PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2008

 
bagikan berita ke :

Kamis, 27 Maret 2008
Di baca 1235 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2008
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 27 MARET 2008


Bismillahhirahmannirrahim,

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,


Selamat Pagi,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati para Menteri Koordinator, Saudara Menteri Kehutanan Republik Indonesia, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Wakapolri, para pejabat teras jajaran Departemen Kehutanan, para pimpinan Perguruan Tinggi, utamanya yang memimpin Fakultas-fakultas Kehutanan, para pimpinan organisasi dan asosiasi bidang kehutanan, pimpinan dunia usaha yang bergerak di sektor kehutanan, para pejabat daerah yang mengelola sektor kehutanan,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas rahmat dan ridho-Nya, kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga senantiasa kesehatan, untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara.

Saya juga ikut bersyukur karena Departemen Kehutanan telah berusia seperempat abad, dan dalam kesempatan ini pula, saya mengucapkan selamat ulang tahun, semoga ke depan saudara-saudara bisa memberikan kontribusi yang terbaik kepada negara. Saya juga mengucapkan selamat datang bagi seluruh peserta rapat untuk menghadiri Rakernas yang insya Allah sekarang akan saya buka pada pagi ini.

Saudara-saudara,

Mari kita camkan dalam hati dan pikiran kita betapa pentingnya hutan, betapa strategisnya sektor kehutanan, mengapa? Hutan adalah sumber kehidupan, baik dalam arti sumber daya hutan apabila dikelola dengan benar akan memberikan sumbangan bagi ekonomi dan kesejahteraan rakyat kita. Dan mengapa terkait dengan kehidupan kita, hutan juga berkaitan dengan keselamatan kita, kelestarian lingkungan. Bayangkan keteledoran, kecerobohan, dan kesalahan kita mengelola hutan, jawabannya adalah banjir bandang, tanah longsor yang korbannya sudah sama-sama kita ketahui. Kehidupan tidak selamat karena hutan yang tidak dikelola dengan benar.

Mari kita lihat dua aspek itu, sehingga kita semua di ruangan ini, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dunia usaha yang bergerak di kehutanan, para pimpinan perguruan tinggi, lembaga penelitian pengembangan, yang juga memiliki kewajiban moral untuk melestarikan hutan dan masyarakat luas, agar benar-benar kita menjalankan kewajiban kita secara penuh tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi. Dan, hutan itu jangan kita anggap milik kita yang boleh kita gunakan begitu saja. Hutan adalah milik anak-cucu kita, kita ingin anak kita, cucu kita selamat hidupnya, ekonominya, kesejahteraannya, dan lingkungannya. Oleh karena itu, ini sebuah ibadah yang tinggi nilainya kalau kita betul-betul mandayagunakan hutan dengan sebaik-baiknya sekaligus mengelola dan melestarikannya.

Saudara-saudara,

Dibanyak kesempatan di dalam dan di luar negeri, di Perserikatan Bangsa-Bangsa, di konferensi yang lain, termasuk kemarin yang kita laksanakan di Denpasar, Bali. Indonesia sebagai tuan rumah, tapi yang punya hajat sebetulnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pak Rahmat Witoelar sebagai Presiden COP tidak tidur selama satu bulan. Saya selalu mengatakan bagi kita, bagi Indonesia ada tujuan kembar, ada sasaran kembar, twin objective dari pembangunan bidang kehutanan ini.

Pertama, ya tadi itu, bagaimana kita bisa mendapatkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan. Yang kedua, melestarikannya, agar manfaat itu sustainable, berlanjut terus sampai kepada anak-cucu kita, sampai kepada generasi mendatang.

Saya tidak setuju kalau ada tekanan kepada Indonesia, jangan sentuh hutan anda, menggangu dunia, menggangu kami semua. “Loh kok enak?” yang berkata itu dulu juga punya hutan, sekarang sudah habis. Kalau itu kita telan mentah-mentah begitu saja, maka pilihan itu dibayar dengan penderitaan rakyat kita yang masih harus kita tingkatkan kesejahteraannya.

