SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2559
DI PLENNARY HALL, JAKARTA CONVENTION CENTER
TANGGAL 17 FEBRUARI 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2559
DI PLENNARY HALL, JAKARTA CONVENTION CENTER
TANGGAL 17 FEBRUARI 2008
Yang saya hormati para pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara,
Saudara Menteri Agama dan para menteri kabinet Indonesia Bersatu,
Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat,
Yang saya hormati pimpinan MATAKIN,
Yang saya muliakan para pemuka agama, para tokoh komunitas Tionghoa, para
pimpinan dan umat Khong Hu Cu,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Salam dalam kebajikan dan salam sejahtera untuk kita semua,
Marilah sekali lagi pada kesempatan yang membahagiakan ini kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena pada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Saya ingin menggunakan kesempatan yang baik ini pula untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada umat Khong Hu Cu dan masyarakat Tionghoa di seluruh tanah air. Semoga perayaan Tahun Baru Imlek 2559 ini membawa kebahagiaan, kedamaian, pengharapan, dan kesejahteraan. Merayakan Tahun Baru Imlek bagi umat Khong Hu Cu juga menyegarkan dan merupakan refleksi nilai-nilai keagamaan untuk membangun sikap dan perilaku sosial yang lebih baik. Perayaan ini juga dapat memperkokoh persatuan dan kebersamaan untuk bersama-sama membangun karya bagi kemajuan bangsa dan negara yang sama-sama kita cintai.
 Hadirin yang saya hormati,
Ajaran agama adalah sumber yang tidak pernah kering dalam membari inspirasi kepada umatnya untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Khong Hu Cu menekankan pemeluk-pemeluknya untuk membangun dan mengembangkan sikap yang jujur, sikap yang tulus dan ikhlas, dan sikap yang mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi. Nilai-nilai dasar Khong Hu Cu seperti ini amat tepat untuk memperkokoh ikatan kesetiakawanan dan kepedulian sosial di antara kita. Kesetiakawanan di antara warga bangsa perlu terus kita pelihara, terutama ketika kita semua mesti membantu dan menolong saudara-saudara kita yang berada dalam kesulitan. Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada umat Khong Hu Cu dan masyarakat Tionghoa yang aktif membantu saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan. Bantuan-bantuan Saudara sangat dirasakan oleh mereka yang mengalami musibah bencana dan oleh mereka yang berada atau masih berada dalam kondisi miskin.
Saudara-saudara,
Tema perayaan Imlek tahun ini sebagaimana yang saya simak tadi, dari yang disampaikan oleh Saudara Peter Lesmana, Saudara Mulyadi, dan Saudara Budi Santoso Tanuwibowo yang dengan gamblang telah menyampaikan berturut-turut sambutan, doa Imlek, dan narasi Imlek, adalah “Rakyat adalah pokok negara, pokok kokoh negara sejahteraâ€. Tema ini memiliki nilai falsafah yang luhur. Tema ini patut kita renungkan ketika negeri kita sedang dalam proses transformasi yang besar menuju negara yang maju dan sejahtera. Itulah sebabnya, Saudara-saudara, kita terus membangun agar kesejahteraan rakyat terus meningkat dari masa ke masa. Itulah sebabnya dalam membangun bangsa, kita juga melibatkan peran serta rakyat dalam tatanan demokrasi yang kita anut. Itulah sebabnya pula di samping rakyat memilki hak dan kewenangan, rakyat juga memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga tegaknya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Rakyat memiliki peran sentral dan menjadi subyek dan pelaku pembangunan. Amatlah banyak contoh yang dapat kita ambil dari kehidupan bangsa-bangsa lain di dunia. Sebuah bangsa maju dan berhasil karena rakyatnya bersatu dan bekerja keras, rakyatnya rukun dan memiliki solidaritas nasional yang tinggi, rakyatnya berpengetahuan dan berdaya saing sehingga dapat memajukan kehidupan bangsanya. Dan ketika negaranya sedang menghadapi ujian dan persoalan yang berat, rakyat bersatu, bahu-membahu untuk mengatasi masalah itu dan tentunya bukan saling salah-menyalahkan dan bukan sebagian menonton sementara sebagian yang lain sedang bekerja keras untuk mengatasi masalah itu. Sekali lagi, Saudara-saudara, rakyat memiliki peran yang penting dan benar-benar merupakan pilar negara yang utama. Mari kita perkokoh peran dan kesejahteraan rakyat kita sekarang dan ke depan.
Hadirin yang saya muliakan,
Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Bangsa kita terdiri dari berbagai suku, agama, etnis, dan daerah. Justru dengan sifat majemuk ini, kita harus lebih bersatu, lebih rukun, lebih solider satu sama lain, lebih hormat-menghormati dan lebih saling bertenggang rasa. Di antara sesama warga bangsa tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih penting. Kita harus benar-benar mencegah berkembangnya pikiran,kebijakan, dan tindakan yang diskriminatif karena bertentangan dengan kodrat dan hak asasi manusia, dan bertentangan dengan rasa keadilan. Kita bersyukur tahun-tahun terakhir ini, kita telah dapat menghilangkan hal-hal yang berbau diskriminatif dan menggantinya dengan hal-hal yang mencerminkan persamaan dan kesetaraan. Inilah cita-cita kita, terima kasih, inilah cita-cita kita membangun negeri yang kita cintai bersama ini, bhinneka tunggal ika, satu untuk semua, samua untuk satu. Sehingga kemudian semua untuk semua. Kita ingin maju bersama-sama bukan maju sendiri-sendiri. Oleh karena itu kita harus bekerja dan berikhtiar bersama-sama. Sekali lagi jangan ada yang kurang rajin bekerja untuk membangun masa depan kita yang baik.
