Dalam pidato sambutannya, Presiden Jokowi menekankan beberapa hal
diantaranya bahwa ekspor Indonesia dahulu sangat tergantung pada ekspor
bahan mentah sehingga tidak ada nilai tambah untuk Tanah Air dan
lingkungan seperti yang terjadi di PT. Sulawesi Mining Invesment.
Cara lama ini harus dihentikan dengan cara dibikin setengah jadi dan harga ekspor nikel jadi naik menjadi 1300 USD/ metrik atau sekitar 40 kali lipat, di mana sebelumnya ekspor bahan mentah nikel hanya 30 USD/metrik.‎ " Saya titip pada pimpinan SMI agar dalam waktu secepatnya 6 tahun, nantinya bahan mentah yang ada dijadikan barang jadi, stainless stell, harganya bisa 2800 per metrik ton," pesan Presiden Jokowi sekaligus menjelaskan inilah target ke depan yang ingin di kerjakan.
Presiden Jokowi juga menambahkan kalau ada industri di sebuah daerah, maka perputaran uang sangat besar, bisa dalam bentuk yang kecil-kecil dari daerah pasok sayur hingga lingkungan industri, maka peredaran uang semakin besar, tidak hanya tergantung pada APBD. ‎Diharapkan agar pemerataan industri sekarang memiliki makna yang penting untuk mengatasi ketimpangan antara Indonesia barat dan timur.
"Dengan cara ini, kita bisa bangun ekonomi Indonesia yang bukan hanya tumbuh cepat tapi tumbuh dengan sebuah ekonomi berkualitas baik", ujar Presiden Jokowi di akhir sambutannya.
Tampak hadir mendampingi Presiden Jokowi antara lain Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri PU dan Pera Mochamad Basoeki Hadimoeljono, Kepala BKPM Franky Sibarani, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Chairman PT SMI Halim Mina, Bupati Morowali Anwar Hafiddan, dan pemegang saham PT.SMI Mr. Xiang Guangda. (Verbatim – Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?