PERESMIAN PEMBUKAAN MUSYAWARAH NASIONAL VII IKATAN WANITA PENGUSAHA INDONESIA (IWAPI)
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN MUSYAWARAH NASIONAL VII
IKATAN WANITA PENGUSAHA INDONESIA (IWAPI)
HOTEL SAHID JAYA, JAKARTA
TANGGAL 14 NOVEMBER 2007
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua,
Saudara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan, para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara, para Menteri yang saya hormati,
Saudara Gubernur DKI Jakarta, Pimpinan Kamar Dagang dan Industri Indonesia, para Sesepuh dan Pendahulu IWAPI dan segenap Pimpinan Dunia Usaha, Ketua Umum IWAPI, Ibu Suryani Sidik Motik, para Pimpinan dan Pengurus IWAPI, baik Pusat, Daerah maupun Cabang,
Hadirin sekalian yang saya cintai dan saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu Wa Ta’aala, karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Kita juga bersyukur hari ini dapat bersama-sama menghadiri Pembukaan Musyawarah Nasional VII Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Tahun 2007. Saya ikut mengucapkan selamat datang kepada para peserta yang datang dari seluruh penjuru tanah air. Selamat bermusyawarah, semoga musyarawah kali ini menghasilkan sesuatu yang penting untuk kemajuan organisasi dan juga untuk kepentingan dunia usaha, serta kepentingan bangsa dan negara pada umumnya.
Sering dalam berbagai kesempatan, saya mengatakan bahwa kaum perempuan, utamanya kaum perempuan di Indonesia itu adalah kekuatan besar yang belum terdayagunakan dengan maksimal. Ibu-ibu sering mendengar yang disebut sleeping giant, sleeping dragon. Tetapi saya tidak berani menyamakan kaum perempuan Indonesia sebagai, kalau saya terjemahkan secara harfiah raksasa yang tidur. Kok raksasa? Atau naga yang belum bangun. Kok naga?
Oleh karena itu, saya mencoba menggunakan bahasa Inggris yang lain supaya go global. Kaum perempuan yang belum diperankan secara optimal itu adalah under utilized resources, un-kept potential, kalau mau lebih baik lagi, tapi jangan ge-er dulu, itu adalah benevolence force, kekuatan kebajikan, kekuatan kebaikan yang bisa mengubah jalannya sejarah untuk masa depan yang lebih baik. Boleh tepuk tangan. Harapan saya, semoga kaum perempuan Indonesia terus bangkit dan maju, betul-betul menjadi kekuatan dahsyat, kekuatan kebajikan yang mengubah masa depan kita, masa depan yang lebih baik, benevolence force.
Saudara-saudara,
Mengapa saya mengatakan demikian? Penduduk Indonesia sekarang berjumlah sekitar 230 juta, separuh dari jumlah itu adalah perempuan. Andaikata dari 115 juta kaum perempuan Indonesia yang betul-betul berperan aktif, kontributif untuk pembangunan bangsa, termasuk di bidang dunia usaha, itu misalnya baru 10%-nya atau 20% dari jumlah kaum perempuan itu, maka sesungguhnya bangsa kita masih memiliki 4 per 10 kekuatan yang masih disimpan. Andaikata digunakan penuh bersama kekuatan laki-laki, terpadu, sinergis, maka pembangunan yang kita laksanakan akan lebih berhasil di seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa bulan yang lalu, saya mengundang Saudara Muhammad Yunus, penerima Nobel Perdamaian dari Bangladesh. Saya undang datang ke Istana, saya bikin forum, yang namanya presidential lecture, saya mengundang tokoh-tokoh dunia, termasuk tokoh dunia usaha untuk berbagi pandangan dengan kami-kami. Waktu itu yang saya dapat simpulkan adalah scheme atau kerangka yang dilakukan Saudara Yunus di Bangladesh dengan Grameen Bank-nya, bank for the poor, itu tidak jauh berbeda dengan scheme yang kita laksanakan di Indonesia yang dimotori oleh Bank Rakyat Indonesia. Yang membedakan adalah mengapa sukses di Bangladesh itu? Karena Muhammad Yunus mengatakan kepada saya, sukses itu sangat disumbang oleh peran kaum wanita untuk menggerakkan Usaha Mikro Kecil Menengah dengan skema kredit seperti itu.
Saya berpesan kepada Menko Kesra karena kita juga memiliki program untuk menggerakkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran yang tersebar di beberapa Departemen dan Kementerian, saya minta diintegrasikan, disatukan, jangan terlalu kesana kemari sehingga bisa tidak mencapai sasaran yang baik. Disatukan sekarang, diintegrasikan dengan judul Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Pesan saya dan sudah ditetapkan oleh Menko Kesra sebagai salah satu pilarnya adalah PNPM itu yang dilaksanakan di semua Kecamatan di Indonesia harus melibatkan secara aktif dan nyata komunitas perempuan. Saya minta semua ikut dalam program yang tujuannya sangat baik dan mulia itu.
Hadirin yang saya muliakan,
Visi dan keyakinan saya adalah jika kaum perempuan diberdayakan, diperankan dan diberikan tanggung jawab yang lebih besar, maka sekali lagi, pembangunan di negeri kita akan lebih berhasil. Tantangan bagi kaum perempuan sekaligus peluang yang kami buka untuk bersama-sama ke depan ini mengisi ruang-ruang yang masih kosong untuk pembangunan bangsa, utamanya di bidang dunia usaha dan ekonomi.
Ada pertanyaan besar seputar pemberdayaan kaum perempuan, siapa yang bertanggung jawab, siapa yang lebih tepat memberdayakan kaum perempuan di negeri ini? Saya telah menggariskan sebuah kebijakan. Bagi kaum perempuan di banyak tempat, di berbagai keadaan di Indonesia ini yang keadaannya belum baik, yang masih menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, termasuk di daerah bencana, kaum miskin, maka negara dalam hal ini Pemerintah yang bertanggung jawab dan berdiri di depan, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk melindungi mereka, memproteksi mereka, membantu mereka, termasuk bantuan langsung dan bantuan teknis, agar mereka hidup lebih berdaya dan akhirnya bisa menjadi bagian dari pembangunan di negeri ini kepada mereka.
Tetapi kepada kaum perempuan yang sudah lebih baik keadaannya, yang sudah memiliki kapasitas dan kemampuan yang lebih, sebagaimana saudara-saudara, pengurus dan anggota IWAPI atau para pekerja profesional dari kaum wanita, sesungguhnya yang memberdayakan adalah IWAPI sendiri, komunitas perempuan sendiri, karena sudah bisa mengembangkan diri sendiri.
Saya katakan sekali lagi, kaum perempuan memerlukan self respect, self dignity, kehormatan diri sendiri, self reliance, kepercayaan pada diri sendiri, self development, mengembangkan diri sendiri. Kalau sudah pakai self, berarti bisa dikembangkan sendiri. IWAPI mesti bisa mengembangkan dirinya sendiri. Dan kenyataannya selama ini telah mengembangkan dirinya sendiri, membantu pihak-pihak yang masih lemah, kaum perempuan yang masih lemah untuk mengembangkan dirinya.
Saudara-saudara Peserta Munas yang saya cintai,
Saya akan masuk bagian kedua dari sambutan saya ini, langsung mengait pada bidang usaha dan ekonomi yang digeluti oleh IWAPI dan keluarga besarnya. Peran IWAPI penting. Ibu Suryani sudah menjelaskan perjalanan sejarah IWAPI yang di sini para senior juga hadir, telah ikut mengubah dunia usaha, terutama peran dan aktivitas kaum perempuan dalam dunia usaha. Mengapa saya katakan peran-peran ini tetap penting? Kalau ekonomi tumbuh, hampir pasti kemiskinan berkurang, pengangguran berkurang, penghasilan orang-seorang naik. Jadi ekonomi bukan tujuan akhir dari sebuah pembangunan dan kehidupan manusia. Tapi dengan ekonomi yang tumbuh baik, sehat, adil, maka kesejahteraan akan dapat ditingkatkan.
Oleh karena itu, kesempatan yang baik, tadi Ketua Umum IWAPI juga sudah memberikan refleksi sekaligus visi ke depan seperti apa sih perkembangan dunia usaha, baik nasional maupun global dewasa ini. Ini kesempatan yang baik untuk saya bisa mengajak, kalau mengajak termasuk saya, untuk mari kita membangun paradigma, cara berpikir atau mindset dan perilaku dalam dunia ekonomi dan dunia usaha yang pas, yang tepat, tepat dengan zaman yang kita arungi dewasa ini.
Pertama tentunya, sebelum saya menyampaikan seperti apa paradigma, cara pandang, termasuk perilaku yang mesti kita bangun, saya tetap berharap IWAPI dalam era perkembangan zaman sekarang ini terus bisa menangkap peluang, kalau perlu jangan menunggu peluang, ciptakan peluang. Entrepreneur sejati tidak hanya menunggu yang disebut dengan opportunity seeker, tetapi juga pencipta peluang, opportunity creator, Insya Allah bisa. IWAPI harus bisa untuk menciptakan peluang-peluang itu. Terima kasih.
Pertama, dunia usaha di negeri kita, tentu di tingkat global harus dilakukan secara lebih transparan, lebih akuntabel dengan menjalankan praktek bisnis yang baik, good corporate government. Model bisnis yang berbasiskan fasilitas dari penguasa, bisnis yang berdasarkan prinsip kongkalikong sudah selesai, sudah selesai, karena ternyata model bisnis itu justru membikin dunia usaha tidak berkembang dengan baik, bahkan bisa menghasilkan krisis.
Alhamdulillah, dunia usaha sekarang sudah menyadari bahwa kita memasuki era baru dengan harapan lebih efisien bisnis itu, menguntungkan semua pelaku dunia usaha, juga lebih adil dan lebih pasti, karena kesempatan ada di mana-mana. Kalau modelnya tidak berubah, hanya yang dekat dengan kekuasaan yang bisa menjalankan bisnisnya dengan baik. Kita buka kesempatan seluas-luasnya, agar semua memiliki kesempatan yang sama. Itu prinsip yang pertama.
Yang kedua, sejalan dengan makro ekonomi kita yang alhamdulillah makin baik, meskipun harus terus kita perbaiki lagi dengan fundamental ekonomi yang juga makin kuat, meskipun kita juga sama-sama belum puas setelah krisis yang kita alami beberapa tahun yang lalu. Jangan terlambat para pengusaha perempuan IWAPI untuk sekali lagi, menangkap dan menciptakan peluang bisnis itu. Ketika sektor riil mulai tumbuh kembali, ikut segera, jangan menunggu sampai semuanya siap, sampai semuanya baik, bisnis selalu ada resikonya, mari bersama-sama, makin baik, makin tumbuh ekonomi kita, insya Allah tahun ini bisa mencapai 6%, tahun depan harapan kita lebih besar lagi, ya kita ikut dengan pertumbuhan itu.
Yang ketiga, Pemerintah juga menganut paham pro business policy. Mengapa? Ya kebijakan kita ini pro growth, ekonomi tumbuh, pro job, lapangan pekerjaan harus tersedia, pro poor, yang miskin dibantu. Agar pengangguran berkurang, agar ekonomi tumbuh, yang miskin akhirnya bisa dibantu, syaratnya, dunia usaha harus berkembang. Yang membayar pajak itu dunia usaha, yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat kita, dunia usaha. Dunia usaha profesi yang baik, jasanya besar. Oleh karena itu, tadi ada secara psikologis, apa iya kaum perempuan itu lebih masuk pada dunia usaha? Menurut saya sudah saatnya lebih nyata di situ, karena tujuan yang mulia tadi, dengan usaha berkembang, semuanya akan dapat kita perbaiki.
Yang keempat, saya ulangi. Masih yang ketiga tadi, Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan, insentif pajak, banyak kita berikan. Belum lama kita luncurkan, setelah dikoordinasikan dengan baik, kredit usaha rakyat dengan pola penjaminan, KUM untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Koperasi. Mengapa Pemerintah mengeluarkan Rp 1,4 triliun dari APBN melewati scheme pola penjaminan lewat Askrindo dan SPU, agar 10 atau 20 kali dari Rp 1,4 triliiun itulah yang bisa dialirkan ke Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi dengan pola penjaminan. Harapan kita lebih banyak lagi yang dapat dimodali. Pemerintah Daerah ikut bertanggung jawab, perbankan ikut bertanggung jawab untuk betul-betul mencapai sasaran yang kita harapkan.
Saya bertanya ukuran mikro itu berapa. Konon ada yang mengatakan, kalau modalnya itu maksimal Rp 50 juta, mikro. Kalau Rp 50 juta sampai Rp 500 juta, kecil. Kalau Rp 500 juta sampai Rp 5 miliar, menengah. Kalau Rp 5 miliar ke atas, katanya usaha besar. Yang penting niat baik Pemerintah dengan kebijakan itu, dengan mengalokasikan anggaran sebanyak itu betul-betul diharapkan tahun-tahun mendatang menggerakkan perekonomian rakyat, menghidupkan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi.
Hadirin sekalian,
Dengan berkembangnya ekonomi kreatif, yang keempat ini, dan ekonomi gelombang keempat. Saya sering mengatakan di dalam dan di luar negeri, dunia ini sedang memasuki gelombang keempat dari peradabannya. Gelombang pertama, pertanian. Gelombang kedua, industri. Gelombang ketiga, informasi. Gelombang keempat itu, ya gelombang satu, dua, tiga plus, plus ekonomi, plus kehidupan, plus peradaban yang ramah dan menghormati lingkungan. Ekonominya lantas kemudian betul, ekonomi kreatif, ekonomi produk budaya, ekonomi warisan, heritage economy, ekonomi lingkungan, pariwisata yang mengandalkan lingkungan, yang kalau kita lihat elemen itu, negara kita memiliki potensi yang besar. Itulah sebabnya 3 tahun lebih saya mengemban amanah ini, saya selalu datang memberi motivasi, mendorong, ikut memasarkan produk-produk dari ekonomi kreatif, handicraft, kerajinan, semua di dalam dan di luar negeri.
Pak Hidayat, Ketua Kadin ini kalau menjuluki saya salah satu sales person yang memasarkan produk-produk Indonesia di luar negeri. Saya katakan, beli produk Indonesia, mutunya baik, harganya terjangkau dan saya ikut menjaminnya. Itu semua ekonomi kreatif.
Saya ke Korea. Mengapa Korea maju? Saya ke Jepang. Mengapa Jepang maju? Sampai saya undang ahli-ahli ekonomi kreatif bagaimana bisa maju. Ekonomi kreatif itu tentunya bukan hanya handicraft, tapi juga film, media, fashion, design, banyak sekali, itu dipadukan seni, kreativitas dengan teknologi. Mari karena kita luar biasa kreativitas kita, bukan hanya Bali, Jepara, Sumbar, banyak di negeri kita ini yang unggul. Kita satukan dengan teknologinya, dengan infrastruktur, dengan technology, dengan promosi, dengan pemasaran, delivery system, keaktifan kita, bantuan Pemerintah, bantuan Kadin, saya yakin kita akan masuk dalam ekonomi kreatif yang nanti kita unggul dibandingkan beberapa negara. Jangan terlambat. IWAPI masuklah lebih cepat untuk sama-sama mendorong ekonomi kreatif ini.
Jangan lupa branding kita, merek kita. Kita kadang-kadang marah-marah, kok ini buatan kita diaku negara lain. Produk ini diaku oleh perusahaan lain. Jangan hanya marah. Mari kita peduli terhadap produk kita sendiri, kita bikin capnya, kita bikin mereknya, kita bikin branding-nya. Bisa dan harus bisa. Kita hormati hak cipta, kita hormati IPR, Intellectual Property Right. Kita enggak suka kan ciptaan kita diaku orang lain, betul? Oleh karena itu, kalau kita menciptakan sesuatu segera didaftarkan menjadi hak cipta kita, dilindungi, yang nantinya mendapatkan imbalan ekonomi, nilai-nilai ekonomi dari ciptan itu. Mari kita tidak malas, supaya tidak diaku-aku atau diambil oleh pihak lain.
Yang terakhir, yang kelima, benar, mari kita kembangkan ekonomi yang menghormati lingkungan, yang ramah lingkungan, yang menjadikan lingkungan sahabat dekatnya dari usaha dan ekonomi kita. Misalnya, energi kalau semuanya dari fosil, tahu fosil Ibu-ibu yang diambil dari bawah tanah? Udara kita makin kotor, makin cemar, karena memproduksi gas rumah kaca yang namanya karbondioksida. Kalau makin pekat udara di atas bumi ini, terjadi pemanasan global, iklim berubah, yang datang bencana dan malapetaka. Pulau-pulau bisa tenggelam karena air laut naik, musim tidak menentu, hujan angin, hujan deras, tanah longsor terjadi di mana-mana, menderita umat manusia, menderita bangsa Indonesia. Kita sudah punya kerawanan geologis, banyak gunung berapi, banyak gempa bumi, ada tsunami, ditambah lagi kalau lingkungan kita jelek, tambah menderita. Mari kita bikin dari musibah menjadi berkah, sesuatu yang memang diciptakan oleh Tuhan, mari kita ambil apa yang bisa kita lakukan dari semuanya itu, mari kita kembangkan itu.
Usaha misalkan energi hijau, energi yang terbaru, kan banyak, makin ke depan akan mendapatkan apresiasi dunia, makin banyak membeli energi hijau seperti itu. Silakan memasuki. Ada biofuel, ada bahan bakar nabati, ada banyak sekali macam-macam energi seperti itu. Ada eco-tourism, wisata yang berbasiskan keindahan alam lingkungan, jasa, teknologi yang mendatangkan nilai ekonomis, tetapi juga ramah lingkungan. Banyak sekali pilihannya yang akhirnya menyatu dengan lingkungan. Oleh karena itu, tema Munas ini tepat sekali, bagus sekali. Saya senang, yang penting dilaksanakan dengan baik, karena IWAPI ingin membangun ekonomi berwawasan lingkungan.
Yang terakhir, bagian terakhir dari sambutan saya. Pemerintah sungguh ingin mendorong peran kaum perempuan dan peran dunia usaha, IWAPI masuk dua-duanya, perempuannya iya, dunia usahanya iya. Mari kita membangun kemitraan yang baik, partnership. IWAPI Pusat dengan Pemerintah Pusat, IWAPI Provinsi dengan Pak Gubernur, dengan jajarannya, IWAPI Kabupaten, Kota dengan Pak Bupati, Walikota dan jajarannya. Yang rajin mengajak beliau-beliau untuk bermitra, karena hebatnya kaum wanita kalau diberdayakan nantinya, termasuk dalam dunia usaha. Semuanya tentu untuk, utamanya UMKM dan Koperasi. Saya titip betul Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Koperasi, karena itulah yang bisa mengubah kesejahteraan rakyat kita di seluruh tanah air.
Sekarang ini, saya tidak menghitung satu per satu, tapi saya percaya pada BPS, Usaha Mikro Kecil Menengah itu katanya jumlahnya sekitar 40 juta. Satu orang jualan tahu, 1 orang ya itu termasuk Usaha Mikro, jumlahnya 4 juta. Andaikata 4 juta tumbuh itu dengan baik, masing-masing menyerap 1 tenaga kerja, maka sudah terserap berapa, 4 juta tenaga kerja. Singkatnya begitu, tentu ya tidak linier begitu. Tapi saya yakin makin tumbuh UMKM, makin tercipta lapangan pekerjaan dan makin berkurang kemiskinan.
Yang kedua, partnership kita adalah dalam menangani perubahan iklim atau climate change. Khusus ini, saya meminta kepada IWAPI untuk bersama-sama, nyata, bukan hanya wacana, bukan hanya retorika untuk menyelamatkan lingkungan. Saya mengajak IWAPI, ajak diri kita sendiri, keluarga masing-masing, lingkungan masyarakat untuk menjadi bangsa yang hemat, terutama hemat energi, hemat listrik, hemat lampu, hemat yang lain-lain, bahan bakar, uang kita tidak habis, lingkungan kita bersih.
Gerakan menanam pohon 10 juta yang akan dilaksanakan segera, koordinatornya Ibu Dewi Motik di sini, tolong disukseskan. Perempuan Indonesia itu 115 juta, yang dewasa berapa kira-kira usia 15 sampai 40 tahun atau 50 tahun? 60 juta. Kalau dari 6 orang itu, 1 orang menanam pohon, berarti akan tertanam 10 juta pohon. Rindang, teduh, hijau negara kita. Sanggup Ibu-ibu? Terima kasih.
Gerakan hemat itu sifat wanita, tapi jangan terlalu ge-er dulu. Wanita itu hemat, tertib, disiplin dan tidak mau korupsi dia. Pelopori gerakan hemat. Menanam pohon. Sifat wanita itu menanam sayur, cabai, dipetik, dikasih ini, jarang wanita menebang pohon, illegal logging. Betul? Meskipun di dunia ini, saya nanti dimarahi oleh kaum laki-laki ini, ada juga wanita-wanita yang bikin masalah, ada juga di dunia ini, yang terlibat kejahatan ada juga. Tapi karakter yang baik wanita itu, tolong dikembangkan terus akhirnya menutup wanita yang aneh-aneh.
Sukseskan Konferensi PBB, insya Allah bulan depan di Denpasar, Bali. Indonesia mendapat kehormatan. Saudara-saudara, mari kita bikin negara kita makin dihormati oleh dunia, makin diakui oleh dunia, citra kita makin baik. Yang bisa bikin baik, tidak mungkin hanya SBY, semua yang bisa bikin baik.
Kemarin saya hadir di PBB, luar biasa kita mendapatkan kehormatan, tapi sekaligus tantangan untuk menjadi tuan rumah Konferensi PBB tentang perubahan iklim. Ingat, waktu saya bersama kolega saya berempat di New York kemarin, saya bersama Presiden Polandia, Perdana Menteri Denmark, Presiden Kenya menyelenggarakan acara siang hari, a climate change, saya, kita undang dua orang yang berbicara, satu Al Gore begitu, satu lagi siapa? Seorang tokoh perempuan yang berhasil sebagai pengusaha wanita dan LSM, seorang Doktor dari Hong Kong. Jadi saya kira Indonesia banyak seperti-seperti itu nantinya, tokoh wanita, tokoh dunia usaha, dan pecinta lingkungan. Mari kita mulai dari pertemuan Bali nanti dan seterusnya untuk membikin negara kita makin hijau, makin sehat, dan makin baik untuk kehidupan anak cucu kita di waktu yang akan datang.
Itulah harapan dan ajakan saya. Dengan keyakinan Ibu-ibu, saya menaruh harapan yang besar kepada kaum perempuan Indonesia, bangkitlah, berperanlah, selamatkan negeri kita, bangun negeri kita bersama-sama. Dengan itu semua, seraya memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan mengucapkan �Bismillaahirrahmaanirrahiim�, Musyawarah Nasional VII Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia dengan resmi saya nyatakan dibuka.
Sekian.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Biro Naskah dan Penerjemahan
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan
Sekretariat Negara RI