Saudara-saudara,
Kita pernah memiliki pengalaman sejarah yang tidak baik ketika terjadi konflik-konflik horizontal karena perbedaan identitas, perbedaan suku, agama, etnis, dan kedaerahan. Kita juga mengalami masa yang tidak baik ketika ada banyak pranata yang diskriminatif dan tidak adil. Marilah kita jadikan semua itu sebagai pelajaran sejarah yang berharga dan kita upayakan untuk tidak terjadi lagi di bumi Indonesia yang kita cintai ini. Bangsa kita memang beragam sehingga kemungkinan konflik dan perselisihan selalu ada namun marilah kita kelola dan kita carikan solusinya secara damai tanpa kekerasan. Saya berharap kepada para pemuka agama, para tokoh masyarakat untuk membimbing komunitasnya seraya menjadi dan memberi contoh untuk tidak melakukan kekerasan dan main hakim sendiri ketika kita menyelesaikan konflik atau pertentangan yang ada. Saya juga meminta aparat kepolisian dan penegak hukum lainnya untuk secara tepat dan tegas menindak pelaku-pelaku kekerasan dengan motif apa pun dan siapa pun mereka itu.
Saudara-saudara,
Reformasi, demokratisasi dan kebebasan tidak identik dengan kekerasan, tidak identik dengan main hakim sendiri, dan tidak identik dengan perilaku yang menebarkan ketakutan bagi pihak lain. Saya mengajak seluruh penyelenggara negara dan seluruh rakyat Indonesia untuk benar-benar lebih memperkokoh persatuan, kerukunan, dan kebersamaan. Benar-benar menciptakan suasana kehidupan yang tenteram, damai, dan penuh keadilan, dan benar-benar membangun rasa aman dan rasa keadilan bagi setiap warga negara dengan cara menegakkan konstitusi, undang-undang dan berbagai peraturan yang berlaku. Ini semua sebagaimana tema perayaan Imlek tahun ini “Rakyat adalah pokok negara, pokok kokoh negara sejahtera†tiada lain adalah juga untuk menuju negara Republik Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dua tahun yang lalu kita telah menerbitkan Undang-undang No.12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Indonesia. Undang-undang tersebut di antaranya menempatkan etnis Tionghoa dalam persamaan dan kesetaraan dengan warga negara yang lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui undang-undang itu pula etnis Tionghoa diperlakukan sama dan memperoleh kemudahan untuk memperoleh status warga negara Indonesia.
Kepada segenap aparatur pemerintah saya instruksikan kembali untuk senantiasa memberikan pelayanan publik yang sama kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa, dan termasuk penganut agama Khong Hu Cu. Berikan semua kemudahan kepada semua dalam pelayanan, misalnya administrasi kependudukan, perkawinan, keimigrasian, perizinan, dan pelayanan-pelayanan yang lain. Ke depan saya mengajak baik komunitas Tionghoa maupun komunitas yang lain untuk lebih bersatu, lebih rukun, dan tidak perlu membuat jarak yang tidak perlu. Khusus kepada saudara-saudara kita dari komunitas Tionghoa yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi teruslah peduli dan teruslah ikut memberikan pertolongan bagi saudara-saudara kita yang sungguh memerlukan.
Hadirin sekalian,
Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada umat Khong Hu Cu, komunitas Tionghoa, dan panitia perayaan yang akan ikut menggelorakan gerakan membangun dan melestarikan bumi kita, Indonesia kita. Jika Indonesia hijau, lingkungannya baik, bumi selamat generasi yang akan datang juga selamat. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada panitia yang mengacarakan acara sumbangan buku dari komunitas Tionghoa dan umat Khong Hu Cu melalui kegiatan book drops yang bisa digunakan untuk membantu saudara-saudara kita yang tidak mampu untuk bisa membaca buku. Ini tiada lain untuk memenuhi amanah konstitusi bersama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dan yang terakhir saya juga mengucapkan terima kasih ada lagu Hening yang tadi dinyanyikan. Lagu itu saya ciptakan tahun lalu. Memang ada nuansa Mandarin karena ketika lagu itu saya ciptakan, saya ingat pada saat diundang oleh Perdana Menteri Wen Jia Bao untuk bertemu di Nanning bersama pemimpin-pemimpin ASEAN yang lain. Dari Shanghai menuju ke Nanning saya ada kesempatan beberapa jam singgah di Qui Ling dan sekitar dua jam saya menelusuri sungai Li Jiang dengan pemandangan yang bagus dan di situlah ada memori saya yang saya abadikan antara lain dalam lagu Hening yang saya ciptakan tadi.
Akhirnya kepada umat Khong Hu Cu dan komunitas Tionghoa, dan kepada seluruh rakyat Indonesia saya mengajak untuk melanjutkan perjuangan, membangun negeri ini. Sebesar apa pun tantangan dan ujian yang kita hadapi kalau kita sungguh bersatu, insya Allah, masa depan kita akan lebih baik dari hari sekarang.
Demikian sambutan saya, terima kasih atas perhatiannya.
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI