PENGARAHAN PRESIDEN RI DI PT. SINAR SOSRO, DI CIBITUNG, KABUPATEN BEKASI 5-2-2009

 
bagikan berita ke :

Kamis, 05 Februari 2009
Di baca 1100 kali

PENGARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA KUNJUNGAN KERJA

DI PT. SINAR SOSRO, DI CIBITUNG, KABUPATEN BEKASI

5 FEBRUARI 2009

 

 

 

 

Bismillahirrahmirrahim,

 

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri, Saudara Gubernur Jawa Barat, Pimpinan dan Manajemen PT. Sinar Sosro, para karyawan,

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Kita bersyukur hari ini kita dapat bersama-sama mendengarkan laporan dari Pimpinan PT. Sinar Sosro atas kemajuan perusahaan yang menurut saya sangat gemilang. Yang bangga, yang berbahagia, yang senang bukan hanya PT. Sinar Sosro, bukan hanya Pak Gubernur, bukan hanya Pak Menteri, tapi saya yakin seluruh rakyat Indonesia karena ini membanggakan. Hari ini saya datang untuk melihat langsung apa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kita. Saya pesan kepada Pak Fahmi Idris dan Ibu Mari Pangestu yang dikoordinasikan oleh Mensesneg dan Seskab bersama-sama Menteri Tenaga Kerja, tolong, saya bisa datang di dua perusahaan, satu yang mewakili modal dalam negeri – PMDN, dan yang produknya lebih banyak dikonsumsi di dalam negeri oleh pasar domestik.

 

Alhamdulillah, setelah diseleksi PT. Sinar Sosro terpilih sebagai perusahaan yang dianggap berprestasi. Yang kedua, setelah ini saya diacarakan untuk datang di perusahaan yang modalnya dari negara sahabat – PMA, yang produknya sebagian besar diekspor ke luar negeri. Mengapa saya perlu lihat dua-duanya? Dan mengapa yang dipilih para Menteri adalah perusahaan yang meskipun menghadapi kesulitan, meskipun berada dalam keadaan suasana krisis tapi paling tidak bisa meminimalkan dampak krisis itu terus tumbuh dan yang sangat saya garis bawahi tidak begitu saja mem-PHK-kan para karyawan dan buruhnya. Itu sangat penting.

 

Kita semua tahu dunia sedang mengalami resesi perekonomian yang dalam. Banyak negara-negara maju ekonominya berjatuhan. Banyak perusahaan-perusahaan besar, perusahaan raksasa di tingkat dunia bangkrut. Tadi malam saya menerima Duta Besar kita untuk Republik Rakyat Tiongkok yang mengatakan kepada saya pengangguran baru atau PHK baru di China atau Tiongkok itu lebih dari 15 juta. Saya baca di running text bahkan mencapai 20 juta. Saudara tahu di Amerika Serikat yang dianggap paling kuat ekonominya di dunia ini, pengangguran sudah di atas satu setengah juta. Begitu keterangan yang kita peroleh, dan juga negara-negara maju yang lainnya.

 

Oleh karena itu, secara nasional pemerintah sejak tahun lalu, kita dengan cepat dan tepat, mengantisipasi, menetapkan kebijakan, mencari solusi bersama-sama dengan dunia usaha. Alhamdulillah, dibandingkan dengan negara-negara lain yang nasibnya kurang baik, negara kita dinilai, bukan saya yang menilai tapi pihak internasional menilai kita dianggap kompeten dalam menangani krisis, ekonomi kita dianggap stabil dan kemudian bahasanya ”so far so good”.  Tetapi ceritanya belum rampung, belum selesai krisis dunia itu, oleh karena itu tidak ada satu hari pun yang kita boleh lengah, yang kita lalai, sudah cukup ah dampaknya bisa kita minimalkan, bisa kita kelola, belum selesai.

 

Oleh karena itu, kunjungan saya sejak kemarin ke Bulog memastikan bahwa pangan kita cukup, hari ini memastikan bahwa sektor riil meskipun ada gejolak, harapan saya masih bisa bertahan, karyawan atau buruh tidak begitu saja di PHK kan, dan kemudian aliran produksi baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri terus berjalan meskipun saya tahu ada kesulitan-kesulitan, dan kesulitan ini juga dihadapi oleh seluruh bangsa atau negara di dunia.

 

Saudara-saudara,

 

Saya mendengarkan presentasinya tadi lega sekali, pendirinya Bapak ada di sini, Bapak, Ibu, ini terus terang tapi jangan dianggap saya ikut berpromosi teh botol Sosro, ini para pimpinan Bekasi ada semua di sini, memang keluarga kami termasuk penggemar minuman ini, terutama anak-anak saya itu mesti yang dicari yang bentuk yang apa, yang ini. Biasanya makin dingin makin segar. Saya ingin langsung saja merespon yang dihadapi oleh PT. Sinar Sosro karena tugas menteri, tugas gubernur, tugas walikota, tugas bupati, semua termasuk saya membantu dunia usaha mengatasi permasalahannya.

 

Mengapa tugas negara, tugas pemerintah begitu? Tugas dunia usaha membantu rakyat, menciptakan lapangan pekerjaan, tidak mudah mem-PHK, membayar pajak. Pajak itu untuk rakyat lagi, kemudian juga untuk membantu masyarakat sekeliling, itu tugas saudara-saudara, tugas perusahaan. Jadi, Pak Joseph Sosrojoyo mengatakan pemerintah juga habis-habisan ini, banyak sekali pajak yang kita bebaskan, kita turunkan, PPh, PPn, Bea, banyak sekali, melawan dumping, melindungi, proteksi, moratorium, banyak sekali. Untuk apa? Agar sektor riil tidak bangkrut, memang pemerintahan nya berkurang penerimaannya, kami sedang kantong tipis pemerintah ini, broke namanya. Tapi ndak apa-apa, memang musimnya, lebih bagus pemerintah yang tipis kantongnya, Bapak bisa berkurang penghasilannya, dari pada rakyat, dari pada PHK.

 

Baik, yang disampaikan tolong nanti, ini ada Pak Mensesneg dan Seskab, penertiban PKL. Begini. Memang kota itu harus tertib, aturan ditegakkan, kehidupannya menjadi baik, baik bagi masyarakat. Menata pedagang-pedagang kaki lima, saya yakini tujuannya baik, tapi harapan saya jangan ditafsirkan hanya memindahkan, melarang, menggusur, pikirkan juga solusinya seperti apa. Banyak yang kreatif Pemerintah Daerah, PKL jangan di sini, di sini, tapi di sini tempatnya, diatur, saya suka seperti itu dari pada tidak ada solusinya. Apalagi sekarang. Alhamdulillah meskipun kita juga mengalami dampak dari krisis ini, catatan yang masuk ke saya yang PHK ini sekitar 250.000 sekarang secara nasional, angkanya seperti itu. Tetapi tidak semuanya langsung pulang ke rumah, banyak yang sudah beralih ke sektor informal.

 

Nah, kalau seperti itu, tolong para walikota, para bupati semua juga memahami situasinya, jangan sampai pedagang kaki lima, usaha mikro, saudara-saudara kita yang kena PHK dari sektor formal, dia mempertahankan hidupnya untuk istri dan anak-anaknya begitu saja digusur, dihalau, pikirkan bagaimana solusinya supaya mereka bisa bertahan. Kelak apabila sudah normal kembali, pekerjaan terbuka lagi, bisa bekerja lagi, maka penertiban, pengaturan bisa dijalankan sebagaimana biasanya. Di sini kearifan dari pejabat publik, tegas boleh, menegakkan hukum dan aturan boleh, tapi pahamilah situasinya, memang masih ada, sedang ada permasalahan dengan masyarakat kita karena krisis ini diperlukan mata hati dan kearifan dari semua pejabat di negeri ini. Saya yakin ada solusinya, yakin, tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Bapak juga mengatakan krisis pun ada peluangnya, ada krisis bertahan dulu, pasca krisis mungkin ada opportunity, ada peluang-peluang baru sebagaimana tadi dipresentasikan apa yang dilakukan oleh PT. Sinar Sosro ini menghadapi krisis.

 

Tolong nanti melewati Menteri Dalam Negeri, para gubernur, bupati, walikota, dihimbau untuk baik-baik mengelola semuanya itu agar kesulitan yang datang karena krisis ini bisa sama-sama kita atasi.

 

Yang kedua, listrik, Bapak. Saya sudah mungkin lebih dari 50 kali bicara. Listrik kita memang kurang, mengapa kurang? Ya memang sejak mendiang Bung Karno sampai tiga tahun yang lalu itu hanya sekitar 25.000 megawatt, dulunya cukup? Cukup. Tapi dengan ekonomi tumbuh, pertumbuhnya 6 persen lebih, industri, komersial, mall-mall, rumah tangga, nggak cukup. Nah, selama krisis sejak 1998 tidak cukup banyak kita membangun, barangkali tidak membangun karena memang tidak punya uang. Sejak itulah empat tahun yang lalu kita lakukan program penambahan 10.000 megawatt. Tapi kan tidak bisa bikin tanam tiangnya sekarang, minggu depan nyala. Paling cepat dua setengah tahun, tiga tahun, empat tahun. Insya-Allah mulai tahun ini proyek 10.000 itu sudah mulai secara bertahap menyala. Cukupkah 10.000? Tidak cukup ketika terus bertumbuh ekonomi kita. Sekarang kita sedang memikirkan tambahan 10.000 megawatt lagi.

 

Oleh karena itu, ya berhemat dulu, saya mengerti, saya mengerti, tapi ya itu kita sudah cepet-cepetan, sudah sadar kalau kurang, saya tidak menyalahkan pemerintah sebelumnya, dirasa kurang begitu. Nah, oleh karena itu ya tugas saya, tugas pemerintahan sekarang bagaimana menambah jumlah megawatt listrik itu dengan skala yang tepat, skala yang bisa memenuhi demand atau pun kebutuhan dari dunia usaha.

 

Yang ketiga adalah regulasi. Saya tadi berbicara dengan Pak Fahmi Idris, beliau juga sudah berkomunikasi, berkonsultasi secara intens dengan Badan POM, namanya Pengawasan Obat dan Minuman, betul ya? Makanan ya, makanan termasuk minuman ya? Baik. Saya dijelaskan oleh beliau argumentasi dari Badan POM, menurut saya perlu dibicarakan lagi, dibicarakan lagi karena, dengarkan semua apa argumentasinya, bagaimana yang paling tepat, sebab tidak tepat kalau satu policy itu membikin borosnya pengeluaran sebuah perusahaan yang seharusnya lebih kompetitif, lebih efisien. Namun, saya tidak bisa berjanji hari ini, biarkan dibicarakan baik-baik, seperti apa nanti yang paling tepat, yang akan kita pilihkan, tentukan, begitu, masalah regulasi.

 

Masalah kurs dan saham, ini ke dunia. Semua mengalami koreksi, tidak ada satu pun negara yang tidak dikoreksi nilai tukarnya dan sahamnya, capital market, financial market, exchange atau foreign exchange market, semua terkoreksi. Ada yang koreksinya besar, ada yang setengah besar, ada yang kecil, kita termasuk setengah besar, sedang, kita sedang, ada yang lebih buruk lagi. Oleh karena itu, saya dengan Pak Boediono kemarin, sudah dengar kita punya suku bunga menurun 50 poin, yang sebelumnya 8.75 sekarang 8.25, bagus trend-nya, saya pesan, ”Pak Boed, jaga juga nilai tukarnya, sekarang sekitar 11 sekian, jaga jangan sampai meningkat lagi supaya semua bisa dihitung.

 

Yang jelas, meskipun itu domain Bank Indonesia, Central Bank, bukan pemerintah yang mesti mengelolanya, tapi saya terus berkomunikasi dengan Gubernur Bank Indonesia, pandai-pandailah mengatur, monetary policy. Pemerintah itu fiscal policy, Bank Indonesia kebijakan moneter, tapi tidak boleh masing-masing, harus sinkron, terkait, supaya ekonomi kita bergerak.

 

Nah, masalah keamanan dan ketertiban, stabilitas. Saudara-saudara, sejak 2004 kami betul-betul ingin memulihkan stabilitas politik, memulihkan keamanan dan ketertiban masyarakat. Saudara masih ingat awal krisis 1998 dulu? Masih ingat? Tahun-tahun setelah itu seperti apa negara kita? Kerusuhan dimana-mana, kerusakan di mana-mana, anarki. Luar negeri menganggapnya Indonesia menjadi lautan anarki, citra kita buruk sekali di dunia, semua kegiatan terganggu, cemas, hidup tidak tenteram, dunia usaha tidak bisa menjalankan kewajibannya. Tetap bekerja siang dan malam, memulihkan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat di seluruh Indonesia, di Aceh, Poso, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan di kota-kota.

 

Dengan kerja keras kita semua, pemerintah di depan, Kepolisian, dan semua secara bertahap Alhamdulillah dapat kita pulihkan. Ketika sedang dalam keadaan baik jangan dirusak kembali, saya sangat prihatin dengan kejadian di Medan. Tapi satu jam setelah saya menerima berita itu saya langsung berkomunikasi dengan Kapolri, dengan menteri-menteri terkait lakukan sesuatu mencegah terjadinya bentrokan yang lebih serius.

 

Saudara-saudara,

 

Demokrasi memang harus mekar di negeri ini, kebebasan kita berikan tempat, hak asasi kita hormati, keterbukaan, keniscayaan era reformasi tapi bukan anarki, bukan anarki, ada aturannya, Indonesia itu negara hukum, rule of law, mesti ditegakkan. Depan kantor saya, Istana, sejak saya jadi Presiden, ratusan sudah itu unjuk rasa. Tidak apa-apa asalkan tertib, sesuai dengan aturan, peaceful, temanya jelas. Demikian juga kegiatan protes, tulisan-tulisan, statement kadang-kadang pedas, keras, tapi sepanjang tidak mengganggu, mengoyak, merobek, keamanan dan ketertiban publik tidak apa-apa, harus kita hormati. Kita harus siap hidup dalam alam demokrasi, tetapi kalau sudah seperti itu, menangis nanti, menyesal kita kembali kepada era gelap yang negara kita dilihat rendah oleh bangsa-bangsa lain, yang kita sendiri merasa hidup tidak tenteram di negeri sendiri.

 

Mari kita jaga demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia dan semuanya, karena itu amanat reformasi, tetapi kita cegah kekerasan, kerusakan, tindakan yang destruktif dan anarkis. Sikap kita harus jelas, sikap saya jelas seperti itu, tidak ada yang saya simpan, saya menghormati demokrasi, saya menentang anarkis, begitu. Kasihan rakyat yang lain, kasihan saudara-saudara yang lain, kasihan. Mari kita pelihara keamanan, ketertiban, kehidupan yang harmonis di negeri tercinta ini yang susah payah kita bangun. Sebentar lagi pemilu, saya juga ingin tetap teduh, tetap damai, tetap tertib, masing-masing menyalurkan aspirasinya, bebas menggunakan hak pilihnya, jangan ditekan, jangan diganggu, biarkan masing-masing punya hak pilih, masing-masing tentu memiliki keinginan dan cita-cita yang baik. Tapi satu hal, mari kita jaga betul, jangan sampai ada kekerasan-kekerasan, tindakan-tindakan yang tidak baik. Demokrasi itu juga harus penuh dengan amanah, akhlak, manfaat, dan kebaikan-kebaikan.

 

Itulah saudara-saudara, saya masuk ke situ karena tadi beliau senang, saya kira dengan suasana yang stabil, yang aman dan tertib, dan saya kira bukan hanya PT. Sinar Sosro, semua pasti senang kalau suasananya seperti itu.

 

Baiklah yang terakhir, melalui mimbar ini memang pasar dunia sedang bangkrut, ya mengekspor juga tidak mudah, Bapak juga ditolong, karena cuma 10 milyar ekspornya, coba kalau Bapak ekspornya setengah trilyun, susah juga gitu. Marilah kita besarkan pasar dalam negeri, kita bisa, pasar kita tumbuh dengan baik, sehingga tidak perlu kuatir kalau ada gonjang-ganjing di dunia, kita besarkan, dan saya mengajak dunia usaha di negeri kita ini, kembangkan usaha yang berkaitan dengan pangan. Pangan ini tidak mengenal krisis, setiap orang tentu memerlukan makanan dan minuman tiap harinya, jadi kalau usahanya dibidang pangan, minuman, lalu ada yang membeli, Alhamdulillah, daya beli rakyat kita makin naik, income per capita makin naik, pendapatan bruto domestik makin naik. Kemarin di Davos kita diacungi jempol, karena dalam keadaan seperti ini negara yang lain banyak yang minus, rendah sekali, kita termasuk empat besar setelah China, India, dan Saudi Arabia, dari segi pertumbuhan. Itu yang menilai bukan SBY, itu masyarakat internasional, yang kita syukuri, dan bukan kerja SBY sendiri, kerja kita semua, semuanya.

 

Baiklah, saya akan senang menandatangani produk yang ke dua setengah milyar.

 

 

Terima kasih,

 

Wassalaamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.  Â