Hal ini disampaikan
oleh Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono dalam bagian lain sambutannya
ketika membuka the 3rd ACWO Board Meeting dan Kowani Fair 2011 di Istana
Negara, Jumat (6/5) pagi. "Sinergitas dan kesinambungan sangat
diperlukan. Kowani dan ACWO harus bersinergi dengan visi misi ASEAN,"
ujar Ibu Ani.
Untuk misi ACWO yang kedua, yaitu melestarikan lingkungan hidup, Ibu Ani mengatakan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara yang digalakkan pemerintah Indonesia bisa diperluas menjadi Gerakan Perempuan ASEAN Tanam dan Pelihara. "Melihat naluri perempuan yang senang memelihara sebagaimana naluri seorang ibu, maka sangat berati bila perempuan ASEAN ikut menanam pohon di negaranya masing-masing," Ibu Ani menjelaskan. "Bila dilakukan bersama-sama, maka gerakan ini akan memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat dunia dalam mengatasi perubahan iklim," Ibu Negara menambahkan.
Kemudian, untuk misi yang ketiga yaitu human trafficking, Ibu Negara mengatakan hal ini merupakan isu yang sedang mengemuka secara global. Oleh karena itu, Kowani dan ACWO dapat mengkampanyekan anti human trafficking secara bersama-sama. "Ini adalah kasus yang banyak menimpa kita di Asia Tenggara. Wilayah perbatasan kita begitu menyatu dan terbuka," ujar Ibu Ani. "Tidak mustahil orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan kejahatan di daerah perbatasan. Diperlukan kerjasama gerakan perempuan negara ASEAN agar human trafficking dapat dihentikan," Ibu Ani menambahkan.
Dalam soal penyelundupan manusia ini, ASEAN sudah memiliki aturan hukum dan politik dalam ASEAN Declaration Against Trafficking in Person Particularly Women and Children yang telah disahkan pada 29 November 2004 lalu di Laos. "Kita hanya perlu menyatukan segenap elemen untuk bersama melawannya," Ibu Ani menegaskan.
Sementara itu, perihal pemberdayaan perempuan, dunia menyadari bahwa peran perempuan penting bukan untuk dipinggirkan. Hal ini terbukti dengan penguatan peran perempuan yang kian nyata terasa di seluruh penjuru dunia. "Indonesia mempunyai sosok Raden Ajeng Kartini. Beliau adalah pendobrak tradisi feodal dan patriarki dimana perempuan tersubordinasi oleh pria. Perempuan diletakkan di belakang atau bahkan hanya sebagai hiasan belaka," Ibu Negara mengungkapkan.
Menurut Ibu Negara, semangat yang diperjuangkan Kartini sejak jauh sebelum kemerdekaan RI masih terasa hingga kini. "Spirit Kartini masih tetap hidup. Kowani diharapkan tetap melanjutkan tongkat estafet demi peningkatan kualitas perempuan dan bangsa Indonesia," Ibu Ani menegaskan.
Kiprah Kowani sejak 1928 melalui embrio Kowani masa itu telah menunjukkan sumbangsih tidak hanya melalui perannya sebagai perempuan tapi juga melalui revolusi fisik menuju kemerdekaan RI. "Hal ini menunjukkan peran perempuan penting dalam kemerdekaan bangsa. Perempuan-perempuan ASEAN sendiri pasti mempunyai peran sejarahnya masing-masing," Ibu Ani menandaskan.
Pada kesempatan ini, Ibu Negara menyatakan bahwa tema yang diambil dalam Kowani Fair 2011 adalah tepat. "Keluarga penting dalam pemberantasan kemiskinan. Jika peran tersebut dapat ditingkatkan, pasti berdampak positif pada perekonomian nasional," ujar Ibu Ani.
Selain itu, Ibu Ani juga menyetujui bahwa 8 arah yang ingin dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) sangat berwajah perempuan, dimana isunya sagat dekat dengan keseharian hidup perempuan. Yaitu mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi, pendidikan untuk semua, mendorong kesetaraan gender, mengurangi angka kematian anak, meningkatkan derajat kesehatan ibu, pencegahan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, kelestarian lingkungan hidup, dan kesetaraan global untuk pembangunan. "Tepat bila Kowani menjadikan MDGs sebagai bagian dari kampanyenya," kata Ibu Negara. (yun)
Untuk misi ACWO yang kedua, yaitu melestarikan lingkungan hidup, Ibu Ani mengatakan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara yang digalakkan pemerintah Indonesia bisa diperluas menjadi Gerakan Perempuan ASEAN Tanam dan Pelihara. "Melihat naluri perempuan yang senang memelihara sebagaimana naluri seorang ibu, maka sangat berati bila perempuan ASEAN ikut menanam pohon di negaranya masing-masing," Ibu Ani menjelaskan. "Bila dilakukan bersama-sama, maka gerakan ini akan memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat dunia dalam mengatasi perubahan iklim," Ibu Negara menambahkan.
Kemudian, untuk misi yang ketiga yaitu human trafficking, Ibu Negara mengatakan hal ini merupakan isu yang sedang mengemuka secara global. Oleh karena itu, Kowani dan ACWO dapat mengkampanyekan anti human trafficking secara bersama-sama. "Ini adalah kasus yang banyak menimpa kita di Asia Tenggara. Wilayah perbatasan kita begitu menyatu dan terbuka," ujar Ibu Ani. "Tidak mustahil orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan kejahatan di daerah perbatasan. Diperlukan kerjasama gerakan perempuan negara ASEAN agar human trafficking dapat dihentikan," Ibu Ani menambahkan.
Dalam soal penyelundupan manusia ini, ASEAN sudah memiliki aturan hukum dan politik dalam ASEAN Declaration Against Trafficking in Person Particularly Women and Children yang telah disahkan pada 29 November 2004 lalu di Laos. "Kita hanya perlu menyatukan segenap elemen untuk bersama melawannya," Ibu Ani menegaskan.
Sementara itu, perihal pemberdayaan perempuan, dunia menyadari bahwa peran perempuan penting bukan untuk dipinggirkan. Hal ini terbukti dengan penguatan peran perempuan yang kian nyata terasa di seluruh penjuru dunia. "Indonesia mempunyai sosok Raden Ajeng Kartini. Beliau adalah pendobrak tradisi feodal dan patriarki dimana perempuan tersubordinasi oleh pria. Perempuan diletakkan di belakang atau bahkan hanya sebagai hiasan belaka," Ibu Negara mengungkapkan.
Menurut Ibu Negara, semangat yang diperjuangkan Kartini sejak jauh sebelum kemerdekaan RI masih terasa hingga kini. "Spirit Kartini masih tetap hidup. Kowani diharapkan tetap melanjutkan tongkat estafet demi peningkatan kualitas perempuan dan bangsa Indonesia," Ibu Ani menegaskan.
Kiprah Kowani sejak 1928 melalui embrio Kowani masa itu telah menunjukkan sumbangsih tidak hanya melalui perannya sebagai perempuan tapi juga melalui revolusi fisik menuju kemerdekaan RI. "Hal ini menunjukkan peran perempuan penting dalam kemerdekaan bangsa. Perempuan-perempuan ASEAN sendiri pasti mempunyai peran sejarahnya masing-masing," Ibu Ani menandaskan.
Pada kesempatan ini, Ibu Negara menyatakan bahwa tema yang diambil dalam Kowani Fair 2011 adalah tepat. "Keluarga penting dalam pemberantasan kemiskinan. Jika peran tersebut dapat ditingkatkan, pasti berdampak positif pada perekonomian nasional," ujar Ibu Ani.
Selain itu, Ibu Ani juga menyetujui bahwa 8 arah yang ingin dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) sangat berwajah perempuan, dimana isunya sagat dekat dengan keseharian hidup perempuan. Yaitu mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi, pendidikan untuk semua, mendorong kesetaraan gender, mengurangi angka kematian anak, meningkatkan derajat kesehatan ibu, pencegahan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, kelestarian lingkungan hidup, dan kesetaraan global untuk pembangunan. "Tepat bila Kowani menjadikan MDGs sebagai bagian dari kampanyenya," kata Ibu Negara. (yun)
Â
Â
Â
sumber : http://www.presidenri.go.id/ibunegara/index.php/fokus/2011/05/06/663.html
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?