Pesan yang betul adalah Indonesia, anda punya hutan yang luas, hutan tropis anda nomor dua di dunia setelah Brazil, pelihara baik-baik agar selamat bumi kita, tetapi silahkan dengan cara yang baik pula, best practices, hutan itu dapat mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat anda, kalau itu nilainya seratus, dan itu pula yang akan kita lakukan. Jadi saya harus mengatakan di manapun seperti itu, terhadap NGOs Internasional yang cenderung, cenderung terlalu memojokkan, meskipun NGO, LSM itu juga penting, banyak yang memberikan manfaat, banyak yang mengingatkan kita jangan serampangan mengelola hutan, dan kita berterima kasih kepada NGO dan LSM itu, tapi ada pikiran-pikiran sebagian LSM yang tidak realistik, yang tidak adil.

Oleh karena itulah, kita harus punya sikap sebagai bangsa dengan tanggung jawab yang saya katakan tadi, dua-duanya bisa kita capai, ekonomi kesejahteraan dan kelestarian lingkungan hidup.

Saudara-saudara,

Banyak orang kalau sudah melihat hutan, dikaitkan dengan paru-paru dunia, dikaitkan dengan makin banyaknya emisi gas buang atau emisi karbon dioksida yang menyebabkan global warming atau pemanasan global yang akhirnya mendatangkan climate change atau perubahan iklim, malapetaka di dunia, seolah-olah hutan itu sumber dari emisi karbon dioksida. Yang benar, saudara tahu semua, lebih tahu dibandingkan saya, hutan memiliki fungsi dua-duanya, kalau lalai kita, apalagi terjadi kebakaran, maka hutan memproduksi karbon dioksida. Tetapi kalau kita rawat dengan baik, jumlahnya cukup, dihijaukan, direhabilitasi, maka hutan punya pahala, punya jasa, karena dia bisa menangkap dan menyimpan karbon, carbon capture and carbon absorber. Net-nya harus baik, net-nya harus positif, sehingga hutan Indonesia betul-betul ikut menolong kelestarian dari planet kita, dari bumi kita.

Saya ingin semua itu dipahami betul oleh kita, bukan hanya dari jajaran Departemen Kehutanan, oleh masyarakat luas, oleh para pengamat, oleh para politisi, oleh NGO, dan saudara-saudara kita yang lain. Atas inisiatif Indonesia, saya mengajukan proposal, dalam tanda kutip kepada negara-negara yang memiliki hutan hujan tropis, 11 negara, yang didukung oleh PBB, didukung oleh APEC, didukung oleh ASEAN, dan lembaga-lembaga lain, yaitu yang kita sebut dengan F II.

F II itu forum negara-negara yang memiliki hutan hujan tropis, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Brazilia, Kolombia, Kosta Rika, Peru, Democratic Republic of Congo, Kamerun, Gabon, jadi semua ada sebelas. Dan kita sepakat untuk kerja sama yang baik memelihara hutan kita, tetapi karena kita juga memberikan jasa kepada penyelamatan bumi, mesti ada dong kerja sama yang baik, yang fair. Sehingga nanti kalau karbon kredit, carbon trading sudah bisa dilaksanakan, maka negara-negara yang ikut menyelamatkan bumi mesti mendapatkan kompensasi, yang kompensasi itu, ya untuk memelihara hutan itu dan untuk kepentingan lingkungan negara-negara yang punya hutan hujan tropis.

Kemarin pada saat konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bali, Menteri Kehutanan sangat aktif, Menteri tentunya Lingkungan Hidup juga demikian, dan bahkan sudah ada pertemuan para menteri F II, yang untuk, tambah lagi menteri-menteri yang lain untuk mengimplementasikan pertemuan di New York yang saya pimpin pada bulan September yang lalu, yang dihadiri oleh 11 Kepala Negara atau yang mewakili dari negara-negara itu.

Saudara-saudara,

Tadi kita sudah mendengar laporan dari Menteri Kehutanan yang komprehensif, dan sudah mengandung unsur-unsur penting dari upaya kita untuk mengelola hutan, untuk membangun hutan dengan sebaik-baiknya. Saya ingin memberikan penekanan, menggarisbawahi, dan tentunya ini merupakan arahan saya kepada jajaran pemerintahan yang saya pimpin, dan juga merupakan ajakan dan harapan bagi seluruh komponen bangsa, bagi seluruh rakyat Indonesia.

Yang pertama adalah, kembali karena kita ingin mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari segi ekonomi dan kesejahteraan, maka pembangunan sumber daya hutan harus benar-benar memberikan manfaat yang nyata, yang riil kepada negara, dan akhirnya kepada rakyat. Jangan sampai salah urus, yang menikmati hasil hutan hanya sekelompok orang, kadang-kadang menikmatinya pun dengan ikut merusak. Saya tidak ingin terus terjadi di negara kita. Banyak pengusaha hutan yang baik, yang bertanggung jawab, tapi ada juga pengusaha hutan yang tidak baik, yang tidak bertanggung jawab. Mengapa itu terjadi? Macam-macam. Saya tidak ingin melihat ke belakang, yang penting era kita ini, mari semua masing-masing diantara kita, boleh saya, Saudara Menteri Kehutanan, saudara satu demi satu yang mengelola hutan itu, kita pastikan pengelolaan hutan membawa manfaat langsung kepada negara, kepada rakyat, dan bukan hanya orang seorang, apalagi kalau perolehannya sangat tidak pantas.

Mari kita pastikan pengelolaan hutan yang baik, best practices terjadi. Praktek yang salah dan jelek tinggalkan, jangan nunggu besok atau lusa, mulai sekarang. Saya tahu bahwa tahun-tahun sebelum ini saudara juga sudah berusaha keras untuk mengubah semuanya itu, untuk meninggalkan praktek-praktek yang tidak baik. Tapi itu tidak sekali jadi, ibarat kita menyapu sebuah pekarang yang luas, yang sungguh kotor, sekali sapu mungkin belum bersih, angin datang masuk lagi kotorannya, kita sapu lagi, mesti kita sapu tiap hari, artinya jangan berikan toleransi penyimpangan, kesalahan terjadi, sama dengan jangan berikan, jangan biarkan pekarangan kita kotor karena angin membawa benda-benda yang tidak baik dan sebagainya.

Semua bertanggung jawab, pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekarang berlaku otonomi daerah. Dengan otonomi daerah, otoritas sebagian kita berikan kepada daerah, pemerintah pusat hanya menangangi enam bidang saja, fiskal, anggaran, sudah banyak yang kita desentralisasikan, yang saya harapkan, yang rakyat harapkan adalah tanggung jawab pun, pekerjaan pun juga dilakukan secara bersama, pusat dan daerah, adil namanya. Jangan otoritasnya iya, distribusi finansialnya iya, pekerjaan kembali kepada pusat. Sebagian otonomi berjalan dengan baik, pemerintah daerah menjalankan tugas dengan baik, meskipun apa yang saya laksanakan, yang saya lihat ketika saya berkunjung ke daerah-daerah, masih ada sikap mental, yang seolah-olah ini pekerjaan pusat, tanggung jawab pusat, padahal undang-undang kita sudah menganut desentralisasi pemerintahan, sudah menganut otonomi daerah.

Saudara-saudara,

Audit lingkungan semakin keras, jangan dikira kalau Indonesia dinilai tidak baik didalam mengelola hutan, hasil hutan yang meskipun itu legal, benar, tidak merusak lingkungan, bisa saja dipermasalahkan seolah-olah itu kayu curian atau produk dari kayu, furniture misalnya diperoleh secara tidak benar. Mari kita pastikan bukan karena kita takut di audit oleh dunia, tapi takut lah kepada anak cucu kita, takut lah kepada Yang Maha Kuasa, takut lah kepada sejarah, untuk kita tidak lalai didalam mengelola hutan ini.

Yang kedua, menyangkut ekonomi lingkungan. Saya minta yang proaktif, sudah tahu dengan kerja sama global akan ada carbon credit, carbon trading, ada kompensasi, proaktif, berinisiatif lah agar kita mendapatkan kompensasi itu. Banyak negara, banyak perusahaan yang lebih aktif dibandingkan kita, mereka dapat lebih banyak. Jangan ketinggalan kereta, hutan kita ini 120 juta hektar, besar. Berapa banyak karbon yang disimpan, tidak mengganggu, tidak mengotori atmosfer kita. Oleh karena itu, jangan kita sia-siakan apa yang kita sumbangkan kepada dunia ini.

Tindak lanjut pertemuan kita di Bali, saya kira Menhut juga tahu, Menneg LH juga tahu, saya bertemu dengan sejumlah kepala pemerintahan, Perdana Menteri Australia, Perdana Menteri Norwegia, banyak sekali waktu itu yang ingin bekerja sama dengan Indonesia. Dan juga pertemuan saya dengan Pimpinan Jepang, Pimpinan Korea Selatan, yang juga berminat untuk bekerja sama dibidang kehutanan. Jangan sia-siakan, karena mereka punya niat baik untuk kerja sama yang tentunya bisa ikut membantu kita melestarikan hutan kita.

Yang ketiga, kelestarian sumber air.

Saudara-saudara,

Cepat atau lambat, dan bahkan sudah kita rasakan sekarang ini, dunia akan menghadapi isu atau sebut lah kelangkaan tiga komunitas, kalau kita tidak pandai mengelolanya sejak sekarang ini, yaitu pangan, food, yang kedua energi, yang ketiga adalah water, air. Yang sering saya sebut dengan FEWS, Food, Energy, Water, Sustainability. Sudah mulai kita rasakan, jangan sampai kita yang punya hutan begini luas, susah air, karena kecerobohan kita, yang datang bukan air minum, it’s not drinking water, yang datang air bah, banjir. Salah, berdosa kita. Kalau Timur Tengah memang tidak ada air, dan banyak minyak, tapi Indonesia mestinya minyaknya meskipun tidak terlalu banyak, ada di bawah tanah, di atas tanah, juga ada minyak kelapa sawit, dengan hutan ada air. Sebetulnya, Allah Subhannahu wa Ta’aala itu memberikan anugerah yang besar kepada bangsa kita, jangan kita sia-siakan.

Saya minta betul koordinasi yang baik antara Menteri Kehutananan, para gubernur, bupati, walikota, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Pertanian agar keberlanjutan atau kelestarian sumber air ini kita pelihara. Saya sudah mengeluarkan kebijakan untuk segera melakukan reformasi yang mengatur penyediaan air bersih, PDAM, baik di perkotaan maupun perdesaan. Ada hutang dengan PDAM, saya minta carikan solusinya, jangan karena hutang di waktu yang lalu, tidak bisa bergerak, tidak ada investasi, akhirnya kurang terus air kita, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Saya kira rakyat akan memahami, kalau akibat krisis masa lalu, ada hutang yang kalau tidak kita atasi lantas terjerat terus kita selamanya. Seperti kemarin yang saya bebaskan sekian trilyun, apa namanya, tunggakan dari usaha tani, karena krisis, ndak seberapa dibandingkan dana negara yang mengucur karena kasus BLBI di waktu yang lalu itu, karena krisis yang lalu. Saya kira kita atur yang baik, yang penting benar, jelas, landasan hukumnya kena, dan untuk manfaat yang tinggi bagi rakyat harus berani kita lakukan langkah-langkah seperti itu.

Yang keempat, ya cegah banjir dan tanah longsor, itu saja. Mari kita lakukan, korban sudah terlalu banyak. Saya datang sendiri, jalan kaki ke Karang Anyar, dan waktu itu masih ada tiga saudara kita, masih tertimbun, masih digali terus. Saya datang ke daerah-daerah banjir, banyak sekali, misalkan di Jember, saya masuk ke dalam sekian kilo, di tengah-tengah kampung yang apa namanya, porak-poranda karena air yang datang dengan tiba-tiba, saya lihat sebelah sana, saya kira Pak, kapan kita tahu, “Lah ini kok gundul? Mulai kapan? Dulu Pak, waktu penebangan macam-macam waktu zaman geger-geger reformasi, itu Pak. Coba, hanya mungkin delapan, tujuh tahun sudah terasakan akibatnya. Menanamnya belasan tahun, puluhan tahun, menebangnya satu hari, seminggu, satu bulan. Cegah banjir, cegah tanah longsor, bukan hanya korban jiwa, permukiman, sawah, berapa banyak yang puso lihat sendiri kemarin, sepanjang Bengawan Solo, makin banyak yang terganggu karena banjir, makin berkurang produksi kita apalagi harga pangan dunia seperti ini. Beras di luar negeri sudah lebih mahal dibandingkan beras dalam negeri, bisa dibayangkan kalau kita tidak terus meningkatkan produksi pangan dalam negeri kita. Mari kita berpikir bersama, berkomitmen bersama, bekerja bersama untuk tujuan yang baik itu.

Yang kelima, cegah kebakaran hutan. Panglimanya yang di depan, Jakarta tidak tiap hari melihat asap, yang tiap hari melihat asap para bupati dengan jajarannya. Pak Gubernur masih bisa dekat datang ke kabupaten-kabupaten, saya tentu jauh, menteri juga jauh kalau harus melihat tiap hari apa yang terjadi di Sumatera Utara, di Riau, di Jambi, di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimatan Timur, ndak mungkin. Mereka semua yang paling depan, yang bisa melihat langsung secara visual, para bupati dengan jajarannya.

Dinas-dinas Kehutanan yang ada di daerah, jangan terlambat, jangan tidak mengantisipasi, jangan menganggap ringan. Ada ramalan bulan Juli ke depan mungkin tidak seperti tahun lalu, bukan kemarau basah, mungkin kemarau kering. Ingat, banyak sekali lahan-lahan yang flameable, tidak ada kesalahan manusia pun bisa terbakar sendiri, seperti lahan gambut, kalau suhunya 35 derajat celcius, dan lain-lain. Jangan terlambat, ini bulan Maret, minggu depan bulan April, Pak Kaban semua siagakan kembali, jangan ketika asap timbul, sudah mulai melambung tinggi, pesawat terganggu, negara tetangga teriak-teriak, baru kita sibuk, telat. Itu bukan hanya menggangu penerbangan, bukan hanya merusak kesehatan, mempermalukan kita, ekspor kok asap.

Yang keenam, berantas kejahatan kehutanan, saya sebut illegal logging, illegal trading. Saya senang, dan jalankan betul. Bicaralah dengan negara-negara yang selama ini mengimpor kayu, setelah diimpor kayu dibikin furniture, dijual lagi, harganya luar biasa, nilai tambahnya tinggi sekali. Kalau mengimpor itu halal boleh, legal boleh. Kalau tidak halal, mereka, bukan negaranya, oknum-oknumnya, sindikat-sindikat itu juga terlibat kejahatan. “Pak Maqbul, kalau ada orang mencuri, tukang tadahnya, yang bantu barang curian, itu kena toh? Kena.” Bicara, bicara pula dengan negara-negara tetangga kita, mungkin kong kalikong dengan sindikat, dijual sana, jual sini. Tidak boleh, “Ya semua yang masuk ke negara kami, kita anggap sudah legal, salah Indonesia sendiri kalau itu tiba-tiba keluar dari negara anda, apa tidak legal?” ya sama saja dengan teori tadi, sudah tahu barang curian, kok mau ikut memperdagangkan jasa trade, sama itu kejahatan juga.

Saya juga bicara dalam forum-forum ASEAN, karena mereka bicara, “Tolong Indonesia pelihara lingkungan, pelihara hutan, jangan asap, jangan ini,” saya terima dengan ikhlas, baik, kami akan terus melakukan yang benar, tapi saudara-saudara tolong kerja sama dengan Indonesia jangan sampai illegal logging, juga melibatkan sindikat-sindikat di negara saudara-saudara, yang akhirnya menggangu kelestarian hutan di Indonesia, adil namanya itu. Dan saya minta kita yang berani, yang pro aktif, angkat, buka, kalau ada keterlibatan negara-negara lain dalam arti sindikat-sindikat itu yang merusak hutan kita, merusak lingkungan kita.

Yang ketujuh, good governance, saya senang saudara sudah menandatangani Pakta Integritas, yang penting dijalankan. Kalau ada kesalahan di waktu yang lalu, karena sistem, karena praktek, karena rezim, karena macam-macam, barangkali masyarakat masih, “Ya memang zaman dulu agak kacau Pak”, misalnya. Tapi kalau sekarang ada kesalahan lagi, kita berbuat salah, saudara berbuat salah, tidak ada, escape, hukum harus ditegakkan. Kita tidak boleh main-main dengan urusan hutan, saudara tahu akibatnya tadi, kerusakan bumi, kerusakan tanah air kita.

Yang kedelapan, bantu rakyat di dalam dan di sekitar area hutan. Adalah tidak bermoral, hutan, ada masyarakat mungkin di dalam, ada kelompok-kelompok atau di sekitar hutan itu mendatangkan manfaat ekonomi yang tinggi, masyarakat di situ hidupnya tidak layak, tidak bermoral, tidak bertanggung jawab. Keterlaluan, mestinya kalau ada rezeki, ada keuntungan ekonomi, harus menetes, harus mengalir, harus dirasakan secara pantas oleh saudara-saudara kita yang ada di tempat itu.

Kalau kita gencar memberantas illegal logging, dan memang harus, pikirkan rakyat di situ yang barangkali dari dulunya tidak diketahui, innocent, mereka mengerjakan pekerjaan itu, berikan penjelasan, sosialisasikan. Tetapi mari kita pikirkan mata pencaharian baru bagi mereka. Berkali-kali saya minta para bupati, para gubernur, pikirkan rakyat kita yang barangkali dulunya tidak tahu kalau itu salah, namanya illegal logging, berikan. Tadi Menhut sudah melaporkan banyak hutan tanaman rakyat, hutan kemasyarakatan, down stream industry, di situ rakyat dipekerjakan, bagus. Makin banyak makin bagus, jangan mereka menjadi penonton, jangan mereka pada saat kena grebek illegal logging, kena, tetapi setelah itu kita tidak berpikir, keresahan mata pencaharian mereka berikutnya lagi.

SMS sering masuk ke tempat saya, “Pak Presiden, gara-gara Bapak menggiatkan illegal logging, kami jadi susah. Pertama kali saya baca loh kok begini, tapi setelah ada kalimat berikutnya lagi, saya mengerti, dari nenek moyang, saya pernah terbang ke Sumatera Selatan, masuk helikopter ke dalam, ke dalam, waktu saya bertugas di sana, mereka itu tidak tahu, innocent menebang itu, dari dulu begitu. Nah, mungkin dengan pemberantasan illegal logging, mereka kan ndak bisa menebang lagi, lantas apa yang dikerjakan. Nah di situ, sebagai pemimpin, terutama pimpinan daerah, dicek, dicatat, berapa banyak, dan kemudian apa kompensasinya, dalam arti lapangan pekerjaan yang baru.

Saya ingin Departemen Kehutanan juga menjamah sampai di situ, memikirkan aspek sosial, terutama saudara-saudara kita di area atau di sekitar wilayah kehutanan. SMS itu bukannya sekali, sering saya terima, itu saya anggap wajar. Sama juga, akibat pengetatan pemberantasan judi, ini wilayahnya Pak Maqbul ini, masuk SMS juga jadi susah kami Pak. Jadi dulu mungkin agen apa begitu, tapi pointnya adalah, poinnya adalah masyarakat itu, kalau ini diberantas dan dari dulu mungkin ikut-ikutan di situ, ya mesti kita berikan pandangan-pandangan, pilihan-pilihan, alternatif untuk mata pencaharian yang lain. Semua itu rakyat kita, saya harus memikirkan mereka semua, apakah yang selama ini ternyata tidak benar dalam mendapatkan penghasilan, dalam menjalani profesinya. Tidak boleh tidak kita pikirkan dengan cara membimbingnya, menyalurkannya, memberikan peluang untuk mereka menjalani profesinya dengan benar, tidak melanggar hukum dan tidak melanggar undang-undang.

Yang kesembilan, penghijauan. Penghijauan, tadi Pak kaban sudah melaporkan pada forum ini, 70 juta jadinya sekian, 10 juta jadinya sekian, ada yang 2 milyar, terenyuh saya, mari kita sukseskan. Setiap saya berkunjung ke daerah, tidak harus menunggu bulan Desember yang untuk bulan menanam, ketika tepat itu saya menanam dengan yang lain, saya minta semua mengikuti kegiatan ini. Cek pertumbuhannya, terus lihat, jangan setelah menanam selesai, tugas berakhir, oh belum, masih panjang. Terus libatkan swasta, libatkan kaum perempuan yang mempunyai naluri menanam dan juga dunia usaha swasta. Dan saya instruksikan kepada Menhut, Pak Kaban, yang empat bulan sekali tolong dilaporkan kepada saya. Nasional, provinsi-provinsi, dan saya akan menugaskan staf khusus untuk sekali-kali mengecek, karena program ini sangat strategis untuk negeri kita, dan kemudian untuk bumi kita. Empat bulan sekali saya ingin diupdate apa yang telah dilakukan.

Ya memang suara-suara seperti biasanya, yang berkomentar, yang mengejek, tapi sudahlah. Niat kita baik, yang kita lakukan baik, untuk melestarikan hutan, untuk anak cucu kita, jadi tidak perlu terganggu dengan ejekan dan segala macam, sudah kita lanjutkan karena itu mulia, saya yakin dan akan berterima kasihlah rakyat, negara, kepada semua yang ikut menyukseskan program penghijauan ini.

Saudara-saudara,

Itulah sembilan instruksi saya kepada jajaran pemerintahan dan sekaligus ajakan dan harapan saya semua pihak yang tidak di bawah kendali saya sebagai Kepala Pemerintahan. Sebagai Kepala Negara, saya punya legitimasi moral untuk mengajak yang lain pula untuk menyukseskan upaya pembangunan hutan yang baik ini.

Sebelum saya mengakhiri sambutan ini, saya ingin menyampaikan satu masalah, satu isu, isu ini isu global tetapi berkait langsung dengan negara kita.

Saudara-saudara,

Bulan-bulan terakhir ini terjadi suatu lonjakan harga komoditas, pangan dan juga harga energi, khususnya minyak dan gas. Ditambah dengan gejolak keuangan global yang belum berahkir, ini memberikan tekanan kepada ekonomi global dan ekonomi semua negara.

Saya baru saja bertemu dengan beberapa Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, antara lain Presiden Iran, Presiden Afrika Selatan, beberapa Perdana Menteri, yang dibicarakan sama, APBN yang defisit, harga-harga pangan yang melambung tinggi, bahkan dicatat oleh sebuah lembaga, kenaikan 40 persen hanya dalam beberapa bulan saja beberapa komoditas pangan, energi, minyak mentah, minyak bumi sampai 100 dolar lebih, yang kalau saudara ingin membayangkan dengan harga segitu itu, 1 liter minyak tanah subsidi kita bisa tujuh ribu rupiah, kalau 9 juta kilo liter yang kita gunakan atau 9 milyar liter itu kalau kali tujuh ya jadi 63 trilyun, hanya subsidi untuk minyak tanah saja, belum dampak yang lain.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia, komponen bangsa, mari kita bersatu, mari kita melakukan langkah-langkah yang semestinya, kalau energi, penghematan energi, sambil pemerintah mengembangkan berbagai kebijakan dan langkah-langkah konkrit sekarang ini untuk mengatasi itu, dan juga sekaligus untuk menstabilkan, menurunkan pada titik tertentu harga pangan yang cenderung naik pada tingkat global dewasa ini.

Negara-negara yang lain mengalami persoalan yang sama. Oleh karena itu, yang penting bagi kita, mari kita berupaya, pemerintah tentu berdiri di depan, pemerintah sebagai penjuru, pemerintah menjalankan apa saja yang bisa dilakukan agar masalah ini dapat dikelola dengan baik. Ini kalau ada wartawan asing saya ingin disampaikan sebetulnya kepada para pemimpin dunia yang lain, kalau sekarang semua berbicara tentang climate change, perubahan iklim, sudah saatnya para pemimpin dunia, Presiden, Perdana Menteri, Raja, siapa pun untuk berbicara tentang pangan dan energi. Kalau kita biarkan negara-negara yang belum berkembang, least develop countries, dan negara-negara berkembang, developing countries, yang masih memiliki penduduk yang miskin, itu akan menghadapi persoalan yang maha berat, sudah saatnya negara-negara maju, negara kaya, kaya pangan, kaya energi, kaya uang untuk bertenggang rasa kepada bangsa lain. Ini tuntutan keadilan global, saya sedang mempersiapkan surat untuk saya kirim kepada Sekretaris Jenderal PBB, perlu kita semua memikirkan langkah-langkah dan solusi pada tingkat dunia menghadapi dua krisis ini, katakanlah kenaikan harga minyak dan gas, dan kenaikan harga pangan. Tidak mungkin satu, dua negara memecahkan sendiri, apalagi negara belum berkembang dan negara berkembang, terlalu berat. Yang diperlukan adalah kerja sama global, kesadaran global, tanggung jawab global untuk memecahkan ini, meskipun tidak perlu menunggu itu, kita pun sebagai bangsa, pemerintah utamanya akan terus melakukan berbagai upaya untuk mengatasi itu.

Departemen Kehutanan dengan jajarannya, saudara juga punya tanggung jawab untuk melaporkan kawasan hutan pun bisa dibikin sumber-sumber pangan, entah metode tumpang sari atau pun yang lain, tapi yang jelas kalau makin banyak kita produksi pangan, penduduk kita bertambah banyak, program keluarga berencana, ada hambatan di sana-sini, harus terus kita sukseskan, supaya tenggang rasa dengan negara tidak hanya diri sendirinya sendiri, oleh karena itu terutama saudara-saudara kita yang memang tidak punya kemampuan untuk mengelola keluarga itu. Mari kita sukseskan secara bersama, karena pangan berkaitan dengan penduduk, pangan berkaitan dengan energi, berkaitan dengan penduduk.

Saya yakin saudara-saudara Departemen Kehutanan sesuai dengan laporan Menhut tadi ingin betul untuk menyukseskan, saya dukung itu, berikan contoh bahwa siapa pun bisa berkontribusi untuk meringankan beban saudara-saudaranya.

Demikianlah saudara-saudara yang ingin saya sampaikan, saya harus menjelaskan seperti ini apa adanya kepada rakyat, saya tidak boleh menyembunyikan bahwa ini memang masalah pangan, energi ini masalah yang berat yang kita hadapi dari perkembangan global, tanpa lepas tanggung jawab harus mengatasinya. Yang saya mintakan adalah kebersamaan kita untuk mengatasi masalah yang besar ini.

Demikianlah saudara-saudara, dan akhirnya dengan memohon ridho Allah Subhannahu wa Ta’aala dan dengan mengucapkan Bismillahirahmanirrahiim, Rapat Kerja Nasional Departemen Kehutanan Tahun 2008 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian,

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.



Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI