koramil, ada polsek. Gubernur back up anggaran. Bupati, wali kota back up anggaran, membantu mem-back up.

Tapi kunci-kunci ada di situ. Janjian saya dengan Panglima TNI dan Kapolri itu.

Pengalaman 2015, jadi pertama, datangnya El Nino lebih panjang. Ini menjadi kendala, dan ini kemaren kita sampaikan dalam forum-forum internasional.  Kenapa image itu kita masih baik? Karena kita dilihat bekerja.

Yang kedua, memang ada El Nino. Saya, waktu di ASEAN Summit, ada di COP21 di Paris, kita masih bisa menjelaskan. Tapi, kalau tahun ini kita ulang lagi, ya sangat sulit menjelaskannya.

Yang kedua, terbakarnya lahan gambut. Saya sampaikan memang kepada kepala-kepala negara bahwa yang terbakar ini bukan hutan, tetapi lahan gambut yang, sekali terbakar dan tidak cepat diserbu, bisa tiga meter, bisa empat meter di bawah itu semuanya terbakar, dan itu sudah sangat sulit sekali. Di-water bombing pakai pesawat apa pun, sudah sangat kesulitan kalau sudah membesar, seperti yang kita lihat di Sumatera, di Kalimantan, di Kalteng, di Sumsel, di Pulang Pisau, di Musi Banyuasin. Dan, sekali lagi, tahun ini tidak boleh terjadi lagi.

Tadi sudah disampaikan berapa ratus ribu yang terbakar, berapa juta lahan gambut yang terbakar. Saya kira tidak perlu saya ulang, tetapi saya ingin menegaskan bahwa, tahun 2016, kita harus betul-betul belajar dari 2015. Kita harus tangani tahun ini lebih baik, lebih sigap, lebih di pencegahan. Jangan biarkan sekali lagi api itu membesar.

Tidak ada pilihan lain. Kita juga harus lakukan perbaikan dan penataan ekosistem. Tadi sudah disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sekarang sudah punya Badan Restorasi Gambut. Ini langsung bekerja, merencanakan, membuat master plan, langsung bekerja, dan itu juga dilihat oleh internasional.

Sekali lagi, bahwa kepercayaan itu masih ada. Tetapi, kalau kita enggak bergerak, sulit lagi mau membangun sebuah kepercayaan.

Dan Badan Restorasi Gambut nantinya bertugas sampai 31 Desember 2020. Ini pimpinan Pak Nasir Fuad. Pimpinannya bukan dari birokrasi, tapi dari NGO. Moga-moga nanti dukungan internasional kepada Badan Restorasi Gambut ini besar karena memang kita dilihat bekerja dan jaringannya internasional. Saya kira Ir. Nasir Fuad mempunyai kompetensi untuk itu.

Meskipun tadi juga disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa tidak boleh lagi ada izin baru di areal gambut. Saya sudah perintahkan juga Menteri LHK untuk mengambil alih area gambut yang terbakar dan langsung menugaskan nanti Badan Restorasi Gambut untuk segera membuat rencana aksi di lahan-lahan yang tadi saya sampaikan.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Penting saya tekankan sekali lagi bahwa para kepala daerah, para pangdam, para kapolda, para danrem, para kapolres, para dandim adalah orang yang paling mengetahui pertama kali keadaan dan harus melangkah ke arah apa dengan segera. Saya enggak usah sampaikan karena saya kira Saudara-saudara semuanya sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Nanti secara teknis, saya kira Menkopolhukam akan memberikan siapa yang memegang tanggung jawab dalam mengorganisasi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Apabila terjadi kebakaran, dan daerah betul-betul sudah kesulitan untuk mengatasi, jangan tunggu waktu sampai berminggu-minggu, apalagi berbulan-bulan. Dalam kurun hari harus langsung tindak, sampaikan minta bantuan pesawat ke menko atau langsung ke BNPB. Jelas arahnya. Nantinya biar diarahkan langsung oleh menko.

Sekali lagi kuatkan sinergi antarinstansi, hilangkan ego sektoral sehingga aksi pencegahan dan pengendalian bisa lebih efektif.

Jangan hanya memantau dari belakang meja. Saya minta, lihat dan turun ke lapangan.

Saya juga ingin agar proses penegakan hukum terus dilaksanakan. Yang bersalah harus ditindak tegas, dan lakukan langkah tegas juga kepada pembakar hutan dan lahan, baik berupa sanksi administrasi—tadi yang disampaikan oleh menko maupun menteri—sanksi pidana maupun perdata agar tindakan yang sama tidak terulang dan terulang lagi.

Secara berkala saya akan meninjau langsung ke lapangan untuk memastikan bahwa tahun 2016 kita bisa mencegah kebakaran hutan dan lahan gambut dengan baik. Marilah kita bekerja. Jangan menunggu sampai kabut asap datang lagi.

Terima kasih. Saya tutup.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.


*****


Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden